" Padahal Kekuatan Itu Hanyalah Bagi ALLAH,Bagi ROSUL-Nya dan Bagi Orang-Orang Mu'min,Tetapi Orang-Orang Munafik Itu Tiada Mengetahui " (Al-Munafiqun:8)
MAU MENGHUJAT ALLAH,PENDETA RICHMON MALAH MENGUTUK YESUS (JAWABAN UNTUK PENDETA RICHMON-6)
Ayat Al-Qur'an yang paling dibenci oleh Pendeta Antonius Richmon Bawengan adalah surat An-Nisa 157 yang secara tegas membongkar kegagalan konspirasi penyaliban Nabi Isa AS ini.
Ayat ini dianggap sebagai batu sandungan doktrin sentral kristiani yang yang meyakini Nabi Isa (Yesus) disalib untuk menebus dosa. Doktrin penyaliban Yesus adalah salah inti iman Kristiani. Doktrin yang dimasukkan dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli (Credo Nicaeano-Constantinopolitanum) ini sedemikian penting maknanya dalam iman kristiani. Tanpa adanya penyaliban Yesus, maka rontoklah keyakinan Kristen tentang dosa waris, penebusan dosa, Trinitas, dan ketuhanan Yesus.
Secara khusus, dalam buku "Ya Tuhanku Tertipu Aku" yang disebarkan di Temanggung ini, Richmon menulis sub judul "Al-Qur’an tentang Allah" untuk menggugat surat An-Nisa 157: “Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka...”
Menurut ayat tersebut, orang-orang kafir tidak berhasil menangkap Nabi Isa, apalagi menyalib dan membunuhnya. Karena yang mereka tangkap lalu mereka salibkan ialah orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa. (Bukti-bukti kegagalan ini telah dikupas dalam rubrik Christology berjudul "Menggugat Hari Wafat Isa Almasih alias Hari Ulang Tahun Kematian Tuhan"). Ringkasnya, proses eksekusi penyaliban yang salah alamat tersebut sangat memungkinkan, karena menurut Bibel sendiri, Yesus bisa bermukjizat merubah wajah (Matius 17:2), dan para serdadu yang melakukan penangkapan tidak ada yang mengenal wajah Yesus, sehingga mereka harus menyewa Yudas untuk menunjukkan siapa Yesus, dengan suap 30 keping uang perak (Matius 26:15).
....Pendeta ini benar-benar frustasi karena tidak bisa membantah keabsahan surat An-Nisa 157. Dalam kefrustasiannya, ia menuduh cara Allah menyelamatkan Nabi Isa dari penyaliban sebagai tipuan yang keji....
Dendam kesumat Richmon terhadap ayat ini sudah sampai ke ubun-ubun, sehingga ayat yang menelanjangi kebobrokan doktrin Penyaliban Yesus dan Penebusan Dosa itu, dicacimaki sedemikian rupa. Richmon menuding Allah telah berbuat licik karena menyelamatkan Nabi Isa dari penyaliban. Berikut kutipan tudingannya:
"Allah mau meluputkan ‘Isa dari penyaliban oleh orang Yahudi. Anehnya, Allah yang (katanya) Yang Mahakuasa, harus menggunakan tipuan untuk menolong ‘Isa, dari penyaliban orang Yahudi. Lagi-lagi ayat ini menunjukkan bahwa Allah tak pernah mengharamkan penipuan, teknik dari neraka! Patutlah disangsikan kemahakuasaan Allah, sehingga harus menggunakan teknik tipuan. Jelas pula bahwa Allah bukanlah Yang Mahabenar. Hal ini berlanjut terus dengan pengajaran agama Arabi lainnya, semisal ‘taqiyya’ (boleh mendustai mereka yang tidak seiman), dll.
Budaya neraka (penipuan) itu melebar terus kepada budaya neraka lainnya: peperangan, pembunuhan, dan penjarahan. Semua yang diharamkan oleh Yang Mahabenar, halal bagi orang muslim, diberi contoh oleh tindakan Muhammad. Bayang-bayang kejahatan itu terrekam di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang menghalalkan kaum muslim memerangi, menjarah, memperbudak, membunuh orang kafir!" (hlm. 10-11).
Itulah sepak terjang membabi buta Pendeta Richmon Bawengan dalam berteologi. Demi membela doktrin penyaliban Yesus apapun dilakukan, termasuk merusak logika dan akhlak.
Richmon ingin memaksakan ayat Ilahi agar selaras dengan doktrin yang rumusan manusia biasa (bukan Nabi atau Rasul) dalam Konsili yang dirumuskan berabad-abad setelah Yesus sudah meninggalkan dunia.
Pendeta berdarah Manado ini benar-benar frustasi karena tidak bisa membantah keabsahan surat An-Nisa 157 yang sangat lugas, tegas dan mudah dipahami. Dalam kefrustasiannya, Richmon menuduh cara Allah menyelamatkan Nabi Isa dari konspirasi penyaliban orang-orang kafir sebagai tipuan yang keji. Ini adalah logika yang benar-benar rusak.
....Pendeta Richmon simpati kepada orang-orang kafir yang ingin menzalimi Yesus, serta-merta menuduh Allah yang menyelamatkan Nabi Isa sebagai penipu...
Mengapa Richmon sangat simpati kepada orang-orang kafir yang ingin menzalimi Nabi Isa (Yesus), lalu serta-merta menuduh Allah yang menyelamatkan Nabi Isa sebagai penipu? Padahal sebagai pendeta yang mengaku sebagai pengikut Yesus, seharusnya Richmon mendukung upaya Allah untuk menyelamatkan Nabi Isa dari konspirasi penyaliban, apapun cara-Nya. Bukankah kitab suci menyebutkan bahwa orang yang mati di tiang salib adalah manusia terkutuk?
Dengan mendukung kematian Yesus di tiang salib, bearti Pendeta Richmon setuju dengan hujatan orang kafir bahwa Yesus adalah manusia terkutuk
"Sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3:13).
Kasihan sekali Pendeta Richmon. Spirit penginjilan untuk memurtadkan umat Islam, ditempuh dengan cara menghujat Allah. Lantas ia terpeleset, karena logika sesatnya menjadikannya sebagai seorang yang mengutuk Yesus. Meninggikan agama yang diklaim sebagai pengikut Yesus dengan cara mengutuk Yesus. Betapa tragis teologi Pendeta Richmon Bawengan, biang kerusuhan bernuansa SARa di Temanggung. bersambung
[a. ahmad hizbullah mag/suara-islam]
VOA-ISLAM
Ayat ini dianggap sebagai batu sandungan doktrin sentral kristiani yang yang meyakini Nabi Isa (Yesus) disalib untuk menebus dosa. Doktrin penyaliban Yesus adalah salah inti iman Kristiani. Doktrin yang dimasukkan dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli (Credo Nicaeano-Constantinopolitanum) ini sedemikian penting maknanya dalam iman kristiani. Tanpa adanya penyaliban Yesus, maka rontoklah keyakinan Kristen tentang dosa waris, penebusan dosa, Trinitas, dan ketuhanan Yesus.
Secara khusus, dalam buku "Ya Tuhanku Tertipu Aku" yang disebarkan di Temanggung ini, Richmon menulis sub judul "Al-Qur’an tentang Allah" untuk menggugat surat An-Nisa 157: “Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka...”
Menurut ayat tersebut, orang-orang kafir tidak berhasil menangkap Nabi Isa, apalagi menyalib dan membunuhnya. Karena yang mereka tangkap lalu mereka salibkan ialah orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa. (Bukti-bukti kegagalan ini telah dikupas dalam rubrik Christology berjudul "Menggugat Hari Wafat Isa Almasih alias Hari Ulang Tahun Kematian Tuhan"). Ringkasnya, proses eksekusi penyaliban yang salah alamat tersebut sangat memungkinkan, karena menurut Bibel sendiri, Yesus bisa bermukjizat merubah wajah (Matius 17:2), dan para serdadu yang melakukan penangkapan tidak ada yang mengenal wajah Yesus, sehingga mereka harus menyewa Yudas untuk menunjukkan siapa Yesus, dengan suap 30 keping uang perak (Matius 26:15).
....Pendeta ini benar-benar frustasi karena tidak bisa membantah keabsahan surat An-Nisa 157. Dalam kefrustasiannya, ia menuduh cara Allah menyelamatkan Nabi Isa dari penyaliban sebagai tipuan yang keji....
Dendam kesumat Richmon terhadap ayat ini sudah sampai ke ubun-ubun, sehingga ayat yang menelanjangi kebobrokan doktrin Penyaliban Yesus dan Penebusan Dosa itu, dicacimaki sedemikian rupa. Richmon menuding Allah telah berbuat licik karena menyelamatkan Nabi Isa dari penyaliban. Berikut kutipan tudingannya:
"Allah mau meluputkan ‘Isa dari penyaliban oleh orang Yahudi. Anehnya, Allah yang (katanya) Yang Mahakuasa, harus menggunakan tipuan untuk menolong ‘Isa, dari penyaliban orang Yahudi. Lagi-lagi ayat ini menunjukkan bahwa Allah tak pernah mengharamkan penipuan, teknik dari neraka! Patutlah disangsikan kemahakuasaan Allah, sehingga harus menggunakan teknik tipuan. Jelas pula bahwa Allah bukanlah Yang Mahabenar. Hal ini berlanjut terus dengan pengajaran agama Arabi lainnya, semisal ‘taqiyya’ (boleh mendustai mereka yang tidak seiman), dll.
Budaya neraka (penipuan) itu melebar terus kepada budaya neraka lainnya: peperangan, pembunuhan, dan penjarahan. Semua yang diharamkan oleh Yang Mahabenar, halal bagi orang muslim, diberi contoh oleh tindakan Muhammad. Bayang-bayang kejahatan itu terrekam di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang menghalalkan kaum muslim memerangi, menjarah, memperbudak, membunuh orang kafir!" (hlm. 10-11).
Itulah sepak terjang membabi buta Pendeta Richmon Bawengan dalam berteologi. Demi membela doktrin penyaliban Yesus apapun dilakukan, termasuk merusak logika dan akhlak.
Richmon ingin memaksakan ayat Ilahi agar selaras dengan doktrin yang rumusan manusia biasa (bukan Nabi atau Rasul) dalam Konsili yang dirumuskan berabad-abad setelah Yesus sudah meninggalkan dunia.
Pendeta berdarah Manado ini benar-benar frustasi karena tidak bisa membantah keabsahan surat An-Nisa 157 yang sangat lugas, tegas dan mudah dipahami. Dalam kefrustasiannya, Richmon menuduh cara Allah menyelamatkan Nabi Isa dari konspirasi penyaliban orang-orang kafir sebagai tipuan yang keji. Ini adalah logika yang benar-benar rusak.
....Pendeta Richmon simpati kepada orang-orang kafir yang ingin menzalimi Yesus, serta-merta menuduh Allah yang menyelamatkan Nabi Isa sebagai penipu...
Mengapa Richmon sangat simpati kepada orang-orang kafir yang ingin menzalimi Nabi Isa (Yesus), lalu serta-merta menuduh Allah yang menyelamatkan Nabi Isa sebagai penipu? Padahal sebagai pendeta yang mengaku sebagai pengikut Yesus, seharusnya Richmon mendukung upaya Allah untuk menyelamatkan Nabi Isa dari konspirasi penyaliban, apapun cara-Nya. Bukankah kitab suci menyebutkan bahwa orang yang mati di tiang salib adalah manusia terkutuk?
Dengan mendukung kematian Yesus di tiang salib, bearti Pendeta Richmon setuju dengan hujatan orang kafir bahwa Yesus adalah manusia terkutuk
"Sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3:13).
Kasihan sekali Pendeta Richmon. Spirit penginjilan untuk memurtadkan umat Islam, ditempuh dengan cara menghujat Allah. Lantas ia terpeleset, karena logika sesatnya menjadikannya sebagai seorang yang mengutuk Yesus. Meninggikan agama yang diklaim sebagai pengikut Yesus dengan cara mengutuk Yesus. Betapa tragis teologi Pendeta Richmon Bawengan, biang kerusuhan bernuansa SARa di Temanggung. bersambung
[a. ahmad hizbullah mag/suara-islam]
VOA-ISLAM
OTAK MESUM PENDETA KRISTENISASI (JAWABAN UNTUK PENDETA RICHMON-5)
Setelah menghujat Allah sebagai penipu dan menghina Rasulullah sebagai ahli neraka, Pendeta Antonius Richmon Bawengan menghujat ibadah haji sebagai ritual mesum. Dalam sub judul "Awal Ketertipuan," biang kerusuhan Temanggung ini melecehkan ibadah haji sebagai ritual penyembahan berhala berwujud patung alat kelamin. Perhatikan kutipannya:
"Setiap calon Haji wajib mencium Hajar Aswad sebagai pentahbisan kehajiannya! Jelaslah bahwa agamanya Muhammad tidak lebih adalah pelestarian agama Arabi.
Sekali lagi Penulis menempuh risiko kemarahan Pembaca, tetapi kebenaran harus disampaikan. Hajar Aswad adalah beberapa keping Batu Hitam (bahasa ilmiah: meteorite) yang diberi bercungkup perak berbentuk kelamin perempuan. Mencium patung kelamin perempuan, itulah yang terjadi dalam ibadah Haji!
Masih dalam upacara Haji, di sebelah ‘sana’ dilakukan ‘jumrah’, acara melempar jin, dengan cara melemparkan batu ke arah suatu tonggak yang berdiri tegak.
Mata Anthropolog yang tajam akan melihat bahwa Hajar Aswad dan Tonggak itu adalah sisa-sisa Kuil Hindu, di mana selalu hadir Yoni dan Lingga (simbol kemaluan wanita dan pria)." (hlm. 6).
Kutipan itu semakin mempertegas betapa rusaknya logika Pendeta Richmon. Ajarannya rusak dan merusak karena wawasannya jahil dan otaknya mesum.
Tidak benar pernyataan bahwa mencium Hajar Aswad adalah kewajiban sebagai pentahbisan yang menentukan sah tidaknya ibadah haji. Tuduhan ini adalah rekayasa Pendeta Richmon. Dalam tatacara ibadah haji, mencium Hajar Aswad itu disunnahkan, bukan diwajibkan. Mencium Hajar Aswad dianjurkan bagi yang dapat, sedangkan bagi yang tidak bisa menciumnya, maka cukup dengan menunjuk dengan jari tangan kanan.
…Tuduhan bahwa umat Islam mencium Hajar Aswad sama dengan mencium patung alat kelamin wanita, menunjukkan betapa pornonya pendeta kelahiran Manado ini….
Tuduhan bahwa umat Islam mencium Hajar Aswad sama dengan mencium patung alat kelamin wanita, menunjukkan bahwa Pendeta Richmon berotak porno. Dengan imajinasi pornonya itu, ia berasumsi bahwa Hajar Aswad itu menyerupai alat kelamin wanita. Kemudian tugu Jamarah yang menjulang ke atas diasumsikan sebagai patung alat kelamin laki-laki. Astagfirullah. Betapa pornonya pendeta kelahiran Manado ini.
Asal ada batu berlobang maka dia berpikir bahwa itu adalah alat kelamin wanita, dan asal ada benda (patung, tongkat atau tonggak) yang menjulang ke atas, langsung dia berasumsi bahwa itu adalah patung alat kelamin laki-laki.
Dengan jiwa mesum seperti itu, lantas bagaimana imajinasi Pendeta Richmon ketika berdoa di gereja menghadap patung Yesus disalib hanya mengenakan secuil kain yang menutupi organ intimnya? Kemesuman apakah yang terlintas di benaknya? Apakah dia berani mengklaim jemaat gereja kebaktian menyembah tuhan yang bugil? Umat Islam tidak semesum itu.
Otak porno Pendeta Richmon ini sungguh akut. Entah apa kebiasaannya sehingga segala hal yang dilihatnya dihayalkan dengan imajinasi cabul seputar alat reproduksi manusia.
Dengan tulisan cabul itu, Pendeta Richmon ingin memurtadkan umat Islam, katanya demi syiar ajaran Kristen untuk memuliakan Yesus. Padahal, langkah itu tidak bisa dibenarkan oleh Bibel sendiri. Karena percabulan adalah nafsu kedagingan yang setara dengan dosa musyrik/menyembah berhala (Galatia 5:19-20). Yesus secara tegas mengecam percabulan sebagai nafsu jahat yang menajiskan:
“Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (Markus 7:21-23)
Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam yang berada tepat di sisi selatan Ka'bah dengan ketinggian 1,10 meter dari tanah thawaf. Panjangnya sekitar 25 cm danlebarnya adlah 17 cm. Batu yang tertanam di dalam tembok Ka'bah ini, awalnya adalah satu keping saja. Namun karena insiden Qaramithah –di mana kelompok Syiah Ismailiyah mencuri Hajar Aswad tahun 319 H– dan berbagai peristiwa lainnya, maka bagian atas yang tampak daei Hajar Aswad itu pecah. Akibatnya, ia tampak menjadi delapan kepingan dengan ukuran yang berbeda-beda.
….Umat Islam memegang atau mencium Hajar Aswad semata-mata ketaatan kepada perintah Allah dan Rasulnya, bukan untuk menyembah maupun berdoa kepada batu hitam ini….
Sudah berjuta-juta orang mencium dan memegang Hajar Aswad pada musim haji maupun ketika ibadah 'umroh, namun tak seorang pun yang berpikiran mesum lalu meyakini bahwa mereka mencium atau memegang patung alat kelamin wanita. Umat Islam memegang atau mencium Hajar Aswad itu semata-mata sebagai bukti ketaatan kepada perintah Allah dan Rasulnya, bukan untuk menyembah maupun berdoa kepada batu hitam ini.
Ketaatan ini dicontohkan oleh shahabat Umar bin Khattab melalui ungkapannya yang tertuang dalam Shahih Bukhari: "Sesungguhnya saya tahu bahwa engkau adalah batu biasa yang tidak memberikan manfaat dan madharat. Andaikan saya tidak melihat Rasulullah menciummu, maka aku tidak akan pernah menciummu."
Dengan prinsip seperti itu, umat Islam tidak melakukan kemusyrikan apapun ketika mencium Hajar Aswad. Mungkin Richmon masih belum fasih bahasa Indonesia, sehingga tidak bisa membedakan kata "mencium" dengan "menyembah." Inilah akar kekeliruan logika mesum Pendeta Richmon.
Ayat-ayat 'Mesum' Pendeta Antonius Richmon Bawengan
Menurut Pendeta Nurdin, rekan seprofesi Pendeta Richmon yang sama-sama getol melakukan pengkristenan, pikiran seseorang sangat dipengaruhi oleh bahan pustaka yang dibaca. “Buku akan membuat orang menjadi baik atau membuat orang menjadi buruk. Buku juga yang akan membawa manusia ke surga atau neraka. Maka penulisnya akan bertanggung jawab nanti di akhirat” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur'an, hlm. 5).
Dengan imajinasi yang sangat porno, maka sesuai dengan kesimpulan Pendeta Nurdin, maka bisa dipastikan bahwa otak mesum Pendeta Richmon itu dipengaruhi oleh bacaan atau tontonan porno yang dilahap setiap hari. Medianya bisa berupa totonan video porno atau bacaan buku-buku porno.
Bila ditelaah, dalam Bibel banyak dimuat ayat-ayat erotis yang mengumbar kalimat seputar organ intim lelaki dan perempuan. Misalnya, kitab Kidung Agung 4:5 dan 7:1-3 memuat puisi memuja kecantikan wanita dari pinggang, pusar dan buah dada. Kitab Amsal 5:18-19 menyebut kalimat "buah dada yang selalu memuaskan."
Ada pula puisi berhayal memegang payudara wanita:
"Betapa cantik betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya" (Kidung Agung 7:6-8).
Puisi lebih vulgar menyebut –maaf– payudara montok wanita bugil: "Engkau menjadi besar dan sudah cukup umur bahkan sudah sampai pada masa mudamu. Maka buah dadamu sudah montok, rambutmu sudah tumbuh tetapi engkau dalam keadaan telanjang bugil" (Yehezkiel 16:7 ).
….Ayat paling vulgar seputar organ intim dalam Bibel disebutkan secara transparan dalam bBibel kitab Yehezkiel….
Ayat paling vulgar seputar organ intim dalam Bibel disebutkan secara transparan dalam kitab Yehezkiel:
"Datanglah firman Tuhan kepadaku: “Hai anak manusia, ada dua orang perempuan, anak dari satu ibu. Mereka bersundal di Mesir, mereka bersundal pada masa mudanya; di sana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang" (Yehezkiel 23:1-3).
"Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda. Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu” (Yehezkiel 23:20-21).
Itulah beberapa contoh ayat-ayat Bibel yang sangat berani melukiskan adegan seksual, percabulan, persetubuhan, perkosaan, perzinaan dan fantasi seksual secara vulgar. Tak heran jika Profesor David M Carr menyebutnya dengan istilah “The Erotic Word” (Firman Tuhan yang Erotis). Kisah cabul yang disucikan atau kesucian yang tercabuli.
Jika pembaca ingin menelaah lebih jauh tentang pornografi dalam Bibel, silakan membaca buku: The Dark Bible karya Jim Walker & Dr Shabir Ally (Imanuel Press, 2005), All the Obscenities in the Bible karya Gene Kasmar (Brooklyn Centre: Kas-mark Publishing, 1995) dan Indeks Kesalahan Alkitab karya Molyadi Samuel AM (Pustaka Dai, 2011).
Bisa jadi, ayat-ayat itulah yang membentuk jiwa mesum Pendeta Richmon, sehingga otaknya teringat alat kelamin wanita ketika melihat foto Hajar Aswad. Dan imajinasinya menjadi mesum teringat alat kelamin pria ketika melihat adanya tugu, tongkat atau tonggak yang berdiri menjulang ke atas.
Tak heran jika George Bernard Shaw, seorang budayawan dan kritikus kaliber internasional menyebut Bibel dengan julukan yang sangat pedas: “The most dangerous book (the Bible) on earth, keep it under lock and key.”
Bibel adalah kitab yang paling berbahaya di muka bumi. Simpanlah kitab ini dalam laci dan kuncilah baik-baik. bersambung [a. ahmad hizbullah mag/suara-islam]
VOA-ISLAM
"Setiap calon Haji wajib mencium Hajar Aswad sebagai pentahbisan kehajiannya! Jelaslah bahwa agamanya Muhammad tidak lebih adalah pelestarian agama Arabi.
Sekali lagi Penulis menempuh risiko kemarahan Pembaca, tetapi kebenaran harus disampaikan. Hajar Aswad adalah beberapa keping Batu Hitam (bahasa ilmiah: meteorite) yang diberi bercungkup perak berbentuk kelamin perempuan. Mencium patung kelamin perempuan, itulah yang terjadi dalam ibadah Haji!
Masih dalam upacara Haji, di sebelah ‘sana’ dilakukan ‘jumrah’, acara melempar jin, dengan cara melemparkan batu ke arah suatu tonggak yang berdiri tegak.
Mata Anthropolog yang tajam akan melihat bahwa Hajar Aswad dan Tonggak itu adalah sisa-sisa Kuil Hindu, di mana selalu hadir Yoni dan Lingga (simbol kemaluan wanita dan pria)." (hlm. 6).
Kutipan itu semakin mempertegas betapa rusaknya logika Pendeta Richmon. Ajarannya rusak dan merusak karena wawasannya jahil dan otaknya mesum.
Tidak benar pernyataan bahwa mencium Hajar Aswad adalah kewajiban sebagai pentahbisan yang menentukan sah tidaknya ibadah haji. Tuduhan ini adalah rekayasa Pendeta Richmon. Dalam tatacara ibadah haji, mencium Hajar Aswad itu disunnahkan, bukan diwajibkan. Mencium Hajar Aswad dianjurkan bagi yang dapat, sedangkan bagi yang tidak bisa menciumnya, maka cukup dengan menunjuk dengan jari tangan kanan.
…Tuduhan bahwa umat Islam mencium Hajar Aswad sama dengan mencium patung alat kelamin wanita, menunjukkan betapa pornonya pendeta kelahiran Manado ini….
Tuduhan bahwa umat Islam mencium Hajar Aswad sama dengan mencium patung alat kelamin wanita, menunjukkan bahwa Pendeta Richmon berotak porno. Dengan imajinasi pornonya itu, ia berasumsi bahwa Hajar Aswad itu menyerupai alat kelamin wanita. Kemudian tugu Jamarah yang menjulang ke atas diasumsikan sebagai patung alat kelamin laki-laki. Astagfirullah. Betapa pornonya pendeta kelahiran Manado ini.
Asal ada batu berlobang maka dia berpikir bahwa itu adalah alat kelamin wanita, dan asal ada benda (patung, tongkat atau tonggak) yang menjulang ke atas, langsung dia berasumsi bahwa itu adalah patung alat kelamin laki-laki.
Dengan jiwa mesum seperti itu, lantas bagaimana imajinasi Pendeta Richmon ketika berdoa di gereja menghadap patung Yesus disalib hanya mengenakan secuil kain yang menutupi organ intimnya? Kemesuman apakah yang terlintas di benaknya? Apakah dia berani mengklaim jemaat gereja kebaktian menyembah tuhan yang bugil? Umat Islam tidak semesum itu.
Otak porno Pendeta Richmon ini sungguh akut. Entah apa kebiasaannya sehingga segala hal yang dilihatnya dihayalkan dengan imajinasi cabul seputar alat reproduksi manusia.
Dengan tulisan cabul itu, Pendeta Richmon ingin memurtadkan umat Islam, katanya demi syiar ajaran Kristen untuk memuliakan Yesus. Padahal, langkah itu tidak bisa dibenarkan oleh Bibel sendiri. Karena percabulan adalah nafsu kedagingan yang setara dengan dosa musyrik/menyembah berhala (Galatia 5:19-20). Yesus secara tegas mengecam percabulan sebagai nafsu jahat yang menajiskan:
“Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (Markus 7:21-23)
Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam yang berada tepat di sisi selatan Ka'bah dengan ketinggian 1,10 meter dari tanah thawaf. Panjangnya sekitar 25 cm danlebarnya adlah 17 cm. Batu yang tertanam di dalam tembok Ka'bah ini, awalnya adalah satu keping saja. Namun karena insiden Qaramithah –di mana kelompok Syiah Ismailiyah mencuri Hajar Aswad tahun 319 H– dan berbagai peristiwa lainnya, maka bagian atas yang tampak daei Hajar Aswad itu pecah. Akibatnya, ia tampak menjadi delapan kepingan dengan ukuran yang berbeda-beda.
….Umat Islam memegang atau mencium Hajar Aswad semata-mata ketaatan kepada perintah Allah dan Rasulnya, bukan untuk menyembah maupun berdoa kepada batu hitam ini….
Sudah berjuta-juta orang mencium dan memegang Hajar Aswad pada musim haji maupun ketika ibadah 'umroh, namun tak seorang pun yang berpikiran mesum lalu meyakini bahwa mereka mencium atau memegang patung alat kelamin wanita. Umat Islam memegang atau mencium Hajar Aswad itu semata-mata sebagai bukti ketaatan kepada perintah Allah dan Rasulnya, bukan untuk menyembah maupun berdoa kepada batu hitam ini.
Ketaatan ini dicontohkan oleh shahabat Umar bin Khattab melalui ungkapannya yang tertuang dalam Shahih Bukhari: "Sesungguhnya saya tahu bahwa engkau adalah batu biasa yang tidak memberikan manfaat dan madharat. Andaikan saya tidak melihat Rasulullah menciummu, maka aku tidak akan pernah menciummu."
Dengan prinsip seperti itu, umat Islam tidak melakukan kemusyrikan apapun ketika mencium Hajar Aswad. Mungkin Richmon masih belum fasih bahasa Indonesia, sehingga tidak bisa membedakan kata "mencium" dengan "menyembah." Inilah akar kekeliruan logika mesum Pendeta Richmon.
Ayat-ayat 'Mesum' Pendeta Antonius Richmon Bawengan
Menurut Pendeta Nurdin, rekan seprofesi Pendeta Richmon yang sama-sama getol melakukan pengkristenan, pikiran seseorang sangat dipengaruhi oleh bahan pustaka yang dibaca. “Buku akan membuat orang menjadi baik atau membuat orang menjadi buruk. Buku juga yang akan membawa manusia ke surga atau neraka. Maka penulisnya akan bertanggung jawab nanti di akhirat” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur'an, hlm. 5).
Dengan imajinasi yang sangat porno, maka sesuai dengan kesimpulan Pendeta Nurdin, maka bisa dipastikan bahwa otak mesum Pendeta Richmon itu dipengaruhi oleh bacaan atau tontonan porno yang dilahap setiap hari. Medianya bisa berupa totonan video porno atau bacaan buku-buku porno.
Bila ditelaah, dalam Bibel banyak dimuat ayat-ayat erotis yang mengumbar kalimat seputar organ intim lelaki dan perempuan. Misalnya, kitab Kidung Agung 4:5 dan 7:1-3 memuat puisi memuja kecantikan wanita dari pinggang, pusar dan buah dada. Kitab Amsal 5:18-19 menyebut kalimat "buah dada yang selalu memuaskan."
Ada pula puisi berhayal memegang payudara wanita:
"Betapa cantik betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya" (Kidung Agung 7:6-8).
Puisi lebih vulgar menyebut –maaf– payudara montok wanita bugil: "Engkau menjadi besar dan sudah cukup umur bahkan sudah sampai pada masa mudamu. Maka buah dadamu sudah montok, rambutmu sudah tumbuh tetapi engkau dalam keadaan telanjang bugil" (Yehezkiel 16:7 ).
….Ayat paling vulgar seputar organ intim dalam Bibel disebutkan secara transparan dalam bBibel kitab Yehezkiel….
Ayat paling vulgar seputar organ intim dalam Bibel disebutkan secara transparan dalam kitab Yehezkiel:
"Datanglah firman Tuhan kepadaku: “Hai anak manusia, ada dua orang perempuan, anak dari satu ibu. Mereka bersundal di Mesir, mereka bersundal pada masa mudanya; di sana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang" (Yehezkiel 23:1-3).
"Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda. Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu” (Yehezkiel 23:20-21).
Itulah beberapa contoh ayat-ayat Bibel yang sangat berani melukiskan adegan seksual, percabulan, persetubuhan, perkosaan, perzinaan dan fantasi seksual secara vulgar. Tak heran jika Profesor David M Carr menyebutnya dengan istilah “The Erotic Word” (Firman Tuhan yang Erotis). Kisah cabul yang disucikan atau kesucian yang tercabuli.
Jika pembaca ingin menelaah lebih jauh tentang pornografi dalam Bibel, silakan membaca buku: The Dark Bible karya Jim Walker & Dr Shabir Ally (Imanuel Press, 2005), All the Obscenities in the Bible karya Gene Kasmar (Brooklyn Centre: Kas-mark Publishing, 1995) dan Indeks Kesalahan Alkitab karya Molyadi Samuel AM (Pustaka Dai, 2011).
Bisa jadi, ayat-ayat itulah yang membentuk jiwa mesum Pendeta Richmon, sehingga otaknya teringat alat kelamin wanita ketika melihat foto Hajar Aswad. Dan imajinasinya menjadi mesum teringat alat kelamin pria ketika melihat adanya tugu, tongkat atau tonggak yang berdiri menjulang ke atas.
Tak heran jika George Bernard Shaw, seorang budayawan dan kritikus kaliber internasional menyebut Bibel dengan julukan yang sangat pedas: “The most dangerous book (the Bible) on earth, keep it under lock and key.”
Bibel adalah kitab yang paling berbahaya di muka bumi. Simpanlah kitab ini dalam laci dan kuncilah baik-baik. bersambung [a. ahmad hizbullah mag/suara-islam]
VOA-ISLAM
MENURUT BIBEL,YESUS SELAMAT ATAUKAH CELAKA (JAWABAN UNTUK PENDETA RICHMON -4)
Pendeta Antonius Richmon Bawengan mencaci maki shalawat nabi dalam Islam sebagai ajaran yang keliru. Menurutnya shalawat yang benar bukan shalawat umat untuk nabi, tapi shalawat dari nabi kepada umatnya. Karena shalawat dari umat untuk Nabi Muhammad diwajibkan karena Nabi Muhammad belum selamat dari neraka sehingga butuh banyak doa dari umatnya.
Setelah puas menghina ajaran shalawat Nabi, Richmon memuji Kristen yang tidak mengajarkan shalawat nabi. Yang ada adalah shalawat dan syafaat Yesus kepada para pengikutnya.
Dengan kesimpulan demikian, semakin jelas bahwa Richmon adalah pendeta model 'tong kosong nyaring bunyi.' Suaranya lantang tapi terlalu jauh dari kebenaran.
Semua uraian dan kesimpulannya melenceng. Tidak benar kesimpulan bahwa Islam hanya mengajarkan doa umat kepada nabinya. Faktanya, selain umat Islam bershalawat untuk baginda Rasulullah, semasa hidupnya Rasulullah juga banyak berdoa untuk umatnya. Misalnya, doa panjang beliau dalam sebuah hadits untuk memohon tiga kebaikan bagi umatnya, antara lain: 1) Berdoa memohon kepada Allah supaya Dia tidak membinasakan umatnya dengan musim paceklik yang berkepanjangan. 2) Berdoa memohon kepada Allah supaya umatnya jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam –seperti banjir bandang yang melanda umat Nabi Nuh. 3) Berdoa memohon kepada Allah supaya umatnya tidak dibinasakan karena perselisihan sesama Muslim. Doa tersebut dikabulkan, kecuali doa yang ketiga.
....Rasulullah juga akan memberi syafaat kepada umatnya. Rasulullah memprioritaskan doa mustajabnya yang pamungkas untuk syafaat di Hari Akhir....
Selain berdoa semasa hidupnya, kelak di Akhirat, Rasulullah juga akan memberi syafaat kepada umatnya, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits:
"Aku adalah pemimpin semua anak Adam dan kau adalah orang pertama yang kuburannya terbuka. Dan aku adalah orang pertama yang memberi dan diberi syafa'at" (HR Muslim).
Rasulullah memprioritaskan doa mustajabnya yang pamungkas untuk syafaat di Hari Akhir. "Semua Nabi mempunyai doa yang mustajab dan semua nabi mempercepat doanya. Sedangkan aku menyimpan doa mustajabku sebagai syafaat untuk umatku di hari Akhirat" (HR Bukhari & Muslim).
Mengenai keselamatan Rasulullah di hari Akhir tak perlu disangsikan lagi, karena berdasarkan hadits shahih riwayat Muslim, beliau adalah orang pertama yang masuk ke dalam surga bersama umatnya.
Setelah meluruskan hujatan tentang shalawat, mari kita ikuti ajakan Richmon untuk membandingkannya dengan ajaran Kristen.
Menurut Bibel, semasa hidupnya Yesus memang pernah berdoa untuk para muridnya (Yohanes 17:20). Meski Yesus sangat mengasihi para muridnya, namun tak satupun muridnya yang setia. Bahkan salah satunya, Yudas Iskariot malah mengkhianati Yesus demi imbalan 30 keping uang perak (Matius 27:5-8). Anehnya, ketika Yesus butuh pertolongan dari penyiksaan dan hukuman penyaliban, tak satupun muridnya yang berjihad membela gurunya. Semua muridnya lari tunggang-langgang, tak satupun yang tampil membela keselamatan Yesus (Markus 14:46-50). Yang lebih tragis dan menyakitkan, Petrus, murid kesayangan Yesus, justru menyangkal Yesus sebagai gurunya (Markus 14:68-71).
....Menurut Bibel, semasa hidupnya Yesus disangkal dan dikhianati muridnya. Kematian Yesus menderita di tiang salib. Ketika sudah mati, ajaran Yesus dipalsukan oleh para pengikutnya. Tak ada pengikutnya yang bershalawat kepada Yesus. Silakan Pendeta Richmon Bawengan renungkan, Yesus dalam Bibel itu nabi yang selamat ataukah celaka?....
Dalam keadaan terjepit dan dikhianati para muridnya, Yesus diolok-olok, diludahi dan disesah (Markus 10:34). Lalu pada jam 9 Yesus disalibkan (Markus 15:25). Dan akhirnya pada jam 3 Yesus mati tragis dengan kalimat terakhir yang penuh penyesalan, “Eli, Eli, lama sabakhtani” Artinya: Allah-Ku, Allah-ku, mengapa Engkau meninggalkan aku? (Matius 27:46, Markus 15:34).
Setelah Yesus mati tragis di tiang salib, ajarannya saja banyak dikotori. Misalnya: tauhidnya saja diselewengkan dengan ketuhanan Trinitas yang didukung dengan pemalsuan ayat Bibel. Kemudian hari lahir dewa Matahari dalam agama pagan (kafir) tanggal 25 Desember dicaplok menjadi hari lahir Yesus. Jangankan bershalawat kepada Yesus, nama baiknya saja disamakan dengan dewa kafir.
Menurut Bibel, semasa hidupnya Yesus disangkal dan dikhianati muridnya. Kematian Yesus menderita di tiang salib. Ketika sudah mati, ajaran Yesus dipalsukan oleh para pengikutnya. Tak ada pengikutnya yang bershalawat kepada Yesus.
Jika masih bisa berpikir sehat, silakan Pendeta Richmon Bawengan renungkan, Yesus dalam Bibel itu nabi yang selamat ataukah celaka? bersambung [a. ahmad hizbullah mag/suara-islam]
VOA-ISLAM
Setelah puas menghina ajaran shalawat Nabi, Richmon memuji Kristen yang tidak mengajarkan shalawat nabi. Yang ada adalah shalawat dan syafaat Yesus kepada para pengikutnya.
Dengan kesimpulan demikian, semakin jelas bahwa Richmon adalah pendeta model 'tong kosong nyaring bunyi.' Suaranya lantang tapi terlalu jauh dari kebenaran.
Semua uraian dan kesimpulannya melenceng. Tidak benar kesimpulan bahwa Islam hanya mengajarkan doa umat kepada nabinya. Faktanya, selain umat Islam bershalawat untuk baginda Rasulullah, semasa hidupnya Rasulullah juga banyak berdoa untuk umatnya. Misalnya, doa panjang beliau dalam sebuah hadits untuk memohon tiga kebaikan bagi umatnya, antara lain: 1) Berdoa memohon kepada Allah supaya Dia tidak membinasakan umatnya dengan musim paceklik yang berkepanjangan. 2) Berdoa memohon kepada Allah supaya umatnya jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam –seperti banjir bandang yang melanda umat Nabi Nuh. 3) Berdoa memohon kepada Allah supaya umatnya tidak dibinasakan karena perselisihan sesama Muslim. Doa tersebut dikabulkan, kecuali doa yang ketiga.
....Rasulullah juga akan memberi syafaat kepada umatnya. Rasulullah memprioritaskan doa mustajabnya yang pamungkas untuk syafaat di Hari Akhir....
Selain berdoa semasa hidupnya, kelak di Akhirat, Rasulullah juga akan memberi syafaat kepada umatnya, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits:
"Aku adalah pemimpin semua anak Adam dan kau adalah orang pertama yang kuburannya terbuka. Dan aku adalah orang pertama yang memberi dan diberi syafa'at" (HR Muslim).
Rasulullah memprioritaskan doa mustajabnya yang pamungkas untuk syafaat di Hari Akhir. "Semua Nabi mempunyai doa yang mustajab dan semua nabi mempercepat doanya. Sedangkan aku menyimpan doa mustajabku sebagai syafaat untuk umatku di hari Akhirat" (HR Bukhari & Muslim).
Mengenai keselamatan Rasulullah di hari Akhir tak perlu disangsikan lagi, karena berdasarkan hadits shahih riwayat Muslim, beliau adalah orang pertama yang masuk ke dalam surga bersama umatnya.
Setelah meluruskan hujatan tentang shalawat, mari kita ikuti ajakan Richmon untuk membandingkannya dengan ajaran Kristen.
Menurut Bibel, semasa hidupnya Yesus memang pernah berdoa untuk para muridnya (Yohanes 17:20). Meski Yesus sangat mengasihi para muridnya, namun tak satupun muridnya yang setia. Bahkan salah satunya, Yudas Iskariot malah mengkhianati Yesus demi imbalan 30 keping uang perak (Matius 27:5-8). Anehnya, ketika Yesus butuh pertolongan dari penyiksaan dan hukuman penyaliban, tak satupun muridnya yang berjihad membela gurunya. Semua muridnya lari tunggang-langgang, tak satupun yang tampil membela keselamatan Yesus (Markus 14:46-50). Yang lebih tragis dan menyakitkan, Petrus, murid kesayangan Yesus, justru menyangkal Yesus sebagai gurunya (Markus 14:68-71).
....Menurut Bibel, semasa hidupnya Yesus disangkal dan dikhianati muridnya. Kematian Yesus menderita di tiang salib. Ketika sudah mati, ajaran Yesus dipalsukan oleh para pengikutnya. Tak ada pengikutnya yang bershalawat kepada Yesus. Silakan Pendeta Richmon Bawengan renungkan, Yesus dalam Bibel itu nabi yang selamat ataukah celaka?....
Dalam keadaan terjepit dan dikhianati para muridnya, Yesus diolok-olok, diludahi dan disesah (Markus 10:34). Lalu pada jam 9 Yesus disalibkan (Markus 15:25). Dan akhirnya pada jam 3 Yesus mati tragis dengan kalimat terakhir yang penuh penyesalan, “Eli, Eli, lama sabakhtani” Artinya: Allah-Ku, Allah-ku, mengapa Engkau meninggalkan aku? (Matius 27:46, Markus 15:34).
Setelah Yesus mati tragis di tiang salib, ajarannya saja banyak dikotori. Misalnya: tauhidnya saja diselewengkan dengan ketuhanan Trinitas yang didukung dengan pemalsuan ayat Bibel. Kemudian hari lahir dewa Matahari dalam agama pagan (kafir) tanggal 25 Desember dicaplok menjadi hari lahir Yesus. Jangankan bershalawat kepada Yesus, nama baiknya saja disamakan dengan dewa kafir.
Menurut Bibel, semasa hidupnya Yesus disangkal dan dikhianati muridnya. Kematian Yesus menderita di tiang salib. Ketika sudah mati, ajaran Yesus dipalsukan oleh para pengikutnya. Tak ada pengikutnya yang bershalawat kepada Yesus.
Jika masih bisa berpikir sehat, silakan Pendeta Richmon Bawengan renungkan, Yesus dalam Bibel itu nabi yang selamat ataukah celaka? bersambung [a. ahmad hizbullah mag/suara-islam]
VOA-ISLAM
NABI MUHAMMAD MASUK NERAKA ? (JAWABAN UNTUK PENDETA RICHMON-3)
Sangat wajar bila umat geram terhadap ulah Antonius Richmon Bawengan. Dengan sangat arogan, pendeta asal Jakarta ini membagi-bagikan buku “Ya Tuhanku, Tertipu Aku” kepada umat Islam warga Temanggung. Seluruh isinya seratus persen hujatan terhadap Islam.
Setelah menghina umat Islam dengan sebutan "onta yang bodoh" karena mengikuti Allah, Tuhan jahat yang menipu umat Islam ke neraka (baca: Christology "Tuhan Maha Jahat dan Penipu?"), Richmon beralih melecehkan Nabi Muhammad SAW. Dalam sub judul "Mengapa Nabiullah Minta Dishalawatkan?" Richmon menuding Nabi Muhammad sebagai orang yang masuk neraka sehingga minta didoakan oleh umatnya, berikut kutipannya:
"Setiap umat muslim pasti disuruh memanjatkan Shalawat Nabi. Permohonan agar sejahtera ilahi dilimpahkan kepada Muhammad. Itu sebabnya Muhammad bergelar s.a.w. (S.A.W. dalam bahasa Inggris: ‘PBUH’, Peace and Blessings Be Upon Him; kedamaian dan kesejahteraan kiranya memenuhi Muhammad (sudah almarhum).
Jika Nabiullah sudah di surga, tentu tidak perlu gelar s.a.w. itu. Berarti Muhammad sampai saat ini (masih dishalawatkan!) belum bergabung dengan sorga kekal! Berbeda sekali halnya dengan Yesus/’Isa a.s. (alaihi salam, berarti sudah selamat!) Ahlul Sorga ‘Isa/Yesus itu!
Rupanya, menjelang ajal, Muhammad sadar bahwa dia akan menuju Neraka! Namun Muhammad masih berharap diselamatkan melalui shalawat umatnya. Maka Muhammad meminta agar para sahabat dan pengikutnya bershalawat bagi dirinya.
Terbalik: Umat mendoakan keselamatan Pimpinan. Berarti umat lebih jauh lagi dari harapan selamat ke surga! Terbalik dibandingkan dengan Yesus, yang bersyafaat bagi para pengikutnya, sampai sekarang. Yohanes 17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka." (halaman 3-4).
Dari uraian tersebut, lagi-lagi Pendeta Richmon memamerkan kedangkalan ilmu dan kerusakan logika. Richmon salah kaprah memahami perbedaan Nabi Muhammad dengan Nabi Isa dari kebiasaan singkatan doa yang biasa dirangkaikan di belakang nama mereka. Dalam bahasa Indonesia, nama Nabi Muhammad selalu diikuti singkatan SAW, sedangkan nama Nabi Isa diikuti dengan singkatan AS.
Menurut Richmon, SAW dan AS adalah gelar. Gelar SAW bagi Nabi Muhammad berarti doa shalawat nabi agar Tuhan memberikan kedamaian dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad karena sampai saat ini belum selamat dari api neraka. Sedangkan AS, menurut Richmon adalah gelar Nabi Isa (Yesus) yang berarti sudah selamat.
Padahal baik SAW maupun AS adalah sama-sama doa shalawat Nabi. "SAW" adalah singkatan dari shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan "AS" singkatan dari 'alaihis sholatu wassalam atau 'alaihis salam. Keduanya berarti doa semoga keselamatan dan salam tercurah kepadanya.
....Mustahil Nabi Muhammad, karena mereka adalah nabi yang makshum (terpelihara dari dosa). Allah menjamin untuk menutupi beliau dari segala perbuatan dosa. Demikian pula dengan para nabi lainnya....
Dengan demikian, bila Pendeta Richmon menuduh Nabi Muhammad masuk neraka karena 'bergelar' SAW, maka dengan kesalahan yang sama disimpulkan bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah nabi yang masuk neraka pula karena 'bergelar' AS. Karena keduanya, baik SAW maupun AS adalah doa shalawat dan salam. Tapi ini adalah kesimpulan yang sesat, karena mustahil nabi Allah masuk neraka. Mustahil Nabi Muhammad masuk neraka, karena beliau adalah nabi yang makshum (terpelihara dari dosa), karena dalam Al-Fath 2, Allah menjamin untuk menutupi beliau dari segala perbuatan dosa. Demikian pula dengan para nabi lainnya.
Menurut Richmon, Nabi Muhammad meminta agar para sahabat dan pengikutnya bershalawat bagi dirinya. Ini juga kesimpulan yang salah, karena doa shalawat untuk para nabi itu perintah Allah SWT dalam Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Qs Al-Ahzab 56).
Syaikh Abdullah Al-Jibrin dalam kitabnya Fatawa wa Ahkam fi Nabiyillah Isa menjelaskan bahwa Allah mensyariatkan shalawat nabi tidak khusus untuk Nabi Muhammad saja, tapi untuk semua nabi dan rasul Allah. Misalnya: shalawat kepada Nabi Nuh (Qs As-Shaffat 78-80), shalawat kepada Nabi Ibrahim (Qs As-Shaffat 108-109), shalawat kepada Nabi Musa dan Harun (Qs As-Shaffat: 119-120), Nabi Ilyas (Qs As-Shaffat 130), dll.
Bahkan berdasarkan Al-Qur'an surat Al-Ahzab 43, doa shalawat juga diperbolehkan kepada para shahabat dan hamba-hamba Allah yang shalih. Shalawat dan salam kepada golongan ini hanya terbatas doa tarahhum dan taraddha, dengan ungkapan doa “rahimahullah” dan “radhiyallahu ‘anhu.”
Penjelasan ini semakin mementahkan kesimpulan Pendeta Richmon bahwa Nabi Muhammad tidak selamat dari neraka karena masih dishalawatkan oleh umatnya. Jika doa shalawat itu disyariatkan kepada semua nabi, para shahabat Nabi dan orang-orang yang shalih, apakah mereka semua akan masuk neraka, termasuk Nabi Isa yang dianggap sebagai tuhan oleh Pendeta Richmon? Mustahil! Neraka haram dihuni para nabi dan orang shalih. Neraka hanya pantas untuk pendeta yang hobi melecehkan Tuhan dan mengadudomba antarumat beragama seperti Pendeta Richmon.
....shalawat nabi bukanlah permintaan Rasulullah khusus untuk dirinya, tapi perintah Allah kepada semua nabi, para shahabat dan orang shalih....
Jelaslah bahwa shalawat nabi bukanlah permintaan Rasulullah khusus untuk dirinya, tapi perintah Allah kepada semua nabi, para shahabat dan orang shalih. Keutamaan dan manfaat shalawat ini pun bukan untuk kepentingan keselamatan Rasulullah, tapi kembali kepada orang yang bershalawat itu sendiri. “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Muslim). Bersambung [a. ahmad hizbullah mag/suara-islam]
VOA-ISLAM
Setelah menghina umat Islam dengan sebutan "onta yang bodoh" karena mengikuti Allah, Tuhan jahat yang menipu umat Islam ke neraka (baca: Christology "Tuhan Maha Jahat dan Penipu?"), Richmon beralih melecehkan Nabi Muhammad SAW. Dalam sub judul "Mengapa Nabiullah Minta Dishalawatkan?" Richmon menuding Nabi Muhammad sebagai orang yang masuk neraka sehingga minta didoakan oleh umatnya, berikut kutipannya:
"Setiap umat muslim pasti disuruh memanjatkan Shalawat Nabi. Permohonan agar sejahtera ilahi dilimpahkan kepada Muhammad. Itu sebabnya Muhammad bergelar s.a.w. (S.A.W. dalam bahasa Inggris: ‘PBUH’, Peace and Blessings Be Upon Him; kedamaian dan kesejahteraan kiranya memenuhi Muhammad (sudah almarhum).
Jika Nabiullah sudah di surga, tentu tidak perlu gelar s.a.w. itu. Berarti Muhammad sampai saat ini (masih dishalawatkan!) belum bergabung dengan sorga kekal! Berbeda sekali halnya dengan Yesus/’Isa a.s. (alaihi salam, berarti sudah selamat!) Ahlul Sorga ‘Isa/Yesus itu!
Rupanya, menjelang ajal, Muhammad sadar bahwa dia akan menuju Neraka! Namun Muhammad masih berharap diselamatkan melalui shalawat umatnya. Maka Muhammad meminta agar para sahabat dan pengikutnya bershalawat bagi dirinya.
Terbalik: Umat mendoakan keselamatan Pimpinan. Berarti umat lebih jauh lagi dari harapan selamat ke surga! Terbalik dibandingkan dengan Yesus, yang bersyafaat bagi para pengikutnya, sampai sekarang. Yohanes 17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka." (halaman 3-4).
Dari uraian tersebut, lagi-lagi Pendeta Richmon memamerkan kedangkalan ilmu dan kerusakan logika. Richmon salah kaprah memahami perbedaan Nabi Muhammad dengan Nabi Isa dari kebiasaan singkatan doa yang biasa dirangkaikan di belakang nama mereka. Dalam bahasa Indonesia, nama Nabi Muhammad selalu diikuti singkatan SAW, sedangkan nama Nabi Isa diikuti dengan singkatan AS.
Menurut Richmon, SAW dan AS adalah gelar. Gelar SAW bagi Nabi Muhammad berarti doa shalawat nabi agar Tuhan memberikan kedamaian dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad karena sampai saat ini belum selamat dari api neraka. Sedangkan AS, menurut Richmon adalah gelar Nabi Isa (Yesus) yang berarti sudah selamat.
Padahal baik SAW maupun AS adalah sama-sama doa shalawat Nabi. "SAW" adalah singkatan dari shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan "AS" singkatan dari 'alaihis sholatu wassalam atau 'alaihis salam. Keduanya berarti doa semoga keselamatan dan salam tercurah kepadanya.
....Mustahil Nabi Muhammad, karena mereka adalah nabi yang makshum (terpelihara dari dosa). Allah menjamin untuk menutupi beliau dari segala perbuatan dosa. Demikian pula dengan para nabi lainnya....
Dengan demikian, bila Pendeta Richmon menuduh Nabi Muhammad masuk neraka karena 'bergelar' SAW, maka dengan kesalahan yang sama disimpulkan bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah nabi yang masuk neraka pula karena 'bergelar' AS. Karena keduanya, baik SAW maupun AS adalah doa shalawat dan salam. Tapi ini adalah kesimpulan yang sesat, karena mustahil nabi Allah masuk neraka. Mustahil Nabi Muhammad masuk neraka, karena beliau adalah nabi yang makshum (terpelihara dari dosa), karena dalam Al-Fath 2, Allah menjamin untuk menutupi beliau dari segala perbuatan dosa. Demikian pula dengan para nabi lainnya.
Menurut Richmon, Nabi Muhammad meminta agar para sahabat dan pengikutnya bershalawat bagi dirinya. Ini juga kesimpulan yang salah, karena doa shalawat untuk para nabi itu perintah Allah SWT dalam Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Qs Al-Ahzab 56).
Syaikh Abdullah Al-Jibrin dalam kitabnya Fatawa wa Ahkam fi Nabiyillah Isa menjelaskan bahwa Allah mensyariatkan shalawat nabi tidak khusus untuk Nabi Muhammad saja, tapi untuk semua nabi dan rasul Allah. Misalnya: shalawat kepada Nabi Nuh (Qs As-Shaffat 78-80), shalawat kepada Nabi Ibrahim (Qs As-Shaffat 108-109), shalawat kepada Nabi Musa dan Harun (Qs As-Shaffat: 119-120), Nabi Ilyas (Qs As-Shaffat 130), dll.
Bahkan berdasarkan Al-Qur'an surat Al-Ahzab 43, doa shalawat juga diperbolehkan kepada para shahabat dan hamba-hamba Allah yang shalih. Shalawat dan salam kepada golongan ini hanya terbatas doa tarahhum dan taraddha, dengan ungkapan doa “rahimahullah” dan “radhiyallahu ‘anhu.”
Penjelasan ini semakin mementahkan kesimpulan Pendeta Richmon bahwa Nabi Muhammad tidak selamat dari neraka karena masih dishalawatkan oleh umatnya. Jika doa shalawat itu disyariatkan kepada semua nabi, para shahabat Nabi dan orang-orang yang shalih, apakah mereka semua akan masuk neraka, termasuk Nabi Isa yang dianggap sebagai tuhan oleh Pendeta Richmon? Mustahil! Neraka haram dihuni para nabi dan orang shalih. Neraka hanya pantas untuk pendeta yang hobi melecehkan Tuhan dan mengadudomba antarumat beragama seperti Pendeta Richmon.
....shalawat nabi bukanlah permintaan Rasulullah khusus untuk dirinya, tapi perintah Allah kepada semua nabi, para shahabat dan orang shalih....
Jelaslah bahwa shalawat nabi bukanlah permintaan Rasulullah khusus untuk dirinya, tapi perintah Allah kepada semua nabi, para shahabat dan orang shalih. Keutamaan dan manfaat shalawat ini pun bukan untuk kepentingan keselamatan Rasulullah, tapi kembali kepada orang yang bershalawat itu sendiri. “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Muslim). Bersambung [a. ahmad hizbullah mag/suara-islam]
VOA-ISLAM
ISLAM LURUS ATAU KRISTEN SESAT (JAWABAN UNTUK PENDETA RICHMON-2)
Pendeta Antonius Richmon Bawengan menipu umat Islam dengan penafsiran “shirathal mustaqiim” (jalan yang lurus) yang keliru dengan tudingan sbb:
“Penganut Agama Arabi mentaati ketentuan untuk menyembah Allah, antara lain dalam bentuk shalat 5 waktu, yang berlangsung 17 rekaat setiap hari. Dalam setiap rekaat shalatnya, umat Muhammad umumnya melafazkan Al-Fatihah, yang berisi antara lain: “…Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah anugerahkan nikmat kepada mereka…”
17 kali sehari kalimat permohonan itu diucapkan oleh muslim yang takwa. Hari ini belum dikabulkan, besok memohon lagi. Tidak dikabulkan, lanjut dengan permohonan di hari berikutnya. 6100 kali dimohonkan dalam setahun, tidak terkabul juga. Fakta menunjukkan bahwa sampai hari ini, sesudah 15 abad agama Islam berkembang, permohonan tentang Jalan yang lurus itu berlanjut terus.
Tuduhan pendeta ini picik dan licik. Padahal Al-Qur'an telah menjelaskan bahwa jalan yang lurus yang dimaksud surat Al-Fatihah ayat 6 dalam ayat berikutnya: “Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat” (Al-Fatihah 7). Menurut ayat ini, kriteria jalan yang lurus itu ada dua, yaitu:
1. Jalannya orang-orang yang telah mendapat nikmat dan ridha Allah, yaitu: para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin karena mereka adalah orang-orang yang selalu taat dan istiqamah dalam beribadah. Golongan ini sesuai dengan firman Allah:
“Orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (Qs An-Nisa’ 69).
2. Jalan yang lurus itu kontradiktif dengan jalan orang yang dimurkai Allah dan jalan orang yang sesat. Golongan ‘Al-Magdhub alaihim’ (orang yang dimurkai Allah) adalah umat Yahudi, kaum yang mengetahui kebenaran akan tetapi enggan mengamalkannya. Dalam surat Al Ma’idah 60, orang Yahudi disebut “man la’anahullahu wa ghadhiba alaihi,” artinya: orang yang dikutuk/dilaknat dan dimurkai Allah, sehingga di antara mereka dijadikan kera dan babi.
Sedangkan golongan ‘Adh-dholliin’ (orang-orang yang sesat) adalah umat Nasrani, kaum yang bersemangat untuk beramal ibadah tapi tidak didasari ilmu (Al-Ma’idah 77).
Pengertian ini sesuai dengan makna hadits, di mana Adi bin Hatim RA bertanya kepada Nabi SAW, “Siapakah yang dimurkai Allah itu?” Nabi SAW menjawab, “Al-Yahud (Yahudi).” “Dan siapakah yang sesat itu?” Nabi SAW menjawab, “An-Nashara (Nasrani)”.
....Pendeta Richmon melecehkan Islam sebagai agama sesat yang belum lurus.Ini adalah pertanyaan klasik yang sudah ketinggalan zaman....
Pendeta Richmon melecehkan Islam sebagai agama sesat yang belum lurus. Menurutnya, jika Islam adalah agama yang lurus, mengapa umat Islam masih berdoa minta ditunjuki jalan yang lurus dalam shalat?
Ini adalah pertanyaan klasik yang sudah ketinggalan zaman. Perlu diketahui, bahwa orang yang berdoa “tunjukilah kami jalan yang lurus” itu bukan berarti sedang berada di jalan yang sesat sehingga minta ditunjuki jalan yang lurus.
Doa ini bermakna: Tunjukilah, bimbinglah dan berikanlah taufik kepada kami untuk meniti shirathal mustaqiim (jalan yang lurus) yaitu Islam. Maksudnya, mohon agar Allah mengaruniakan keteguhan dalam memahami dan mengamalkan agama Islam, dan mohon agar dijauhkan dari jalan golongan yang sesat dan dimurkai.
Doa ini selalu diulang-ulang dalam shalat, karena setiap manusia selalu membutuhkan hidayah pada segala kesempatan, baik malam maupun siang hari. Manusia beriman selalu butuh hidayah untuk tetap teguh di jalan yang lurus, karena hati manusia berbolak-balik yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Apalagi, di nusantara ini para penginjil berkeliaran mencari mangsa untuk dimurtadkan dengan segala cara, termasuk cara-cara licik dan bengis.
Setiap Muslim tidak ada yang tahu apakah dia akan teguh di dalam Islam atau tidak, maka ia harus selalu memohon kepada Allah agar diteguhkan di jalan-Nya dan diberi husnul khatimah (akhir hayat yang baik).
Al-Qur'an menekankan perlunya istiqamah di jalan Allah, sehingga umat Islam yang sudah di jalan lurus, masih diperintah berdoa agar meminta hidayah istiqamah di jalan Islam yang lurus itu.
Bahkan kepada orang yang beriman pun, Allah menegaskan perintah agar tetap teguh beriman kepada-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya” (An-Nisa’ 136).
Kesesatan Pendeta Richmon dalam memahami doa dalam surat Al-Fatihah itu terjadi karena logika teologinya sudah korslet. Karena berdoa minta ditujuki jalan yang lurus, maka dengan ceroboh disimpulkan bahwa umat Islam berada dalam kesesatan karena ditipu oleh Allah. Na’udzubillah min dzalik!
....Logika rusak Pendeta Richmon justru melahirkan teologi rusak yang berisi penghinaan kepada Tuhan dalam Bibel....
Jika diterapkan dalam kekristenan, maka logika rusak Pendeta Richmon bisa melahirkan teologi yang jauh lebih rusak yang berisi penghinaan kepada Tuhan dalam Bibel.
Misalnya, dalam Injil Yohanes 17:1 Yesus menengadah ke langit dan berdoa: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.” Berdasarkan logika Pendeta Richmon, maka ayat ini wajib dipahami bahwa Yesus belum memuliakan Tuhan dan sebaliknya Yesus belum dimuliakan Tuhan.
Dalam Injil Matius 6:9 dan Lukas 11:2 Yesus memanjatkan Doa Bapa Kami: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu.” Bila logika teologi Pendeta Richmon diterapkan, maka ayat ini harus dipahami bahwa Tuhan tidak Maha Suci, sehingga harus didoakan umatnya. Apakah Tuhannya Yesus tidak Mahakudus?
Dalam Injil Matius 6:11 Yesus berdoa: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Berdasarkan logika Pendeta Richmon, maka ayat ini wajib disimpulkan bahwa seumur hidupnya Yesus dan para muridnya selalu hidup dalam kelaparan (Jawa: kaliren) sehingga harus berdoa minta makan kepada Tuhan tiap pagi.
Dalam Injil Matius 6:12 Yesus berdoa: “Ampunilah kami akan kesalahan kami.” Bila umat Kristen memakai logika Pendeta Richmon, maka ayat ini harus dipahami bahwa Yesus dan para muridnya adalah sekelompok pendosa sehingga harus berdoa minta ampun dari kesalahannya!
Dalam Injil Matius 6:13 Yesus berdoa: “Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” Jika logika teologi Pendeta Richmon diterapakan, maka ayat ini harus dipahami bahwa Yesus dan para pengikutnya adalah orang-orang yang selalu berkubang dalam percobaan dan kejahatan, sehingga mereka berdoa tiap pagi, minta dilepaskan dari pencobaan dan kejahatan.
Betapa bejatnya logika teologi letterlijk itu. Maka Pendeta Richmon Bawengan dan para penginjil lainnya harus membuang logika teologi yang rusak bila ingin selamat dunia dan akhirat. Bukankah teologi rusak itu telah terbukti melahirkan kerusuhan umat beragama di Temanggung? bersambung [A. Ahmad Hizbullah MAG/suara-islam]
VOA-ISLAM
“Penganut Agama Arabi mentaati ketentuan untuk menyembah Allah, antara lain dalam bentuk shalat 5 waktu, yang berlangsung 17 rekaat setiap hari. Dalam setiap rekaat shalatnya, umat Muhammad umumnya melafazkan Al-Fatihah, yang berisi antara lain: “…Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah anugerahkan nikmat kepada mereka…”
17 kali sehari kalimat permohonan itu diucapkan oleh muslim yang takwa. Hari ini belum dikabulkan, besok memohon lagi. Tidak dikabulkan, lanjut dengan permohonan di hari berikutnya. 6100 kali dimohonkan dalam setahun, tidak terkabul juga. Fakta menunjukkan bahwa sampai hari ini, sesudah 15 abad agama Islam berkembang, permohonan tentang Jalan yang lurus itu berlanjut terus.
Tuduhan pendeta ini picik dan licik. Padahal Al-Qur'an telah menjelaskan bahwa jalan yang lurus yang dimaksud surat Al-Fatihah ayat 6 dalam ayat berikutnya: “Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat” (Al-Fatihah 7). Menurut ayat ini, kriteria jalan yang lurus itu ada dua, yaitu:
1. Jalannya orang-orang yang telah mendapat nikmat dan ridha Allah, yaitu: para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin karena mereka adalah orang-orang yang selalu taat dan istiqamah dalam beribadah. Golongan ini sesuai dengan firman Allah:
“Orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (Qs An-Nisa’ 69).
2. Jalan yang lurus itu kontradiktif dengan jalan orang yang dimurkai Allah dan jalan orang yang sesat. Golongan ‘Al-Magdhub alaihim’ (orang yang dimurkai Allah) adalah umat Yahudi, kaum yang mengetahui kebenaran akan tetapi enggan mengamalkannya. Dalam surat Al Ma’idah 60, orang Yahudi disebut “man la’anahullahu wa ghadhiba alaihi,” artinya: orang yang dikutuk/dilaknat dan dimurkai Allah, sehingga di antara mereka dijadikan kera dan babi.
Sedangkan golongan ‘Adh-dholliin’ (orang-orang yang sesat) adalah umat Nasrani, kaum yang bersemangat untuk beramal ibadah tapi tidak didasari ilmu (Al-Ma’idah 77).
Pengertian ini sesuai dengan makna hadits, di mana Adi bin Hatim RA bertanya kepada Nabi SAW, “Siapakah yang dimurkai Allah itu?” Nabi SAW menjawab, “Al-Yahud (Yahudi).” “Dan siapakah yang sesat itu?” Nabi SAW menjawab, “An-Nashara (Nasrani)”.
....Pendeta Richmon melecehkan Islam sebagai agama sesat yang belum lurus.Ini adalah pertanyaan klasik yang sudah ketinggalan zaman....
Pendeta Richmon melecehkan Islam sebagai agama sesat yang belum lurus. Menurutnya, jika Islam adalah agama yang lurus, mengapa umat Islam masih berdoa minta ditunjuki jalan yang lurus dalam shalat?
Ini adalah pertanyaan klasik yang sudah ketinggalan zaman. Perlu diketahui, bahwa orang yang berdoa “tunjukilah kami jalan yang lurus” itu bukan berarti sedang berada di jalan yang sesat sehingga minta ditunjuki jalan yang lurus.
Doa ini bermakna: Tunjukilah, bimbinglah dan berikanlah taufik kepada kami untuk meniti shirathal mustaqiim (jalan yang lurus) yaitu Islam. Maksudnya, mohon agar Allah mengaruniakan keteguhan dalam memahami dan mengamalkan agama Islam, dan mohon agar dijauhkan dari jalan golongan yang sesat dan dimurkai.
Doa ini selalu diulang-ulang dalam shalat, karena setiap manusia selalu membutuhkan hidayah pada segala kesempatan, baik malam maupun siang hari. Manusia beriman selalu butuh hidayah untuk tetap teguh di jalan yang lurus, karena hati manusia berbolak-balik yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Apalagi, di nusantara ini para penginjil berkeliaran mencari mangsa untuk dimurtadkan dengan segala cara, termasuk cara-cara licik dan bengis.
Setiap Muslim tidak ada yang tahu apakah dia akan teguh di dalam Islam atau tidak, maka ia harus selalu memohon kepada Allah agar diteguhkan di jalan-Nya dan diberi husnul khatimah (akhir hayat yang baik).
Al-Qur'an menekankan perlunya istiqamah di jalan Allah, sehingga umat Islam yang sudah di jalan lurus, masih diperintah berdoa agar meminta hidayah istiqamah di jalan Islam yang lurus itu.
Bahkan kepada orang yang beriman pun, Allah menegaskan perintah agar tetap teguh beriman kepada-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya” (An-Nisa’ 136).
Kesesatan Pendeta Richmon dalam memahami doa dalam surat Al-Fatihah itu terjadi karena logika teologinya sudah korslet. Karena berdoa minta ditujuki jalan yang lurus, maka dengan ceroboh disimpulkan bahwa umat Islam berada dalam kesesatan karena ditipu oleh Allah. Na’udzubillah min dzalik!
....Logika rusak Pendeta Richmon justru melahirkan teologi rusak yang berisi penghinaan kepada Tuhan dalam Bibel....
Jika diterapkan dalam kekristenan, maka logika rusak Pendeta Richmon bisa melahirkan teologi yang jauh lebih rusak yang berisi penghinaan kepada Tuhan dalam Bibel.
Misalnya, dalam Injil Yohanes 17:1 Yesus menengadah ke langit dan berdoa: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.” Berdasarkan logika Pendeta Richmon, maka ayat ini wajib dipahami bahwa Yesus belum memuliakan Tuhan dan sebaliknya Yesus belum dimuliakan Tuhan.
Dalam Injil Matius 6:9 dan Lukas 11:2 Yesus memanjatkan Doa Bapa Kami: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu.” Bila logika teologi Pendeta Richmon diterapkan, maka ayat ini harus dipahami bahwa Tuhan tidak Maha Suci, sehingga harus didoakan umatnya. Apakah Tuhannya Yesus tidak Mahakudus?
Dalam Injil Matius 6:11 Yesus berdoa: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Berdasarkan logika Pendeta Richmon, maka ayat ini wajib disimpulkan bahwa seumur hidupnya Yesus dan para muridnya selalu hidup dalam kelaparan (Jawa: kaliren) sehingga harus berdoa minta makan kepada Tuhan tiap pagi.
Dalam Injil Matius 6:12 Yesus berdoa: “Ampunilah kami akan kesalahan kami.” Bila umat Kristen memakai logika Pendeta Richmon, maka ayat ini harus dipahami bahwa Yesus dan para muridnya adalah sekelompok pendosa sehingga harus berdoa minta ampun dari kesalahannya!
Dalam Injil Matius 6:13 Yesus berdoa: “Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” Jika logika teologi Pendeta Richmon diterapakan, maka ayat ini harus dipahami bahwa Yesus dan para pengikutnya adalah orang-orang yang selalu berkubang dalam percobaan dan kejahatan, sehingga mereka berdoa tiap pagi, minta dilepaskan dari pencobaan dan kejahatan.
Betapa bejatnya logika teologi letterlijk itu. Maka Pendeta Richmon Bawengan dan para penginjil lainnya harus membuang logika teologi yang rusak bila ingin selamat dunia dan akhirat. Bukankah teologi rusak itu telah terbukti melahirkan kerusuhan umat beragama di Temanggung? bersambung [A. Ahmad Hizbullah MAG/suara-islam]
VOA-ISLAM
TUHAN MAHA JAHAT DAN PENIPU (JAWABAN UNTUK PENDETA RICHMON-1)
Kasus kerusuhan Temanggung pada Senin, 8 Februari 2011 lalu dipicu oleh buku hujatan Islam dalam buku “Ya Tuhanku, Tertipu Aku!” yang dibagi-bagikan secara cuma-cuma oleh Pendeta Antonius Richmon Bawengan kepada warga Muslim Temanggung. Buku bersampul hijau setebal 60 halaman ini penuh dengan hujatan terhadap Islam. Dalam buku yang tidak mencantumkan nama penulis dan penerbit ini, digelar ratusan hujatan Islam yang dibagi dalam 21 poin.
Pada poin pertama berjudul “Onta Yang Bodoh,” dikutip sebuah ayat Al-Qur’an surat An-Nisa, untuk menyindir umat Islam agar tidak menjadi manusia yang bodoh seperti onta. Setelah menyindir umat Islam dengan julukan “Onta Yang Bodoh,” pendeta kelahiran Manado 58 silam ini menyerukan agar menyangkal pendodohan Jin berkedok Tuhan.
Selanjutnya pada poin kedua berjudul “Mohon Ditunjuki Jalan Yang Lurus,” Pendeta Richmon melecehkan Allah sebagai Tuhan yang jahat dan menipu umat Islam ke neraka. Berikut kutipannya:
“Penganut Agama Arabi mentaati ketentuan untuk menyembah Allah, antara lain dalam bentuk shalat 5 waktu, yang berlangsung 17 rekaat setiap hari. Dalam setiap rekaat shalatnya, umat Muhammad umumnya melafazkan Al-Fatihah, yang berisi antara lain: “…Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah anugerahkan nikmat kepada mereka…”
‘Jalan orang-orang yang Tuhan anugerahkan nikmat kepada mereka,’ pastilah Jalan Lurus ke sorga kekal, bukan ke Neraka.
17 kali sehari kalimat permohonan itu diucapkan oleh muslim yang takwa. Hari ini belum dikabulkan, besok memohon lagi. Tidak dikabulkan, lanjut dengan permohonan di hari berikutnya. 6100 kali dimohonkan dalam setahun, tidak terkabul juga.
Fakta menunjukkan bahwa sampai hari ini, sesudah 15 abad agama Islam berkembang, permohonan tentang Jalan yang lurus itu berlanjut terus. Berarti Allah belum/tidak mengabulkannya. Begitu jahatnya Allah?
Oleh Allah, sesembahan muslim, umat muslim diperlakukan serupa dengan onta yang dibodohi oleh manusia cerdas.... Umat muslim yang takwa berharap terus, hari lepas hari bermohon, dan berharap, agar beroleh Jalan Lurus ke Surga. Dengan rajin beribadah, shalat 5 waktu, berharap ditunjuki Jalan Lurus. Sampai di ujung jalan-hidupnya tidak diperolehnya. Apa artinya keadaan itu?
Neraka! Mereka yang belum beroleh Jalan Lurus, berarti tidak berjalan lurus ke Surga, setelah ajal pasti ke Neraka.
Terus terang, kami, Kaum Injili merasa kasihan kepada Saudara-saudara umat muslim, tetapi geram terhadap Allah, yang begitu JAHAT, menipu ratusan juta manusia.
Itulah sebabnya buku-mini ini dituliskan, karena kasih terhadap sesama, dengan menempuh risiko dimusuhi oleh pemuka Agama Arab yang pasti geram terhadap penulis buku ini!” (hlm 2-3).
Rusak betul logika Pendeta Richmon ini. Hanya dengan fakta bahwa umat Islam selalu membaca doa “ihdinash shiraathal mustaqiim” (tunjukilah kami jalan yang lurus) dalam shalat, sekonyong-konyong disimpulkan bahwa umat Islam masih belum mendapat petunjuk dari Tuhan. Lalu dituduhkan bahwa Tuhannya umat Islam jahat dan penipu karena sudah 15 abad, umat Islam belum diberi jalan yang lurus sehingga harus meminta jalan yang lurus minimal 17 kali sehari atau 6100 kali setahun.
....Salah besar! Tidak benar tuduhan Pendeta Richmon bahwa umat Islam seperti onta bodoh yang belum berada di jalan yang lurus....
Salah besar! Tidak benar tuduhan Pendeta Richmon bahwa umat Islam seperti onta bodoh yang belum berada di jalan yang lurus sehingga terus meminta dalam shalat.
Shiraathal mustaqiim adalah jalan lurus Islam yang jelas tidak berliku-liku, yaitu mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah SAW. Shiraathal mustaqiim juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali RA yang mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Ash-shiratul mustaqiim kitabullah.”
Umat Islam sudah berada di jalan yang benar/lurus karena meneladani nabi pamungkas Muhammad SAW. Secara gamblang, Allah menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu di antara para nabi yang berada di jalan yang lurus:
“Sesungguhnya kamu (Muhammad) salah seorang dari rasul-rasul di jalan yang lurus” (Qs Yasin 3-4).
"Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus" (Al-Hajj 67).
Tak ada cara lain bagi orang yang ingin selamat di jalan yang lurus, kecuali mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Nabi pamungkas ini hanya berdakwah kepada jalan yang lurus. Siapapun yang berpaling dari ajaran Rasulullah maka ia menyimpang dari jalan yang lurus (Al-Mu‘minun 73-74, Al-An’am 153).
....Tak ada cara lain bagi orang yang ingin selamat di jalan yang lurus, kecuali mengikuti ajaran Nabi Muhammad....
Di jalan yang lurus ini, Nabi Muhammad berada satu corp dengan para nabi sebelumnya, antara lain dengan Nabi Ibrahim (Qs. An-Nahl 120-121); Nabi Musa dan Harun (Qs. As-Shaffat 118); Nabi Ishaq, Yakub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, Harun, Zakariya, Yahya, Ilyas, Ismail, Ilyasa’, Yunus, Luth AS (Qs. Al-An’am 84-87), dll.
Corp semua Nabi Allah itu adalah satu yaitu Dinul Islam, karena agama yang diridhai Allah hanya satu yaitu Islam (Qs Ali Imran 19). Nabi Ibrahim adalah Muslim (Ali Imran 67), Nabi Yakub seorang Muslim (Al-Baqarah 132-133), Nabi Luth juga Muslim (Adz-Dzariyat 36), Nabi Yusuf pun Muslim (Yusuf 101), Nabi Sulaiman juga seorang Muslim (An-Naml 31).
Konsekuensinya, siapapun orang yang mencari agama lain selain Islam, maka pasti tidak akan diterima oleh Allah SWT (Ali Imran 85). Karena Allah telah menjamin bahwa ajaran Islam telah sempurna (Al-Ma’idah 3).
Sebagai agama yang sempurna dan disiapkan untuk seluruh umat manusia, di mana dan kapan saja sampai Hari Kiamat nanti, Islam memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT baik Al-Qur’an sunnah nabawiyah (Qs Az-Zumar 2, As-Sajdah 2).
2. Ajaran Islam bersifat komprehensif (mencakup seluruh aspek kehidupan) (Qs Al-An’am 38).
3. Ajaran Islam bersifat universal (berlaku untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman (Qs Al-A’raf 158).
4. Ajaran Islam sesuai dengan fitrah manusia (Qs Ar-Rum 30).
5. Ajaran Islam menempatkan akal manusia pada tempat yang sebaik-baiknya secara proporsional, tidak mendewakan dan tidak menghinakannya (Qs Al-A’raf 179, Luqman 20).
6. Ajaran Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta (Qs Al-Anbiya’ 107).
7. Ajaran Islam berorientasi kepada masa depan (akhirat) tanpa melupakan masa kini (dunia) (Qs Al-Qashash 77).
8. Ajaran Islam adil, menyatakan sorga bagi yang beriman dan azab neraka bagi yang kufur (Qs Al-Bayyinah 6-8). Setiap manusia bertanggung jawab atas amalnya masing-masing, dosa manusia tidak bisa dipikul maupun diwariskan kepada orang lain (Qs. An Najm 38-39, Al-An’am 164, Al-Isra’ 15, Luqman 33, Yasin 54, At-Thur 21, Al-Baqarah 123 & 286,).
Jelaslah bahwa Islam adalah satu-satunya agama/jalan yang lurus dan diridhai Allah sepanjang zaman dari Nabi Adam hingga Muhammad SAW.
....Iblis bertekad untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Jika Pendeta Richmon menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus, maka dia tak ubahnya iblis berwajah pendeta!!....
Pendeta Richmon harus belajar banyak tentang agama dan segera bertobat dari aktivitas provokasi antarumat beragama.
Al-Qur'an surat Al-A’raf 16 menyebutkan tekad iblis untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Maka Pendeta Richmon wajib pensiun jadi misionaris yang menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus. Bila tidak, Richmon tak ubahnya iblis berwajah pendeta!! bersambung [A. Ahmad Hizbullah MAG/suara-islam]
VOA-ISLAM
Pada poin pertama berjudul “Onta Yang Bodoh,” dikutip sebuah ayat Al-Qur’an surat An-Nisa, untuk menyindir umat Islam agar tidak menjadi manusia yang bodoh seperti onta. Setelah menyindir umat Islam dengan julukan “Onta Yang Bodoh,” pendeta kelahiran Manado 58 silam ini menyerukan agar menyangkal pendodohan Jin berkedok Tuhan.
Selanjutnya pada poin kedua berjudul “Mohon Ditunjuki Jalan Yang Lurus,” Pendeta Richmon melecehkan Allah sebagai Tuhan yang jahat dan menipu umat Islam ke neraka. Berikut kutipannya:
“Penganut Agama Arabi mentaati ketentuan untuk menyembah Allah, antara lain dalam bentuk shalat 5 waktu, yang berlangsung 17 rekaat setiap hari. Dalam setiap rekaat shalatnya, umat Muhammad umumnya melafazkan Al-Fatihah, yang berisi antara lain: “…Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah anugerahkan nikmat kepada mereka…”
‘Jalan orang-orang yang Tuhan anugerahkan nikmat kepada mereka,’ pastilah Jalan Lurus ke sorga kekal, bukan ke Neraka.
17 kali sehari kalimat permohonan itu diucapkan oleh muslim yang takwa. Hari ini belum dikabulkan, besok memohon lagi. Tidak dikabulkan, lanjut dengan permohonan di hari berikutnya. 6100 kali dimohonkan dalam setahun, tidak terkabul juga.
Fakta menunjukkan bahwa sampai hari ini, sesudah 15 abad agama Islam berkembang, permohonan tentang Jalan yang lurus itu berlanjut terus. Berarti Allah belum/tidak mengabulkannya. Begitu jahatnya Allah?
Oleh Allah, sesembahan muslim, umat muslim diperlakukan serupa dengan onta yang dibodohi oleh manusia cerdas.... Umat muslim yang takwa berharap terus, hari lepas hari bermohon, dan berharap, agar beroleh Jalan Lurus ke Surga. Dengan rajin beribadah, shalat 5 waktu, berharap ditunjuki Jalan Lurus. Sampai di ujung jalan-hidupnya tidak diperolehnya. Apa artinya keadaan itu?
Neraka! Mereka yang belum beroleh Jalan Lurus, berarti tidak berjalan lurus ke Surga, setelah ajal pasti ke Neraka.
Terus terang, kami, Kaum Injili merasa kasihan kepada Saudara-saudara umat muslim, tetapi geram terhadap Allah, yang begitu JAHAT, menipu ratusan juta manusia.
Itulah sebabnya buku-mini ini dituliskan, karena kasih terhadap sesama, dengan menempuh risiko dimusuhi oleh pemuka Agama Arab yang pasti geram terhadap penulis buku ini!” (hlm 2-3).
Rusak betul logika Pendeta Richmon ini. Hanya dengan fakta bahwa umat Islam selalu membaca doa “ihdinash shiraathal mustaqiim” (tunjukilah kami jalan yang lurus) dalam shalat, sekonyong-konyong disimpulkan bahwa umat Islam masih belum mendapat petunjuk dari Tuhan. Lalu dituduhkan bahwa Tuhannya umat Islam jahat dan penipu karena sudah 15 abad, umat Islam belum diberi jalan yang lurus sehingga harus meminta jalan yang lurus minimal 17 kali sehari atau 6100 kali setahun.
....Salah besar! Tidak benar tuduhan Pendeta Richmon bahwa umat Islam seperti onta bodoh yang belum berada di jalan yang lurus....
Salah besar! Tidak benar tuduhan Pendeta Richmon bahwa umat Islam seperti onta bodoh yang belum berada di jalan yang lurus sehingga terus meminta dalam shalat.
Shiraathal mustaqiim adalah jalan lurus Islam yang jelas tidak berliku-liku, yaitu mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah SAW. Shiraathal mustaqiim juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali RA yang mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Ash-shiratul mustaqiim kitabullah.”
Umat Islam sudah berada di jalan yang benar/lurus karena meneladani nabi pamungkas Muhammad SAW. Secara gamblang, Allah menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu di antara para nabi yang berada di jalan yang lurus:
“Sesungguhnya kamu (Muhammad) salah seorang dari rasul-rasul di jalan yang lurus” (Qs Yasin 3-4).
"Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus" (Al-Hajj 67).
Tak ada cara lain bagi orang yang ingin selamat di jalan yang lurus, kecuali mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Nabi pamungkas ini hanya berdakwah kepada jalan yang lurus. Siapapun yang berpaling dari ajaran Rasulullah maka ia menyimpang dari jalan yang lurus (Al-Mu‘minun 73-74, Al-An’am 153).
....Tak ada cara lain bagi orang yang ingin selamat di jalan yang lurus, kecuali mengikuti ajaran Nabi Muhammad....
Di jalan yang lurus ini, Nabi Muhammad berada satu corp dengan para nabi sebelumnya, antara lain dengan Nabi Ibrahim (Qs. An-Nahl 120-121); Nabi Musa dan Harun (Qs. As-Shaffat 118); Nabi Ishaq, Yakub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, Harun, Zakariya, Yahya, Ilyas, Ismail, Ilyasa’, Yunus, Luth AS (Qs. Al-An’am 84-87), dll.
Corp semua Nabi Allah itu adalah satu yaitu Dinul Islam, karena agama yang diridhai Allah hanya satu yaitu Islam (Qs Ali Imran 19). Nabi Ibrahim adalah Muslim (Ali Imran 67), Nabi Yakub seorang Muslim (Al-Baqarah 132-133), Nabi Luth juga Muslim (Adz-Dzariyat 36), Nabi Yusuf pun Muslim (Yusuf 101), Nabi Sulaiman juga seorang Muslim (An-Naml 31).
Konsekuensinya, siapapun orang yang mencari agama lain selain Islam, maka pasti tidak akan diterima oleh Allah SWT (Ali Imran 85). Karena Allah telah menjamin bahwa ajaran Islam telah sempurna (Al-Ma’idah 3).
Sebagai agama yang sempurna dan disiapkan untuk seluruh umat manusia, di mana dan kapan saja sampai Hari Kiamat nanti, Islam memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT baik Al-Qur’an sunnah nabawiyah (Qs Az-Zumar 2, As-Sajdah 2).
2. Ajaran Islam bersifat komprehensif (mencakup seluruh aspek kehidupan) (Qs Al-An’am 38).
3. Ajaran Islam bersifat universal (berlaku untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman (Qs Al-A’raf 158).
4. Ajaran Islam sesuai dengan fitrah manusia (Qs Ar-Rum 30).
5. Ajaran Islam menempatkan akal manusia pada tempat yang sebaik-baiknya secara proporsional, tidak mendewakan dan tidak menghinakannya (Qs Al-A’raf 179, Luqman 20).
6. Ajaran Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta (Qs Al-Anbiya’ 107).
7. Ajaran Islam berorientasi kepada masa depan (akhirat) tanpa melupakan masa kini (dunia) (Qs Al-Qashash 77).
8. Ajaran Islam adil, menyatakan sorga bagi yang beriman dan azab neraka bagi yang kufur (Qs Al-Bayyinah 6-8). Setiap manusia bertanggung jawab atas amalnya masing-masing, dosa manusia tidak bisa dipikul maupun diwariskan kepada orang lain (Qs. An Najm 38-39, Al-An’am 164, Al-Isra’ 15, Luqman 33, Yasin 54, At-Thur 21, Al-Baqarah 123 & 286,).
Jelaslah bahwa Islam adalah satu-satunya agama/jalan yang lurus dan diridhai Allah sepanjang zaman dari Nabi Adam hingga Muhammad SAW.
....Iblis bertekad untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Jika Pendeta Richmon menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus, maka dia tak ubahnya iblis berwajah pendeta!!....
Pendeta Richmon harus belajar banyak tentang agama dan segera bertobat dari aktivitas provokasi antarumat beragama.
Al-Qur'an surat Al-A’raf 16 menyebutkan tekad iblis untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Maka Pendeta Richmon wajib pensiun jadi misionaris yang menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus. Bila tidak, Richmon tak ubahnya iblis berwajah pendeta!! bersambung [A. Ahmad Hizbullah MAG/suara-islam]
VOA-ISLAM
AHMADIYAH:KRISTEN BUKAN ISLAMPUN TIDAK !
POLEMIK yang paling tajam dan mendasar antara Islam, Kristen dan Ahmadiyah adalah perbedaan teologi mengenai doktrin penyaliban Yesus di tiang salib.
Secara tegas, Islam mengajarkan bahwa Nabi Isa tidak mati dibunuh maupun disalib dalam Al-Qur’an surat An-Nisa 157: “wamaa qataluuhu wama shalabuuhu walakin syubbiha lahum” (mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang lain yang diserupakan dengan Isa bagi mereka).
Para ulama dan mufassir sejak masa permulaan Islam sampai saat ini sepakat (ijma’) bahwa satu-satunya maksud ayat ini adalah membantah dugaan pembunuhan dan penyaliban Nabi Isa AS. Orang-orang Yahudi dan Romawi gagal menangkap Nabi Isa, apalagi membunuh dan menyalibnya, karena beliau diselamatkan Allah SWT. Penafsiran ini diperkuat dengan ujung surat An-Nisa’ 157:
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.”
Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan fakta yang sebenarnya bahwa Nabi Isa tidak dibunuh maupun disalib. Al-Qur'an menepis peristiwa pembunuhan dan penyaliban Nabi Isa, tapi Al-Qur'an mengonfirmasi terjadinya pembunuhan dan penyaliban pada diri orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa.
....Berbeda dengan Islam dan Kristen, doktrin Ahmadiyah mengoplos akidah Islam dan Kristen. Mereka meyakini bahwa Nabi Isa benar-benar disalib, tapi tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja....
Dengan pemahaman demikian, maka Prof Dr H Mahmud Yunus dalam Tafsir Al-Qur’anul Karim menerjemahkan ayat tersebut, “Sebenarnya Isa itu bukan mereka bunuh atau mereka salibkan, tetapi yang mereka salib itu, adalah orang yang serupa dengan Isa, yang telah dibuat samar” (hlm. 94).
Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menyatakan, “Syubbiha artinya disamarkan. Yaitu diadakan orang lain, lalu ditimbulkan sangka dalam hati orang yang hendak membunuh itu bahwa orang lain itulah Isa” (Juz 6 hlm. 21).
Bagaimana mungkin Nabi Isa AS terbunuh atau tersalib, padahal Allah SWT melindungi para rasul Ulul Azmi semuanya? Allah telah menyelamatkan Nabi Nuh dari tenggelam, Nabi Ibrahim dari Api, Nabi Musa dari Fir’aun, Nabi Isa dari Yahudi dan Nabi Muhammad dari makar kaum musyrikin.
Berbeda dengan Islam yang menolak mentah-mentah mitos penyaliban Yesus, umat Kristen justru menekankan doktrin penyaliban Yesus untuk menebus dosa manusia. Kematian Yesus di tiang salib harus diimani secara mutlak, sebagai satu-satunya syarat keselamatan kristiani. Tanpa mengimani penyaliban Yesus, batallah iman kristiani seseorang. Karena dalam 12 Pengakuan (Credo/Syahadat) Iman Rasuli, penyaliban Yesus termasuk dalam pengakuan keempat: “Yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati, dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.”
Paulus dalam Bibel membuat rumusan bahwa dengan kematian di tiang salib, Yesus berkorban untuk menyelamatkan dosa manusia, agar umatnya beroleh pengampunan dan hidup yang kekal.
“Ia (Yesus, pen.) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib…” (I Petrus 2:24).
“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita…” (I Petrus 3:18).
“…Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8).
Meski penyaliban adalah inti dogma kristiani, uniknya kronologis kisah penyaliban dalam Bibel sangat simpang siur dan penuh kontradiktif.
Mengenai waktu penyaliban misalnya, Injil Markus 15:25 menyatakan bahwa Yesus disalib pada jam 9. Sementara Injil Yohanes 19:14 menceritakan bahwa pada jam 12 Yesus belum disalib, karena baru persiapan paskah. Sementara Injil Matius dan Lukas tidak menjelaskan jam berapa Yesus disalibkan. Jika sosok Yesus yang diyakini sebagai penebus dosa itu hanya ada satu orang, mengapa Bibel melaporkan dua kali waktu penyaliban? Jika Injil Markus dan Injil Yohanes diyakini kebenarannya, mungkinkah Yesus disalib dua kali pada waktu yang berlainan?
Doktrin Oplosan Al-Qur'an & Bibel Buatan Ahmadiyah
Berbeda dengan Islam dan Kristen, konsep akidah Ahmadiyah tentang Nabi Isa mengoplos akidah Islam dan doktrin Kristen. Mereka meyakini bahwa Nabi Isa benar-benar disalib, tapi tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja.
Mirza Ghulam Ahmad, pendiri dan nabi kaum Ahmadi, menekankan bahwa Nabi Isa benar-benar ditangkap, disiksa dan disalibkan tapi tidak sampai mati. Menurut nabi palsu ini, Nabi Isa disalib hanya sampai pingsan saja, lalu melarikan diri ke kampung Ahmadiyah di Kashmir dan meninggal di sana. Hal ini dijelaskan Syafi R Batuah, Sekretaris Tabligh PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia berikut:
“Salah satu ajaran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad ialah yang beliau jelaskan dalam buku bahasa Urdu berjudul “Masih Hindustan Men” (Almasih di India). Dalam buku itu, beliau menjelaskan bahwa Nabi Isa AS tidak meninggal di atas salib tapi hanya pingsan. Setelah siuman kembali beliau meninggalkan Palestina dan menuju daerah-daerah sebelah timur untuk menyampaikan ajaran-ajaran beliau kepada suku-suku Israil yang hilang. Akhirnya beliau tiba di Kashmir dan meninggal di sana dalam umur 120 tahun. Untuk menguatkan pendirian itu, Hazrat Imam Mahdi memberikan dalil-dalil yang diambil dari Bibel dan kitab-kitab tarikh” (Syafi R Batuah, Nabi Isa dari Palestina ke Kashmir, 1970, hlm. 5).
Nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad merumuskan doktrin bahwa Nabi Isa disalib hingga pingsan tapi tidak sampai mati. Dalam keadaan pingsan, jasad Nabi Isa diselamatkan oleh para muridnya kemudian hidup wajar lalu hijrah, meninggal dan dikuburkan di Srinagar, Kashmir.
....Nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad merumuskan doktrin bahwa Nabi Isa disalib hingga pingsan, kemudian hidup wajar lalu hijrah, meninggal dan dikuburkan di Srinagar, Kashmir.
Untuk menyesuaikan ajaran Al-Qur'an dengan akidah warisan Mirza Ghulam Ahmad tersebut, para ulama Ahmadiyah merekayasa tafsir Al-Qur'an yang menyelelisihi penafsiran para ulama dan mufassir yang mu’tabar. Misalnya, Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya yang menjadi rujukan Jemaat Ahmadiyah, mengomentari An-Nisa’ 157 sebagai berikut:
“Kalimat ‘ma-shalabuhu’ ini tak sekali-sekali mendustakan disalibnya Nabi Isa pada kayu palang; kalimat ini hanya mendustakan wafatnya Nabi Isa pada kayu palang sebagai akibat penyaliban…” (The Holy Qur’an Arabic Text, English Translation and Commentary, edisi Indonesia: Qur’an Suci Teks Arab, Terjemah dan Tafsir Bahasa Indonesia, Darul Kutubil Islamiyah, Jakarta, cet. X, 2002, hlm. 259).
Penafsiran model baru ini belum pernah dilakukan oleh para ulama dan mufassir baik di kalangan salafus shalih maupun ulama kontemporer.
Penyimpangan terhadap terjemahan Al-Qur'an yang lebih mencolok dilakukan oleh Syafi R Batuah dalam buku Nabi Isa dari Palestina ke Kashmir. Dengan lancangnya, ia menerjemahkan ayat “wamaa qataluuhu wama shalabuuhu walakin syubbiha lahum” dalam surat An-Nisa’ 157 sbb:
“…Tidaklah mereka membunuhnya (sampai mati) dan tidak pula mereka menyalibnya (sampai mati), melainkan disamarkan (keadaannya itu) kepada mereka…” (hlm 8).
Penafsiran versi kaum Ahmadi ini terdapat tahrif (insersi/penyisipan). Nas ayatnya jelas berbunyi “wamaa qataluuhu” (tidak membunuhnya) dan “wama shalabuhu” (tidak menyalibnya) tanpa ada embel-embel kata apapun. Penambahan kata “sampai mati” ini di ambil darimana kalau bukan tahrif untuk mencocokkan penafsiran Al-Qur'an dengan doktrin nabi palsu mereka? Bukankah dalam nas Al-Qur'an tidak ada embel-embel “hatta yamuta” (sampai mati)?
Penerjemahan batil yang dilakukan oleh kaum Ahmadi ini menyelisihi para penerjemah dan penafsir yang mu’tabar di Indonesia, antara lain: Prof Dr Buya Hamka (Tafsir Al-Azhar), Tim Departemen Agama RI (Al-Qur'an dan Terjemanya), Prof TM Hasbi Ash-Shiddieqy (Tafsir Al-Bayan), A Hassan (Tafsir Al-Furqan), Prof Dr H Mahmud Yunus (Tafsir Qur’an Karim), Bachtiar Surin (Tafir Adz-Dzikra), H Oemar Bakri (Tafsir Rahmat), Tim Disbintalad: Drs HA Nazri Adlany, Drs H Hanafie Tamam dan Drs HA Faruq Nasution (Al-Qur'an Terjemah Indonesia), dan lain-lain.
Kehadiran Ahmadiyah dengan doktrin semi Islam-Kristen, tidaklah menjadi penengah atas polemik Islam dan Kristen, justru melahirkan akidah aneh hasil oplosan Al-Qur'an dan Bibel yang diaduk dengan kitab-kitab sejarah. Tentunya, dengan melahirkan polemik teologis baru pula.
....Ahmadiyah dengan doktrin semi Islam-Kristen, justru melahirkan akidah aneh hasil oplosan Al-Qur'an dan Bibel yang diaduk dengan kitab-kitab sejarah.Penafsiran Al-Qur'an versi kaum Ahmadi memperkeruh kontroversi teologis ....
Penafsiran Al-Qur'an versi kaum Ahmadi ini memperkeruh kontroversi teologis, baik dengan Islam maupun Kristen. Selain itu, penerjemahan An-Nisa’ 157 versi Ahmadi ini tergolong gharib (aneh).
Dengan keyakinan baru bahwa Nabi Isa menderita penyaliban tapi tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja, sepintas Ahmadiyah sesuai dengan doktrin Kristen. Di sisi lain, keyakinan bahwa Nabi Isa tidak mati di tiang salib, sekilas mirip akidah Islam. Ahmadiyah dengan Islam dan Kristen, nyaris serupa tapi tak sama: Lebih tepatnya dengan dalil dalil-dalil Al-Qur'an yang dioplos dengan Bibel dan buku sejarah, lahirlah doktrin “Krislam” Ahmadiyah yang aneh: Kristen bukan, Islam pun tidak!! [A. Ahmad Hizbullah MAG/suara-islam
VOA-ISLAM
Secara tegas, Islam mengajarkan bahwa Nabi Isa tidak mati dibunuh maupun disalib dalam Al-Qur’an surat An-Nisa 157: “wamaa qataluuhu wama shalabuuhu walakin syubbiha lahum” (mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang lain yang diserupakan dengan Isa bagi mereka).
Para ulama dan mufassir sejak masa permulaan Islam sampai saat ini sepakat (ijma’) bahwa satu-satunya maksud ayat ini adalah membantah dugaan pembunuhan dan penyaliban Nabi Isa AS. Orang-orang Yahudi dan Romawi gagal menangkap Nabi Isa, apalagi membunuh dan menyalibnya, karena beliau diselamatkan Allah SWT. Penafsiran ini diperkuat dengan ujung surat An-Nisa’ 157:
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.”
Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan fakta yang sebenarnya bahwa Nabi Isa tidak dibunuh maupun disalib. Al-Qur'an menepis peristiwa pembunuhan dan penyaliban Nabi Isa, tapi Al-Qur'an mengonfirmasi terjadinya pembunuhan dan penyaliban pada diri orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa.
....Berbeda dengan Islam dan Kristen, doktrin Ahmadiyah mengoplos akidah Islam dan Kristen. Mereka meyakini bahwa Nabi Isa benar-benar disalib, tapi tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja....
Dengan pemahaman demikian, maka Prof Dr H Mahmud Yunus dalam Tafsir Al-Qur’anul Karim menerjemahkan ayat tersebut, “Sebenarnya Isa itu bukan mereka bunuh atau mereka salibkan, tetapi yang mereka salib itu, adalah orang yang serupa dengan Isa, yang telah dibuat samar” (hlm. 94).
Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menyatakan, “Syubbiha artinya disamarkan. Yaitu diadakan orang lain, lalu ditimbulkan sangka dalam hati orang yang hendak membunuh itu bahwa orang lain itulah Isa” (Juz 6 hlm. 21).
Bagaimana mungkin Nabi Isa AS terbunuh atau tersalib, padahal Allah SWT melindungi para rasul Ulul Azmi semuanya? Allah telah menyelamatkan Nabi Nuh dari tenggelam, Nabi Ibrahim dari Api, Nabi Musa dari Fir’aun, Nabi Isa dari Yahudi dan Nabi Muhammad dari makar kaum musyrikin.
Berbeda dengan Islam yang menolak mentah-mentah mitos penyaliban Yesus, umat Kristen justru menekankan doktrin penyaliban Yesus untuk menebus dosa manusia. Kematian Yesus di tiang salib harus diimani secara mutlak, sebagai satu-satunya syarat keselamatan kristiani. Tanpa mengimani penyaliban Yesus, batallah iman kristiani seseorang. Karena dalam 12 Pengakuan (Credo/Syahadat) Iman Rasuli, penyaliban Yesus termasuk dalam pengakuan keempat: “Yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati, dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.”
Paulus dalam Bibel membuat rumusan bahwa dengan kematian di tiang salib, Yesus berkorban untuk menyelamatkan dosa manusia, agar umatnya beroleh pengampunan dan hidup yang kekal.
“Ia (Yesus, pen.) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib…” (I Petrus 2:24).
“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita…” (I Petrus 3:18).
“…Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8).
Meski penyaliban adalah inti dogma kristiani, uniknya kronologis kisah penyaliban dalam Bibel sangat simpang siur dan penuh kontradiktif.
Mengenai waktu penyaliban misalnya, Injil Markus 15:25 menyatakan bahwa Yesus disalib pada jam 9. Sementara Injil Yohanes 19:14 menceritakan bahwa pada jam 12 Yesus belum disalib, karena baru persiapan paskah. Sementara Injil Matius dan Lukas tidak menjelaskan jam berapa Yesus disalibkan. Jika sosok Yesus yang diyakini sebagai penebus dosa itu hanya ada satu orang, mengapa Bibel melaporkan dua kali waktu penyaliban? Jika Injil Markus dan Injil Yohanes diyakini kebenarannya, mungkinkah Yesus disalib dua kali pada waktu yang berlainan?
Doktrin Oplosan Al-Qur'an & Bibel Buatan Ahmadiyah
Berbeda dengan Islam dan Kristen, konsep akidah Ahmadiyah tentang Nabi Isa mengoplos akidah Islam dan doktrin Kristen. Mereka meyakini bahwa Nabi Isa benar-benar disalib, tapi tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja.
Mirza Ghulam Ahmad, pendiri dan nabi kaum Ahmadi, menekankan bahwa Nabi Isa benar-benar ditangkap, disiksa dan disalibkan tapi tidak sampai mati. Menurut nabi palsu ini, Nabi Isa disalib hanya sampai pingsan saja, lalu melarikan diri ke kampung Ahmadiyah di Kashmir dan meninggal di sana. Hal ini dijelaskan Syafi R Batuah, Sekretaris Tabligh PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia berikut:
“Salah satu ajaran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad ialah yang beliau jelaskan dalam buku bahasa Urdu berjudul “Masih Hindustan Men” (Almasih di India). Dalam buku itu, beliau menjelaskan bahwa Nabi Isa AS tidak meninggal di atas salib tapi hanya pingsan. Setelah siuman kembali beliau meninggalkan Palestina dan menuju daerah-daerah sebelah timur untuk menyampaikan ajaran-ajaran beliau kepada suku-suku Israil yang hilang. Akhirnya beliau tiba di Kashmir dan meninggal di sana dalam umur 120 tahun. Untuk menguatkan pendirian itu, Hazrat Imam Mahdi memberikan dalil-dalil yang diambil dari Bibel dan kitab-kitab tarikh” (Syafi R Batuah, Nabi Isa dari Palestina ke Kashmir, 1970, hlm. 5).
Nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad merumuskan doktrin bahwa Nabi Isa disalib hingga pingsan tapi tidak sampai mati. Dalam keadaan pingsan, jasad Nabi Isa diselamatkan oleh para muridnya kemudian hidup wajar lalu hijrah, meninggal dan dikuburkan di Srinagar, Kashmir.
....Nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad merumuskan doktrin bahwa Nabi Isa disalib hingga pingsan, kemudian hidup wajar lalu hijrah, meninggal dan dikuburkan di Srinagar, Kashmir.
Untuk menyesuaikan ajaran Al-Qur'an dengan akidah warisan Mirza Ghulam Ahmad tersebut, para ulama Ahmadiyah merekayasa tafsir Al-Qur'an yang menyelelisihi penafsiran para ulama dan mufassir yang mu’tabar. Misalnya, Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya yang menjadi rujukan Jemaat Ahmadiyah, mengomentari An-Nisa’ 157 sebagai berikut:
“Kalimat ‘ma-shalabuhu’ ini tak sekali-sekali mendustakan disalibnya Nabi Isa pada kayu palang; kalimat ini hanya mendustakan wafatnya Nabi Isa pada kayu palang sebagai akibat penyaliban…” (The Holy Qur’an Arabic Text, English Translation and Commentary, edisi Indonesia: Qur’an Suci Teks Arab, Terjemah dan Tafsir Bahasa Indonesia, Darul Kutubil Islamiyah, Jakarta, cet. X, 2002, hlm. 259).
Penafsiran model baru ini belum pernah dilakukan oleh para ulama dan mufassir baik di kalangan salafus shalih maupun ulama kontemporer.
Penyimpangan terhadap terjemahan Al-Qur'an yang lebih mencolok dilakukan oleh Syafi R Batuah dalam buku Nabi Isa dari Palestina ke Kashmir. Dengan lancangnya, ia menerjemahkan ayat “wamaa qataluuhu wama shalabuuhu walakin syubbiha lahum” dalam surat An-Nisa’ 157 sbb:
“…Tidaklah mereka membunuhnya (sampai mati) dan tidak pula mereka menyalibnya (sampai mati), melainkan disamarkan (keadaannya itu) kepada mereka…” (hlm 8).
Penafsiran versi kaum Ahmadi ini terdapat tahrif (insersi/penyisipan). Nas ayatnya jelas berbunyi “wamaa qataluuhu” (tidak membunuhnya) dan “wama shalabuhu” (tidak menyalibnya) tanpa ada embel-embel kata apapun. Penambahan kata “sampai mati” ini di ambil darimana kalau bukan tahrif untuk mencocokkan penafsiran Al-Qur'an dengan doktrin nabi palsu mereka? Bukankah dalam nas Al-Qur'an tidak ada embel-embel “hatta yamuta” (sampai mati)?
Penerjemahan batil yang dilakukan oleh kaum Ahmadi ini menyelisihi para penerjemah dan penafsir yang mu’tabar di Indonesia, antara lain: Prof Dr Buya Hamka (Tafsir Al-Azhar), Tim Departemen Agama RI (Al-Qur'an dan Terjemanya), Prof TM Hasbi Ash-Shiddieqy (Tafsir Al-Bayan), A Hassan (Tafsir Al-Furqan), Prof Dr H Mahmud Yunus (Tafsir Qur’an Karim), Bachtiar Surin (Tafir Adz-Dzikra), H Oemar Bakri (Tafsir Rahmat), Tim Disbintalad: Drs HA Nazri Adlany, Drs H Hanafie Tamam dan Drs HA Faruq Nasution (Al-Qur'an Terjemah Indonesia), dan lain-lain.
Kehadiran Ahmadiyah dengan doktrin semi Islam-Kristen, tidaklah menjadi penengah atas polemik Islam dan Kristen, justru melahirkan akidah aneh hasil oplosan Al-Qur'an dan Bibel yang diaduk dengan kitab-kitab sejarah. Tentunya, dengan melahirkan polemik teologis baru pula.
....Ahmadiyah dengan doktrin semi Islam-Kristen, justru melahirkan akidah aneh hasil oplosan Al-Qur'an dan Bibel yang diaduk dengan kitab-kitab sejarah.Penafsiran Al-Qur'an versi kaum Ahmadi memperkeruh kontroversi teologis ....
Penafsiran Al-Qur'an versi kaum Ahmadi ini memperkeruh kontroversi teologis, baik dengan Islam maupun Kristen. Selain itu, penerjemahan An-Nisa’ 157 versi Ahmadi ini tergolong gharib (aneh).
Dengan keyakinan baru bahwa Nabi Isa menderita penyaliban tapi tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja, sepintas Ahmadiyah sesuai dengan doktrin Kristen. Di sisi lain, keyakinan bahwa Nabi Isa tidak mati di tiang salib, sekilas mirip akidah Islam. Ahmadiyah dengan Islam dan Kristen, nyaris serupa tapi tak sama: Lebih tepatnya dengan dalil dalil-dalil Al-Qur'an yang dioplos dengan Bibel dan buku sejarah, lahirlah doktrin “Krislam” Ahmadiyah yang aneh: Kristen bukan, Islam pun tidak!! [A. Ahmad Hizbullah MAG/suara-islam
VOA-ISLAM
TUHAN MENJAMIN KEPALSUAN BIBEL (JAWABAN UNTUK KURSUS KRISTENISASI ONLINE)
Sebuah iklan kristenisasi berlabel “Kursus Ilmu Perbandingan Agama” di situs berita nasional, meresahkan para netter Muslim. Dalam iklan tersebut terpampang kalimat menggiurkan sbb: “Ilmu Perbandingan Agama. Tahukah Sdr. Siapakah Isa Al-Masih? Free Kursus Online dengan Sertifikat. www.######islam.com.”
Iklan tersebut meresahkan umat Islam, karena website yang menamakan diri komunitas “Isa&Islam” tersebut adalah murni pemurtadan/kristenisasi dengan membelok-belokkan pengertian ayat-ayat Al-Qur'an. Parahnya, iklan kristenisasi itu terpampang dalam berita bertajuk “info haji.”
Sebetulnya, bagi orang yang paham agama, tak ada yang perlu dikhawatirkan dari website pemurtadan itu. Namun situs itu berbahaya bagi orang awam yang jahil terhadap agamanya.
Semua materi yang diajarkan dalam kursus gratis ini dangkal dan mengelikan, hanya mengandalkan pelesetan kata yang tidak logis dan tidak ilmiah. Misalnya, untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, admin website mengutip surat Al-Fatihah 6: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” Ayat ini diparalelkan dengan Injil Yohanes 14:6 bahwa satu-satunya jalan kebenaran itu hanyalah Yesus.
Ajaran seperti ini jelas penyesatan yang sangat dipaksakan. Padahal pengertian surat Al-Fatihah ayat 6 itu dijelaskan pada ayat berikutnya (ayat 7) bahwa jalan yang lurus itu bukan jalan orang yang dimurkai (Yahudi) dan juga bukan jalan orang yang sesat (Nasrani).
Dalam artikel berjudul “Apakah Benar Taurat Dan Injil Yang Sekarang Tidak Murni?” admin “Isa&Islam” menantang pembaca untuk membuktikan kepalsuan Bibel. Menurutnya, tuduhan pemalsuan dalam Taurat Bibel mustahil untuk dibuktikan:
“Kami kira sukar untuk membuktikan bahwa kitab Taurat dan Injil yang sekarang ada telah tercampur dengan tangan manusia. Memang sering terdengar suara semacam itu, tetapi di mana buktinya?... Jika benar kitab Taurat dan Injil hendak diubah oleh manusia, apakah mungkin Allah sendiri (yang telah mewahyukan kitab-kitab itu) akan tinggal diam begitu saja dan membiarkan Firman-Nya dirusak oleh tangan manusia? Rasanya tidak mungkin Allah yang Mahakuasa akan membiarkan itu terjadi!”
Kalimat itu membuktikan bahwa ia tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu?) fakta kepalsuan Bibel. Karena semua pakar bibliologi mengakui adanya penyisipan (insersi) ayat Trinitas 1 Yohanes 5:7 adalah palsu yang disisipkan secara bertahap. Tahap pertama ayat itu disisipkan sebagai catatan kaki pada abad keempat. Karena dianggap mendukung Trinitas, maka catatan kaki itu naik pangkat menjadi ayat 7 pada Bibel edisi 1550 dengan sebutan “Teks Yang Diterima” sebagai Authorized Version. Semua teolog mengakui kepalsuan ayat ini, tapi tidak malu-malu mengakuinya sebagai teks yang diterima. (baca Christology sebelumnya: Kuis Bibel Berhadiah Pesawat Boeing 747: Jawaban untuk Pendeta Budi Asali)
Untuk menutupi kepalsuan Bibel, admin Isa&Islam ‘mengambinghitamkan’ Tuhan dengan dalih “mustahil Tuhan membiarkan wahyu-Nya dipalsukan manusia.”
TIPUAN!! Berwajah Islam, ajarkan kekristenan.
Apologi ini jelas keliru besar. Adanya pemalsuan kitab-kitab terdahulu itu justru sesuai dengan firman Tuhan. Dalam banyak ayat, Allah telah menjamin terjadinya pemalsuan dalam kitab-kitab terdahulu:
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (Qs. Al-Baqarah 75).
“Mereka (Ahli Kitab) suka mengubah kalimat-kalimat Allah daripada tempat-tempatnya dan mereka itu (sengaja) melupakan perkara-perkara yang telah diperingatkan (dinasihatkan) kepada mereka…” (Qs. Al-Ma’idah 13).
“Sebagian dari orang-orang Yahudi, mereka mengubah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya” (Qs. An-Nisa’ 46, baca juga: Al-Baqarah 7, Ali Imran 71).
Untuk menjaga kemurnian firman-Nya, Allah mewahyukan Al-Qur'an sebagai kitab suci pamungkas kepada penutup nabi dan rasul. Sebagai kitab suci pamungkas, Al-Qur'an diistimewakan dengan banyak kelebihan, antara lain: dijamin keasliannya (Qs. Al-Hijr 9); mudah dihafal, dipahami dan diamalkan (Qs. Al-Qamar 17); berlaku universal untuk seluruh alam (Qs. Al-Furqan 1); ajarannya sempurna atau mencakup seluruh aspek kehidupan (Qs. Al-An’am 38).
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami yang akan menjaganya” (Qs. al-Hijr 9).
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran” (Qs Al-Qamar 17).
Terhadap kitab-kitab terdahulu, Al-Qur'an berfungsi sebagai nasikh (penghapus), muhaimin (batu ujian kebenaran), mushaddiq (korektor) terhadap kitab-kitab sebelumnya (Qs. Al-Ma’idah 48, Al-Baqarah 23, 185).
LICIK!! Iklan kristenisasi berkedok Islam di situs berita nasional.
AHLI KITAB YANG MENGOTORI ALKITAB
Untuk membela otentisitas Bibel, admin Isa&Islam membabi buta berapologi memuji kejujuran orang Yahudi dan Kristen dalam menjaga keaslian Bibel, dengan kalimat berikut:
“Naskah-naskah tua dari kitab Taurat dan Injil seperti Codex Vaticanus dan Codex Alexandrius paling sedikit sudah ada sekitar 350 tahun sebelum Al-Quran ada, dan isinya tetap sama dengan Taurat & Injil yang sekarang.
Bagaimana mungkin mengubah Firman Allah mengingat orang Yahudi dan orang Kristen sangat gigih mempertahankan dan menjaganya karena yakin Firman ini adalah wahyu Allah? Lantas, untuk apa orang Kristen berusaha mengubah/merusak Kitab Suci-nya sendiri? Keuntungan apa yang akan didapat dari melakukan hal itu?”
....Inilah teologi asal gobleh yang tidak berdasar, tidak realistis dan bertentangan dengan fakta-fakta Bibel....
Inilah teologi asal-asalan (Betawi: asal gobleh) yang tidak berdasar, tidak realistis dan bertentangan dengan fakta-fakta Bibel:
Pertama, naskah asli Bibel sudah punah. Dalam sejarah imperium Yunani, disebutkan bahwa Raja Antiokhus IV dari kerajaan Seleucos berusaha membinasakan agama Yahudi dengan membakar seluruh catatan kitab sucinya, dan mengharuskan bangsa Yahudi mengikuti kebiasaan hidup Yunani. Karenanya, pada masa Origenes Adamantios (185-254) sudah tidak ada lagi teks asli Septuaginta, kecuali salinan-salinannya yang berlian-lainan. Perkembangan selanjutnya, salinan teks Septuaginta ini dirusak oleh penulis-penulis gereja Kristen dalam pertengkarannya dengan kaum Yahudi, akibat pemisahan diri jemaat Nasrani dari Jemaat Yahudi yang melahirkan agama Kristen.
“Di seluruh dunia tidak usah dicari teks asli Kitab Suci, sebab teks itu memang tidak ada. Yang kita miliki sekarang ialah salinan dari salinan-salinan terdahulu, dan di antara bermacam-macam salinan yang kita miliki itu terdapat cukup banyak perbedaan” (Stefan Leks, Inspirasi dan Kanon Kitab Suci, , hal. 74).
....Dalam Bibel, Tuhan justru mengecam perilaku umat terdahulu yang buruk dan hobi memutarbalikkan kitab suci....
Kedua, dalam Bibel, Tuhan justru mengecam perilaku umat terdahulu yang buruk dan hobi memutarbalikkan kitab suci:
“Kataku: Baiklah dengar, hai para kepala di Yakub, dan hai para pemimpin kaum Israel! Bukankah selayaknya kamu mengetahui keadilan, hai kamu yang membenci kebaikan dan yang mencintai kejahatan? Mereka merobek kulit dari tubuh bangsaku dan daging dari tulang-tulangnya” (Mikha 3: 1-2).
“Baiklah dengarkan ini, hai para kepala kaum Yakub, dan para pemimpin kaum Israel! Hai kamu yang muak terhadap keadilan dan yang membengkokkan segala yang lurus” (Mikha 3: 9).
Nabi Musa juga mencela bani Israel yang tegar tengkuk terhadap ajaran kitab suci dan degil terhadap Tuhan semasa Nabi Musa masih hidup: “Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap Tuhan, terlebih lagi nanti sesudah aku mati” (Ulangan 31: 27).
Bila admin Isa&Islam mempelajari sejarah imperium Yunani dan membaca ayat-ayat kedegilan Yahudi tersebut, seharusnya mereka malu membuka kursus penyesatan berkedok perbandingan agama gratis. [a. ahmad hizbullah mag/suara islam]
VOA-ISLAM
Iklan tersebut meresahkan umat Islam, karena website yang menamakan diri komunitas “Isa&Islam” tersebut adalah murni pemurtadan/kristenisasi dengan membelok-belokkan pengertian ayat-ayat Al-Qur'an. Parahnya, iklan kristenisasi itu terpampang dalam berita bertajuk “info haji.”
Sebetulnya, bagi orang yang paham agama, tak ada yang perlu dikhawatirkan dari website pemurtadan itu. Namun situs itu berbahaya bagi orang awam yang jahil terhadap agamanya.
Semua materi yang diajarkan dalam kursus gratis ini dangkal dan mengelikan, hanya mengandalkan pelesetan kata yang tidak logis dan tidak ilmiah. Misalnya, untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, admin website mengutip surat Al-Fatihah 6: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” Ayat ini diparalelkan dengan Injil Yohanes 14:6 bahwa satu-satunya jalan kebenaran itu hanyalah Yesus.
Ajaran seperti ini jelas penyesatan yang sangat dipaksakan. Padahal pengertian surat Al-Fatihah ayat 6 itu dijelaskan pada ayat berikutnya (ayat 7) bahwa jalan yang lurus itu bukan jalan orang yang dimurkai (Yahudi) dan juga bukan jalan orang yang sesat (Nasrani).
Dalam artikel berjudul “Apakah Benar Taurat Dan Injil Yang Sekarang Tidak Murni?” admin “Isa&Islam” menantang pembaca untuk membuktikan kepalsuan Bibel. Menurutnya, tuduhan pemalsuan dalam Taurat Bibel mustahil untuk dibuktikan:
“Kami kira sukar untuk membuktikan bahwa kitab Taurat dan Injil yang sekarang ada telah tercampur dengan tangan manusia. Memang sering terdengar suara semacam itu, tetapi di mana buktinya?... Jika benar kitab Taurat dan Injil hendak diubah oleh manusia, apakah mungkin Allah sendiri (yang telah mewahyukan kitab-kitab itu) akan tinggal diam begitu saja dan membiarkan Firman-Nya dirusak oleh tangan manusia? Rasanya tidak mungkin Allah yang Mahakuasa akan membiarkan itu terjadi!”
Kalimat itu membuktikan bahwa ia tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu?) fakta kepalsuan Bibel. Karena semua pakar bibliologi mengakui adanya penyisipan (insersi) ayat Trinitas 1 Yohanes 5:7 adalah palsu yang disisipkan secara bertahap. Tahap pertama ayat itu disisipkan sebagai catatan kaki pada abad keempat. Karena dianggap mendukung Trinitas, maka catatan kaki itu naik pangkat menjadi ayat 7 pada Bibel edisi 1550 dengan sebutan “Teks Yang Diterima” sebagai Authorized Version. Semua teolog mengakui kepalsuan ayat ini, tapi tidak malu-malu mengakuinya sebagai teks yang diterima. (baca Christology sebelumnya: Kuis Bibel Berhadiah Pesawat Boeing 747: Jawaban untuk Pendeta Budi Asali)
Untuk menutupi kepalsuan Bibel, admin Isa&Islam ‘mengambinghitamkan’ Tuhan dengan dalih “mustahil Tuhan membiarkan wahyu-Nya dipalsukan manusia.”
TIPUAN!! Berwajah Islam, ajarkan kekristenan.
Apologi ini jelas keliru besar. Adanya pemalsuan kitab-kitab terdahulu itu justru sesuai dengan firman Tuhan. Dalam banyak ayat, Allah telah menjamin terjadinya pemalsuan dalam kitab-kitab terdahulu:
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (Qs. Al-Baqarah 75).
“Mereka (Ahli Kitab) suka mengubah kalimat-kalimat Allah daripada tempat-tempatnya dan mereka itu (sengaja) melupakan perkara-perkara yang telah diperingatkan (dinasihatkan) kepada mereka…” (Qs. Al-Ma’idah 13).
“Sebagian dari orang-orang Yahudi, mereka mengubah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya” (Qs. An-Nisa’ 46, baca juga: Al-Baqarah 7, Ali Imran 71).
Untuk menjaga kemurnian firman-Nya, Allah mewahyukan Al-Qur'an sebagai kitab suci pamungkas kepada penutup nabi dan rasul. Sebagai kitab suci pamungkas, Al-Qur'an diistimewakan dengan banyak kelebihan, antara lain: dijamin keasliannya (Qs. Al-Hijr 9); mudah dihafal, dipahami dan diamalkan (Qs. Al-Qamar 17); berlaku universal untuk seluruh alam (Qs. Al-Furqan 1); ajarannya sempurna atau mencakup seluruh aspek kehidupan (Qs. Al-An’am 38).
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami yang akan menjaganya” (Qs. al-Hijr 9).
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran” (Qs Al-Qamar 17).
Terhadap kitab-kitab terdahulu, Al-Qur'an berfungsi sebagai nasikh (penghapus), muhaimin (batu ujian kebenaran), mushaddiq (korektor) terhadap kitab-kitab sebelumnya (Qs. Al-Ma’idah 48, Al-Baqarah 23, 185).
LICIK!! Iklan kristenisasi berkedok Islam di situs berita nasional.
AHLI KITAB YANG MENGOTORI ALKITAB
Untuk membela otentisitas Bibel, admin Isa&Islam membabi buta berapologi memuji kejujuran orang Yahudi dan Kristen dalam menjaga keaslian Bibel, dengan kalimat berikut:
“Naskah-naskah tua dari kitab Taurat dan Injil seperti Codex Vaticanus dan Codex Alexandrius paling sedikit sudah ada sekitar 350 tahun sebelum Al-Quran ada, dan isinya tetap sama dengan Taurat & Injil yang sekarang.
Bagaimana mungkin mengubah Firman Allah mengingat orang Yahudi dan orang Kristen sangat gigih mempertahankan dan menjaganya karena yakin Firman ini adalah wahyu Allah? Lantas, untuk apa orang Kristen berusaha mengubah/merusak Kitab Suci-nya sendiri? Keuntungan apa yang akan didapat dari melakukan hal itu?”
....Inilah teologi asal gobleh yang tidak berdasar, tidak realistis dan bertentangan dengan fakta-fakta Bibel....
Inilah teologi asal-asalan (Betawi: asal gobleh) yang tidak berdasar, tidak realistis dan bertentangan dengan fakta-fakta Bibel:
Pertama, naskah asli Bibel sudah punah. Dalam sejarah imperium Yunani, disebutkan bahwa Raja Antiokhus IV dari kerajaan Seleucos berusaha membinasakan agama Yahudi dengan membakar seluruh catatan kitab sucinya, dan mengharuskan bangsa Yahudi mengikuti kebiasaan hidup Yunani. Karenanya, pada masa Origenes Adamantios (185-254) sudah tidak ada lagi teks asli Septuaginta, kecuali salinan-salinannya yang berlian-lainan. Perkembangan selanjutnya, salinan teks Septuaginta ini dirusak oleh penulis-penulis gereja Kristen dalam pertengkarannya dengan kaum Yahudi, akibat pemisahan diri jemaat Nasrani dari Jemaat Yahudi yang melahirkan agama Kristen.
“Di seluruh dunia tidak usah dicari teks asli Kitab Suci, sebab teks itu memang tidak ada. Yang kita miliki sekarang ialah salinan dari salinan-salinan terdahulu, dan di antara bermacam-macam salinan yang kita miliki itu terdapat cukup banyak perbedaan” (Stefan Leks, Inspirasi dan Kanon Kitab Suci, , hal. 74).
....Dalam Bibel, Tuhan justru mengecam perilaku umat terdahulu yang buruk dan hobi memutarbalikkan kitab suci....
Kedua, dalam Bibel, Tuhan justru mengecam perilaku umat terdahulu yang buruk dan hobi memutarbalikkan kitab suci:
“Kataku: Baiklah dengar, hai para kepala di Yakub, dan hai para pemimpin kaum Israel! Bukankah selayaknya kamu mengetahui keadilan, hai kamu yang membenci kebaikan dan yang mencintai kejahatan? Mereka merobek kulit dari tubuh bangsaku dan daging dari tulang-tulangnya” (Mikha 3: 1-2).
“Baiklah dengarkan ini, hai para kepala kaum Yakub, dan para pemimpin kaum Israel! Hai kamu yang muak terhadap keadilan dan yang membengkokkan segala yang lurus” (Mikha 3: 9).
Nabi Musa juga mencela bani Israel yang tegar tengkuk terhadap ajaran kitab suci dan degil terhadap Tuhan semasa Nabi Musa masih hidup: “Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap Tuhan, terlebih lagi nanti sesudah aku mati” (Ulangan 31: 27).
Bila admin Isa&Islam mempelajari sejarah imperium Yunani dan membaca ayat-ayat kedegilan Yahudi tersebut, seharusnya mereka malu membuka kursus penyesatan berkedok perbandingan agama gratis. [a. ahmad hizbullah mag/suara islam]
VOA-ISLAM
Kuis Bibel Berhadiah Pesawat Boeing 747: Jawaban untuk Pendeta Budi Asali
BUKU “Mustahil Kristen Bisa Menjawab: Berhadiah Mobil BMW” karya Insan Mokoginta (Wencelclaus) memantik polemik panjang dengan para pendeta dan penginjil. Dalam buku saku 150 halaman tersebut, Insan yang muallaf mantan Kristen berdarah China Manado itu mengemukakan sepuluh pertanyaan seputar Alkitab (Bibel), yang masing-masing pertanyaan disayembarakan dengan hadiah uang tunai sepuluh juta dan mobil BMW.
Beberapa pertanyaan yang diajukan muallaf mantan Kristen berdarah China Manado ini antara lain: Mana pengakuan Yesus dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen?; Mana perintah Yesus dalam Alkitab untuk kebaktian di gereja pada hari Minggu?; Mana foto wajah Yesus yang asli dan siapa pemotretnya?; Mana dalil Alkitab bahwa Yesus lahir tanggal 25 Desember?; Siapa yang hafal Alkitab di luar kepala walau satu surat saja?; Mana dalilnya asal percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pasti masuk surga?; dll.
Tak mau kalah, Pendeta Budi Asali M.Div. dari Gereja Kristen Rahmani Indonesia membalasnya dengan buku apologi “Siapa Bilang Kristen Tidak Bisa Menjawab?” berhadiah pesawat Boeing 747.
Dalam buku 270 halaman ini, Budi Asali tidak menjawab secara spesifik terhadap sepuluh tantangan yang disayembarakan. Ia hanya berputar-putar, menghindar dan bermain kalimat apologis. Misalnya, ketika menanggapi sayembara berhadiah bagi orang Kristen yang hafal Alkitab di luar kepala, Budi justru berapologi bahwa menghafal Bibel itu tidak harus persis, yang penting jangan sampai melenceng. Bahkan ia mencela orang yang menghafal nas ayat-ayat kitab suci secara benar, sebagai orang yang memboroskan energi dan otak yang tidak perlu. Menurutnya, menghafal kitab suci itu bukan merupakan tindakan yang terpuji.
Dalam salah satu apologinya, Budi Asali menyinggung kontradiksi Islam dan Kristen soal doktrin Trinitas. Menurutnya, umat Islam mengklaim doktrin Trinitas kristiani bertentangan dengan ajaran Islam karena Bibel sudah dipalsukan. Terhadap tudingan pemalsuan ayat Bibel, Pendeta Budi menantang dengan tiga pertanyaan: Siapa yang mengubah Alkitab, kapan perubahan itu dilakukan, dan bagaimana bisa mengubah ayat tanpa diketahui siapapun? Dengan takabburnya, Budi Asali yakin tak ada seorang pun yang mampu menjawab pertanyaan tersebut, sehingga ia berani menjanjikan hadiah pesawat Boeing 747:
“Bagaimana mungkin Alkitab mengajarkan doktrin Allah Tritunggal, sedangkan Al-Qur'an mengajarkan hanya ada satu Allah yang tunggal secara mutlak (tauhid)? Dan kalau mau bicara tentang fakta sejarah, bagaimana mungkin Alkitab mengajarkan bahwa Abraham disuruh mempersembahkan Ishak sedangkan Al-Qur'an mengatakan Abraham mempersembahkan Ismael?
Memang, kalau pertanyaan-pertanyaan ini ditanyakan kepada orang Islam maka jawabannya pasti ‘Alkitab sudah diubah.’ Tetapi, lagi-lagi, siapa yang mengubah, kapan mengubahnya, dan bagaimana bisa mengubah begitu banyak fakta dalam begitu banyak manuskrip, tanpa diketahui siapapun? Ini pertanyaan berhadiah BOEING 747!” (hlm. 130).
Sebelum menjawab tantangan sayembara berhadiah tersebut, perlu ditegaskan bahwa umat Islam meyakini adanya pemalsuan Alkitab (Bibel) berdasarkan firman Allah SWT:
“Mereka (Ahli Kitab) suka mengubah kalimat-kalimat Allah daripada tempat-tempatnya dan mereka itu (sengaja) melupakan perkara-perkara yang telah diperingatkan (dinasihatkan) kepada mereka. Dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan yang timbul dari mereka itu, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat)” (Qs. Al-Ma’idah 13).
Faktanya, firman Allah dalam Al-Qur'an tersebut bisa dibuktikan secara ilmiah, termasuk dalam kasus pemalsuan ayat Trinitas.
Menanggapi tantangan sayembara pendeta berhadiah pesawat Boeing 747, kami tidak akan berputar-putar menghindar seperti gaya Pendeta Budi Asali. Pertanyaan sayembara ini bisa dijawab dengan semudah membalik tangan, karena para teolog Kristen sendiri mengakui bahwa doktrin Trinitas –Tuhan Esa dalam tiga oknum: Allah Bapa, Yesus dan Roh Kudus– tidak Alkitabiah. Satu-satunya ayat yang dianggap mengajarkan Trinitas adalah ayat sisipan yang tertera dalam 1 Yohanes 5:7: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”
Hal ini diakui secara jujur oleh Dr GC van Niftrik dan D.S.B.J Boland, pakar teologi kondang dari Belanda: “Di dalam Alkitab tidak diketemukan suatu istilah yang dapat diterjemahkan dengan kata TRITUNGGAL ataupun ayat-ayat tertentu yang mengandung dogma tersebut, mungkin dalam 1 Yahya 5:6-8. Tetapi sebagian besar dari ayat itu agaknya belum tertera dalam naskah aslinya. Bagian itu setidak-tidaknya harus diberi kurung” (Dogmatika masa kini, hlm. 418).
....Kepalsuan ayat Trinitas itu juga diakui oleh para penerbit Bibel edisi Katolik, sehingga ayat Trinitas tersebut diberi catatan kaki: “Bagian kalimat antara kurung itu pasti tidak asli....
Kepalsuan ayat Trinitas itu juga diakui oleh para penerbit Bibel edisi Katolik, sehingga ayat Trinitas tersebut diberi catatan kaki: “Bagian kalimat antara kurung itu pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru tahun 1977/1978, hlm. 551).
INILAH BUKTI KEPALSUAN BIBEL
Sama sekali tidak ada kesulitan untuk menjawab tiga pertanyaan sayembara 747 yang diajukan Pendeta Budi Asali M.Div. Karena pertanyaan siapa, kapan dan bagaimana perubahan ayat Trinitas dalam Bibel, sudah dijawab oleh para teologi Kristen sendiri, antara lain oleh Dr William Barclay.
Barclay adalah teolog terkemuka asal Skotlandia yang sukses menulis 70 judul buku teologia. Alumnus Trinity College Glasgow ini meraih gelar Doktor of Divinity dari Universitas Edinburgh tahun 1956, lalu dikukuhkan menjadi Gurubesar bidang Biblical Criticism tahun 1963 dan meraih penghargaan dari Ratu Elisabeth, “Commander of British Empire” tahun 1969.
Jawaban pertanyaan pertama, siapa yang memalsukan ayat Trinitas?
Setelah melakukan penelitian yang mendalam dan objektif, Barclay menyimpulkan ayat 1 Yohanes 5:7 sebagai ayat palsu. Ayat ini diciptakan oleh Priscillian, seorang bidat asal Spanyol yang mati tahun 385. Mulanya ayat ini dicantumkan dalam komentar atau catatan pada margin Alkitab. Selama 15 abad, ayat ‘margin’ ini diterima karena dianggap memberikan bukti Alkitabiah untuk ajaran Trinitas.
....ayat 1 Yohanes 5:7 ini diciptakan oleh Priscillian, seorang bidat asal Spanyol yang mati tahun 385. Mulanya ayat ini dicantumkan dalam komentar atau catatan pada margin Alkitab....
Jawaban pertanyaan kedua, kapan ayat Trinitas itu dipalsukan dalam Bibel?
Barclay menjelaskan, tahun 1550 Stephanus mencetak edisi Perjanjian Baru Yunani yang besar yang masyhur dengan sebutan “Edisi 1550” dan edisi “Teks Yang Diterima.” Teks itulah yang merupakan dasar dari Authorized Version dan dari teks Yunani sepanjang abad kemudian. Itulah sebabnya ayat ini masuk ke dalam Authorized Version, dan menyelinap dalam Alkitab di seluruh dunia.
Beberapa edisi yang masih objektif, mencantumkan ayat palsu tersebut dalam Bibel, tapi dengan catatan kaki bahwa ayat tersebut adalah tambahan (insersi). Dalam Bibel edisi New International Version dicantumkan footnote sbb:
“Late manuscripts of the Vulgate testify in heaven: the Father, the Word and the Holy Spirit, and these three are one. And there are three that testify on earth: the (not found in any Greek manuscript before sixteenth century).” (The Holy Bible New International Version, hlm. 1242).
Jawaban pertanyaan ketiga, bagaimana proses pemalsuan ayat Trinitas itu? Inilah kronologis dan penjelasan Dr William Barclay selengkapnya:
“Ayat ini tidak muncul dalam manuskrip Yunani yang lebih muda dari abad ke-14. Manuskrip-manuskrip yang besar termasuk pada abad-abad ke-3 dan ke-4, dan ayat ini tidak terdapat di dalamnya. Tidak ada satu orang pun dari bapak-bapak Gereja besar yang mengetahui adanya ayat ini. Karena Versi asli Vulgata yang berasal dari Jerome tidak mencakupnya.
Orang pertama yang mengutipnya adalah seorang bidat Spanyol yang bernama Priscillian yang meninggal tahun 385 M. Sesudah itu ayat ini menyelinap masuk ke dalam teks-teks Latin dari Perjanjian Baru, walaupun sebagaimana telah kita lihat, ia tidak dapat masuk ke dalam teks Yunani.
Tetapi bagaimanakah ayat ini dapat masuk ke dalam teks? Pada mulanya ada semacam komentar atau catatan pada margin Alkitab. Karena kelihatannya ia memberikan bukti Alkitabiah yang baik untuk ajaran mengenai Tritunggal, maka setelah melewati masa yang lama ayat ini diterima oleh para teolog sebagai bagian dari teks, khususnya pada hari-hari permulaan kesarjanaan sebelum manuskrip-manuskrip yang besar ditemukan.
Tetapi bagaimana teks ini masuk ke dalam Authorized Version? Perjanjian Baru yang pertama dari bahasa Yunani yang diterbitkan berasal dari Erasmus dalam tahun 1516. Erasmus adalah seorang sarjana besar dan mengetahui bahwa teks ini tidak terdapat dalam teks asli. Maka ia tidak memasukkannya dalam edisinya yang pertama. Tetapi pada saat yang sama ini juga para teolog telah mempergunakannya. Misalnya, dalam Vulgata 1514, ayat ini telah dicetak. Karena itu Erasmus dikritik karena menghilangkannya. Jawaban Erasmus waktu itu adalah, bahwa apabila ada seseorang dapat memperlihatkan kepadanya manuskrip Yunani di mana kata-kata itu dimuat, maka ia akan mencetaknya dalam edisi berikutnya. Seseorang menghasilkan teks yang paling buruk dan paling kasip di mana ayat itu terdapat dalam bahasa Yunani. Dan Erasmus dengan berpegang pada kata-kata yang telah diucapkannya, tetapi melawan kehendak dan penilaiannya, terpaksa mencetak ayat tersebut dalam edisi 1522-nya.
....Tiga pertanyaan sayembara sudah terjawab. Kita tunggu apakah Pendeta Budi Asali M.Div menepati pesawat Boeing 747 yang dijanjikan, ataukah terbit buku apologi putar-putar jilid dua?...
Langkah berikutnya adalah bahwa dalam tahun 1550 Stephanus mencetak edisi Perjanjian Baru Yunaninya yang besar. Edisi 1550 ini disebutnya Teks Yang Diterima, dan teks itulah yang merupakan dasar dari Authorized Version dan dari teks Yunani sepanjang abad kemudian. Itulah sebabnya ayat ini masuk ke dalam Authorized Version.” (The Daily Bible Study: the Epistles of John and Jude; edisi Indonesia: Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-surat Yohanes dan Yudas, hal 185-187).
Gayung bersambut, tiga pertanyaan sayembara sudah terjawab. Kita tunggu apakah Pendeta Budi Asali M.Div menepati pesawat Boeing 747 yang dijanjikan, ataukah terbit buku apologi putar-putar jilid dua? [A. Ahmad Hizbullah MAG/suaraislam
VOA-ISLAM
Beberapa pertanyaan yang diajukan muallaf mantan Kristen berdarah China Manado ini antara lain: Mana pengakuan Yesus dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen?; Mana perintah Yesus dalam Alkitab untuk kebaktian di gereja pada hari Minggu?; Mana foto wajah Yesus yang asli dan siapa pemotretnya?; Mana dalil Alkitab bahwa Yesus lahir tanggal 25 Desember?; Siapa yang hafal Alkitab di luar kepala walau satu surat saja?; Mana dalilnya asal percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pasti masuk surga?; dll.
Tak mau kalah, Pendeta Budi Asali M.Div. dari Gereja Kristen Rahmani Indonesia membalasnya dengan buku apologi “Siapa Bilang Kristen Tidak Bisa Menjawab?” berhadiah pesawat Boeing 747.
Dalam buku 270 halaman ini, Budi Asali tidak menjawab secara spesifik terhadap sepuluh tantangan yang disayembarakan. Ia hanya berputar-putar, menghindar dan bermain kalimat apologis. Misalnya, ketika menanggapi sayembara berhadiah bagi orang Kristen yang hafal Alkitab di luar kepala, Budi justru berapologi bahwa menghafal Bibel itu tidak harus persis, yang penting jangan sampai melenceng. Bahkan ia mencela orang yang menghafal nas ayat-ayat kitab suci secara benar, sebagai orang yang memboroskan energi dan otak yang tidak perlu. Menurutnya, menghafal kitab suci itu bukan merupakan tindakan yang terpuji.
Dalam salah satu apologinya, Budi Asali menyinggung kontradiksi Islam dan Kristen soal doktrin Trinitas. Menurutnya, umat Islam mengklaim doktrin Trinitas kristiani bertentangan dengan ajaran Islam karena Bibel sudah dipalsukan. Terhadap tudingan pemalsuan ayat Bibel, Pendeta Budi menantang dengan tiga pertanyaan: Siapa yang mengubah Alkitab, kapan perubahan itu dilakukan, dan bagaimana bisa mengubah ayat tanpa diketahui siapapun? Dengan takabburnya, Budi Asali yakin tak ada seorang pun yang mampu menjawab pertanyaan tersebut, sehingga ia berani menjanjikan hadiah pesawat Boeing 747:
“Bagaimana mungkin Alkitab mengajarkan doktrin Allah Tritunggal, sedangkan Al-Qur'an mengajarkan hanya ada satu Allah yang tunggal secara mutlak (tauhid)? Dan kalau mau bicara tentang fakta sejarah, bagaimana mungkin Alkitab mengajarkan bahwa Abraham disuruh mempersembahkan Ishak sedangkan Al-Qur'an mengatakan Abraham mempersembahkan Ismael?
Memang, kalau pertanyaan-pertanyaan ini ditanyakan kepada orang Islam maka jawabannya pasti ‘Alkitab sudah diubah.’ Tetapi, lagi-lagi, siapa yang mengubah, kapan mengubahnya, dan bagaimana bisa mengubah begitu banyak fakta dalam begitu banyak manuskrip, tanpa diketahui siapapun? Ini pertanyaan berhadiah BOEING 747!” (hlm. 130).
Sebelum menjawab tantangan sayembara berhadiah tersebut, perlu ditegaskan bahwa umat Islam meyakini adanya pemalsuan Alkitab (Bibel) berdasarkan firman Allah SWT:
“Mereka (Ahli Kitab) suka mengubah kalimat-kalimat Allah daripada tempat-tempatnya dan mereka itu (sengaja) melupakan perkara-perkara yang telah diperingatkan (dinasihatkan) kepada mereka. Dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan yang timbul dari mereka itu, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat)” (Qs. Al-Ma’idah 13).
Faktanya, firman Allah dalam Al-Qur'an tersebut bisa dibuktikan secara ilmiah, termasuk dalam kasus pemalsuan ayat Trinitas.
Menanggapi tantangan sayembara pendeta berhadiah pesawat Boeing 747, kami tidak akan berputar-putar menghindar seperti gaya Pendeta Budi Asali. Pertanyaan sayembara ini bisa dijawab dengan semudah membalik tangan, karena para teolog Kristen sendiri mengakui bahwa doktrin Trinitas –Tuhan Esa dalam tiga oknum: Allah Bapa, Yesus dan Roh Kudus– tidak Alkitabiah. Satu-satunya ayat yang dianggap mengajarkan Trinitas adalah ayat sisipan yang tertera dalam 1 Yohanes 5:7: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”
Hal ini diakui secara jujur oleh Dr GC van Niftrik dan D.S.B.J Boland, pakar teologi kondang dari Belanda: “Di dalam Alkitab tidak diketemukan suatu istilah yang dapat diterjemahkan dengan kata TRITUNGGAL ataupun ayat-ayat tertentu yang mengandung dogma tersebut, mungkin dalam 1 Yahya 5:6-8. Tetapi sebagian besar dari ayat itu agaknya belum tertera dalam naskah aslinya. Bagian itu setidak-tidaknya harus diberi kurung” (Dogmatika masa kini, hlm. 418).
....Kepalsuan ayat Trinitas itu juga diakui oleh para penerbit Bibel edisi Katolik, sehingga ayat Trinitas tersebut diberi catatan kaki: “Bagian kalimat antara kurung itu pasti tidak asli....
Kepalsuan ayat Trinitas itu juga diakui oleh para penerbit Bibel edisi Katolik, sehingga ayat Trinitas tersebut diberi catatan kaki: “Bagian kalimat antara kurung itu pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru tahun 1977/1978, hlm. 551).
INILAH BUKTI KEPALSUAN BIBEL
Sama sekali tidak ada kesulitan untuk menjawab tiga pertanyaan sayembara 747 yang diajukan Pendeta Budi Asali M.Div. Karena pertanyaan siapa, kapan dan bagaimana perubahan ayat Trinitas dalam Bibel, sudah dijawab oleh para teologi Kristen sendiri, antara lain oleh Dr William Barclay.
Barclay adalah teolog terkemuka asal Skotlandia yang sukses menulis 70 judul buku teologia. Alumnus Trinity College Glasgow ini meraih gelar Doktor of Divinity dari Universitas Edinburgh tahun 1956, lalu dikukuhkan menjadi Gurubesar bidang Biblical Criticism tahun 1963 dan meraih penghargaan dari Ratu Elisabeth, “Commander of British Empire” tahun 1969.
Jawaban pertanyaan pertama, siapa yang memalsukan ayat Trinitas?
Setelah melakukan penelitian yang mendalam dan objektif, Barclay menyimpulkan ayat 1 Yohanes 5:7 sebagai ayat palsu. Ayat ini diciptakan oleh Priscillian, seorang bidat asal Spanyol yang mati tahun 385. Mulanya ayat ini dicantumkan dalam komentar atau catatan pada margin Alkitab. Selama 15 abad, ayat ‘margin’ ini diterima karena dianggap memberikan bukti Alkitabiah untuk ajaran Trinitas.
....ayat 1 Yohanes 5:7 ini diciptakan oleh Priscillian, seorang bidat asal Spanyol yang mati tahun 385. Mulanya ayat ini dicantumkan dalam komentar atau catatan pada margin Alkitab....
Jawaban pertanyaan kedua, kapan ayat Trinitas itu dipalsukan dalam Bibel?
Barclay menjelaskan, tahun 1550 Stephanus mencetak edisi Perjanjian Baru Yunani yang besar yang masyhur dengan sebutan “Edisi 1550” dan edisi “Teks Yang Diterima.” Teks itulah yang merupakan dasar dari Authorized Version dan dari teks Yunani sepanjang abad kemudian. Itulah sebabnya ayat ini masuk ke dalam Authorized Version, dan menyelinap dalam Alkitab di seluruh dunia.
Beberapa edisi yang masih objektif, mencantumkan ayat palsu tersebut dalam Bibel, tapi dengan catatan kaki bahwa ayat tersebut adalah tambahan (insersi). Dalam Bibel edisi New International Version dicantumkan footnote sbb:
“Late manuscripts of the Vulgate testify in heaven: the Father, the Word and the Holy Spirit, and these three are one. And there are three that testify on earth: the (not found in any Greek manuscript before sixteenth century).” (The Holy Bible New International Version, hlm. 1242).
Jawaban pertanyaan ketiga, bagaimana proses pemalsuan ayat Trinitas itu? Inilah kronologis dan penjelasan Dr William Barclay selengkapnya:
“Ayat ini tidak muncul dalam manuskrip Yunani yang lebih muda dari abad ke-14. Manuskrip-manuskrip yang besar termasuk pada abad-abad ke-3 dan ke-4, dan ayat ini tidak terdapat di dalamnya. Tidak ada satu orang pun dari bapak-bapak Gereja besar yang mengetahui adanya ayat ini. Karena Versi asli Vulgata yang berasal dari Jerome tidak mencakupnya.
Orang pertama yang mengutipnya adalah seorang bidat Spanyol yang bernama Priscillian yang meninggal tahun 385 M. Sesudah itu ayat ini menyelinap masuk ke dalam teks-teks Latin dari Perjanjian Baru, walaupun sebagaimana telah kita lihat, ia tidak dapat masuk ke dalam teks Yunani.
Tetapi bagaimanakah ayat ini dapat masuk ke dalam teks? Pada mulanya ada semacam komentar atau catatan pada margin Alkitab. Karena kelihatannya ia memberikan bukti Alkitabiah yang baik untuk ajaran mengenai Tritunggal, maka setelah melewati masa yang lama ayat ini diterima oleh para teolog sebagai bagian dari teks, khususnya pada hari-hari permulaan kesarjanaan sebelum manuskrip-manuskrip yang besar ditemukan.
Tetapi bagaimana teks ini masuk ke dalam Authorized Version? Perjanjian Baru yang pertama dari bahasa Yunani yang diterbitkan berasal dari Erasmus dalam tahun 1516. Erasmus adalah seorang sarjana besar dan mengetahui bahwa teks ini tidak terdapat dalam teks asli. Maka ia tidak memasukkannya dalam edisinya yang pertama. Tetapi pada saat yang sama ini juga para teolog telah mempergunakannya. Misalnya, dalam Vulgata 1514, ayat ini telah dicetak. Karena itu Erasmus dikritik karena menghilangkannya. Jawaban Erasmus waktu itu adalah, bahwa apabila ada seseorang dapat memperlihatkan kepadanya manuskrip Yunani di mana kata-kata itu dimuat, maka ia akan mencetaknya dalam edisi berikutnya. Seseorang menghasilkan teks yang paling buruk dan paling kasip di mana ayat itu terdapat dalam bahasa Yunani. Dan Erasmus dengan berpegang pada kata-kata yang telah diucapkannya, tetapi melawan kehendak dan penilaiannya, terpaksa mencetak ayat tersebut dalam edisi 1522-nya.
....Tiga pertanyaan sayembara sudah terjawab. Kita tunggu apakah Pendeta Budi Asali M.Div menepati pesawat Boeing 747 yang dijanjikan, ataukah terbit buku apologi putar-putar jilid dua?...
Langkah berikutnya adalah bahwa dalam tahun 1550 Stephanus mencetak edisi Perjanjian Baru Yunaninya yang besar. Edisi 1550 ini disebutnya Teks Yang Diterima, dan teks itulah yang merupakan dasar dari Authorized Version dan dari teks Yunani sepanjang abad kemudian. Itulah sebabnya ayat ini masuk ke dalam Authorized Version.” (The Daily Bible Study: the Epistles of John and Jude; edisi Indonesia: Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-surat Yohanes dan Yudas, hal 185-187).
Gayung bersambut, tiga pertanyaan sayembara sudah terjawab. Kita tunggu apakah Pendeta Budi Asali M.Div menepati pesawat Boeing 747 yang dijanjikan, ataukah terbit buku apologi putar-putar jilid dua? [A. Ahmad Hizbullah MAG/suaraislam
VOA-ISLAM
BINTANG BETLEHEM DAN KELAHIRAN YESUS
Jika legenda tiga orang majus dan bintang Betlehem dalam kisah kelahiran Yesus yang diceritakan dalam Alkitab itu benar, bisa diprediksikan bahwa Yesus tidak lahir tanggal 25 Desember, melainkan 17 Juni.
Legenda mengenai bintang yang muncul di langit tepatnya di kota Betlehem yang memimpin tiga orang majus ke palungan, tempat di mana bayi Yesus terbaring telah diperdebatkan selama beberapa waktu, demikian dirilis Telegraph, Senin (13/2).
Pertanyaannya apakah bintang terang tersebut benar-benar nyata? Penjelasan yang mungkin adalah bintang tersebut merupakan konjungsi antara planet Jupiter dan Venus yang tampak seperti bintang terang. Bintang tersebut muncul sekitar abad kedua Sebelum Masehi.
....dapat diprediksikan tanggal yang tepat bagi hari Kelahiran Kristus yaitu jatuh pada 17 Juni, abad kedua Sebelum Masehi....
Jika hipotesis tersebut benar, maka dapat diprediksikan tanggal yang tepat bagi hari Kelahiran Kristus yaitu jatuh pada 17 Juni, abad kedua Sebelum Masehi.
Umat Kristen yang merayakan Natal, tak pernah luput membaca kisah kelahiran Yesus dalam Matius 2:1-12. Dalam perikop “Orang Majus Dari Timur” ini dikisahkan bahwa pada waktu kelahiran Yesus Kristus di kota kecil Betlehem, dikatakan dari sebelah timur datanglah beberapa orang Majus untuk mencari Bayi Yesus yang baru lahir. [taz/lip6]
VOA-ISLAM
Legenda mengenai bintang yang muncul di langit tepatnya di kota Betlehem yang memimpin tiga orang majus ke palungan, tempat di mana bayi Yesus terbaring telah diperdebatkan selama beberapa waktu, demikian dirilis Telegraph, Senin (13/2).
Pertanyaannya apakah bintang terang tersebut benar-benar nyata? Penjelasan yang mungkin adalah bintang tersebut merupakan konjungsi antara planet Jupiter dan Venus yang tampak seperti bintang terang. Bintang tersebut muncul sekitar abad kedua Sebelum Masehi.
....dapat diprediksikan tanggal yang tepat bagi hari Kelahiran Kristus yaitu jatuh pada 17 Juni, abad kedua Sebelum Masehi....
Jika hipotesis tersebut benar, maka dapat diprediksikan tanggal yang tepat bagi hari Kelahiran Kristus yaitu jatuh pada 17 Juni, abad kedua Sebelum Masehi.
Umat Kristen yang merayakan Natal, tak pernah luput membaca kisah kelahiran Yesus dalam Matius 2:1-12. Dalam perikop “Orang Majus Dari Timur” ini dikisahkan bahwa pada waktu kelahiran Yesus Kristus di kota kecil Betlehem, dikatakan dari sebelah timur datanglah beberapa orang Majus untuk mencari Bayi Yesus yang baru lahir. [taz/lip6]
VOA-ISLAM
SYARI'AT YANG TAK ADIL,ISLAM ATAU KRISTEN ?
Untuk misi penginjilan, Pendeta Muhammad Bambang SE STh menempuh cara yang tidak fair, menghujat syariat Islam. Dalam buku penginjilan “Mengapa Saya Menjadi Orang Kristen (Islam Menjadi Kristen)” yang diterbitkan Yayasan Penginjilan Martua Agape Nias, pendeta yang mengaku bekas ustadz kelahiran Bojonegoro tahun 1964 ini menyebut syariat Islam sebagai intoleransi, keras, kejam, tidak adil dan tak mengenal kasih. Beberapa syariat yang jadi sasaran, di antaranya adalah hukum rajam dan waris:
“Hukum/Syariat Islam (Pidana + Perdata) tidak berlandaskan KASIH, melainkan berdasarkan intoleransi, keras/kejam dan tidak adil, yang sebagai buktinya kami sitir antara lain: Dera dengan 100x pukulan rotan atau pentungan bagi mereka yang ketangkap basah berzina (Qs. An-Nur 2). (hlm 38).
Dengan menyimak hujatan tersebut, patutlah diragukan pengakuan Pendeta Muhammad Bambang sebagai seorang mantan ustadz. Tudingannya sangat semberono, jauh dari pengertian dan hikmah syariat yang mahaluas.
....Patutlah diragukan pengakuan Pendeta Muhammad Bambang sebagai seorang mantan ustadz. Tudingannya sangat semberono....
Memang sanksi (‘uqubah) dalam syariat Islam sudah jadi langganan para misionaris untuk melakukan pendangkalan akidah. Mereka melebih-lebihkan mirisnya sanksi dalam pidana Islam, seraya menutupi prinsip dan hikmah yang ada.
Pada dasarnya, semua jenis sanksi hukum itu dijatuhkan di Akhirat, tapi sebagian disegerakan di dunia untuk menjaga ketertiban dan ketenteraman hidup bermasyarakat. Karena Allah SWT menurunkan agama untuk menjaga lima hal pokok (ad-dharuratul-khams), yaitu menjaga kebebasan beragama (hifzhud-din), menjaga kesucian hidup (hifzhun-nafs), menjaga kepemilikan harta benda (hifzhul-maal), menjaga keturunan (hifzhun-nasal), dan menjaga kebebasan berpikir (hifzhul ‘aql).
Lima hal tersebut adalah kebutuhan yang dharuri dan sangat menentukan eksistensi hidup dan kehidupan manusia. Untuk itulah Allah menetapkan sanksi hukum di dunia. Di mata hukum Islam, semua orang dipandang sama tanpa ada diskriminasi hukum berdasarkan status sosial, ekonomi dan politik, atau alasan lainnya.
Sangat tidak benar tuduhan pendeta bahwa Islam menghukum pezina dengan pukulan pentungan 100 kali. Penggambaran yang miris ini sengaja dilakukan pendeta untuk melakukan mendoktrin jemaatnya, bahwa Islam itu kejam dan sadis. Padahal ketentuan Syariat Islam dalam tindak pidana perzinaan tidaklah sesemberono dan sekejam itu. Al-Qur'an yang dituding sadis itu adalah sbb:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman” (Qs An-Nur 2).
....Sangat tidak benar tuduhan pendeta bahwa Islam menghukum pezina dengan pukulan pentungan 100 kali....
Hukuman terhadap pelaku perzinaan memang sangat keras, karena zina tak hanya dosa besar, tapi juga perbuatan keji (fahisyah) dan seburuk-buruk kelakuan (saa’a sabiilan). (Qs Al-Isra 32).
Betapa banyaknya penyakit menular akibat zina yang belum ditemukan penyembuhannya seperti HIV AIDS. Betapa banyak rumah tangga hancur berantakan gara-gara kasus zina dan perselingkuhan? Betapa banyak generasi yang rusak masa depannya karena perzinaan orang tuanya?
Bila pelakunya seorang gadis atau bujangan yang belum pernah menikah, maka hukumannya adalah dera seratus kali, sesuai dengan ayat tersebut.
Tapi bila pelakunya adalah pria atau wanita yang pernah menikah (muhshan/muhshanat), walaupun ia berstatus duda atau janda, maka berdasarkan hadits-hadits yang shahih, hukumannya naik menjadi rajam.
Apabila tindak perzinaan itu terbukti sah dan meyakinkan secara hukum, maka sanksi harus dilakukan tanpa belas kasihan: “…Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat…” (Qs An-Nur 2).
Dalam pelaksanaannya, agar sanksi perzinaan ini menimbulkan efek jera dan dampak sosiologis kepada masyarakat agar mereka membenci, menjauhi dan takut melakukan perzinaan, maka eksekusinya harus dilakukan di hadapan khalayak kaum mukminin:
“…Dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman” (Qs An-Nur 2).
Karena sanksi perzinaan itu sangat berat baik fisik maupun mental, maka persyaratan pelaksanaan hukumannya juga sangat berat dan ketat, yaitu benar-benar terbukti dengan dua pembuktian: 1) Pengakuan langsung dari pelakunya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. 2) Kesaksian dari empat orang saksi mata yang Muslim, berakal, baligh dan adil.
....Subhanallah!! Bagi orang berakal, betapa adil dan indah syariat Islam....
Karena sanksi perzinaan itu sangat berat, maka aturan bagi orang yang menuduh perzinaan pun ketat. Bagi orang yang menuduh perzinaan tapi tidak terbukti di pengadilan, maka dia dihukumi sebagai fasik yang dijatuhi sanksi dera 80 kali (Qs An-Nur 4). Subhanallah!! Bagi orang berakal, betapa adil dan indah syariat Islam.
KEKEJAMAN DAN KASIH YANG KELIRU DALAM SYARIAT BIBEL
“...Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat...”
Penggalan ayat Al-Qur'an surat An-Nur ayat 2 tersebut diperalat Pendeta Muhammad Bambang untuk menuding Islam sebagai agama yang tak mengenal belas kasihan:
“Tegasnya Hukum dan Syariat Islam itu bertentangan secara diametral dan antagonis dengan Hukum Kasih yang diajarkan oleh Yesus dalam Matius 22:39 yang berbunyi: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (hlm 39).
Padahal dalam ayat tersebut Allah melarang agar jangan meninggalkan perintah-Nya hanya demi rasa kasihan terhadap pelaku perzinaan. Tak boleh ada dispensasi hukuman atas alasan kasihan, simpati atau perasaan lainnya. Perasaan hati tak boleh mengalahkan hukum Allah.
....dalam Bibel, Tuhan memerintahkan balas dendam dengan perintah membunuh dan menumpas secara sadis terhadap semua manusia dan binatang ternak tanpa belas kasihan....
Aneh memang, hanya dengan adanya ayat “janganlah belas kasihan kepada keduanya (kedua pezina, pen.),” Pendeta Bambang menuding Islam bukan agama kasih. Padahal dalam Bibel, Tuhan memerintahkan balas dendam dengan perintah membunuh dan menumpas secara sadis terhadap semua manusia dan binatang ternak tanpa belas kasihan sedikitpun:
“Beginilah firman Tuhan semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai”(1 Samuel 15:2-3, selengkapnya baca sampai ayat 9).
Jika Pendeta Bambang ingin menerapkan Hukum Kasih sesuai dengan ayat-ayat Bibel, maka dia akan mengalami kemusykilan. Karena dalam Bibel Yesus menerapkan hukum kasih dengan membebaskan wanita Yahudi yang tertangkap basah berzina, dari jeratan hukuman apapun termasuk rajam (Yohanes 8:1-11).
Penghakiman Yesus dalam ayat ini bertolak belakang dengan berbagai sabdanya dalam Injil, bahwa mata yang berbuat maksiat harus dicungkil dan dibuang.
“Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua” (Matius 18:9, Matius 5:29).
Selain itu, dengan membebaskan perempuan yang tertangkap basah melakukan zina (skandal seks) dari jeratan hukum, berarti Yesus telah melanggar Hukum Taurat tentang hukum rajam (dilempari batu) sampai mati (Ulangan 22:22-24). Bukankah salah satu misi Yesus bukanlah untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya (Matius 5:17)?
....di samping menetapkan hukum yang keras dalam pidana perzinaan, Perjanjian Lama banyak memberikan angin segar bagi perzinaan. Misalnya, Tuhan menyuruh Nabi Hosea untuk bercinta dan menikahi pelacur Gomer....
Lebih jauh lagi, Pendeta Muhammad Bambang akan menemui banyak kesulitan jika ingin menerapkan Hukum Kasih dalam hal pelacuran. Karena di samping menetapkan hukum yang keras dalam pidana perzinaan, Perjanjian Lama banyak memberikan angin segar bagi perzinaan. Misalnya, Tuhan menyuruh Nabi Hosea untuk bercinta dan menikahi pelacur Gomer.
“Ketika Tuhan pertama kali berbicara kepada bangsa Israel dengan perantaraanku, Tuhan berkata, “Hosea, kawinilah seorang yang suka melacur, dan anak-anakmu juga akan menjadi seperti dia. Umat-Ku sama seperti istrimu itu; mereka tidak setia kepada-Ku, dan meninggalkan Aku” (Hosea 1:2-3, BIS).
Apakah atas dasar ayat ini, Pendeta Bambang ingin mengasihi pezina sehingga memprotes keras ayat Al-Qur'an yang menetapkan sanksi bagi pelaku perzinaan? Akankah Pendeta Bambang bersukacita jika di dunia ini tidak ada hukum yang menjerat para pezina dengan hukuman keras, sehingga perselingkuhan makin merajalela? Itukah makna kasih seorang pendeta bagi para pezina? [A. Ahmad Hizbullah MAG/suaraislam
VOA-ISLAM
“Hukum/Syariat Islam (Pidana + Perdata) tidak berlandaskan KASIH, melainkan berdasarkan intoleransi, keras/kejam dan tidak adil, yang sebagai buktinya kami sitir antara lain: Dera dengan 100x pukulan rotan atau pentungan bagi mereka yang ketangkap basah berzina (Qs. An-Nur 2). (hlm 38).
Dengan menyimak hujatan tersebut, patutlah diragukan pengakuan Pendeta Muhammad Bambang sebagai seorang mantan ustadz. Tudingannya sangat semberono, jauh dari pengertian dan hikmah syariat yang mahaluas.
....Patutlah diragukan pengakuan Pendeta Muhammad Bambang sebagai seorang mantan ustadz. Tudingannya sangat semberono....
Memang sanksi (‘uqubah) dalam syariat Islam sudah jadi langganan para misionaris untuk melakukan pendangkalan akidah. Mereka melebih-lebihkan mirisnya sanksi dalam pidana Islam, seraya menutupi prinsip dan hikmah yang ada.
Pada dasarnya, semua jenis sanksi hukum itu dijatuhkan di Akhirat, tapi sebagian disegerakan di dunia untuk menjaga ketertiban dan ketenteraman hidup bermasyarakat. Karena Allah SWT menurunkan agama untuk menjaga lima hal pokok (ad-dharuratul-khams), yaitu menjaga kebebasan beragama (hifzhud-din), menjaga kesucian hidup (hifzhun-nafs), menjaga kepemilikan harta benda (hifzhul-maal), menjaga keturunan (hifzhun-nasal), dan menjaga kebebasan berpikir (hifzhul ‘aql).
Lima hal tersebut adalah kebutuhan yang dharuri dan sangat menentukan eksistensi hidup dan kehidupan manusia. Untuk itulah Allah menetapkan sanksi hukum di dunia. Di mata hukum Islam, semua orang dipandang sama tanpa ada diskriminasi hukum berdasarkan status sosial, ekonomi dan politik, atau alasan lainnya.
Sangat tidak benar tuduhan pendeta bahwa Islam menghukum pezina dengan pukulan pentungan 100 kali. Penggambaran yang miris ini sengaja dilakukan pendeta untuk melakukan mendoktrin jemaatnya, bahwa Islam itu kejam dan sadis. Padahal ketentuan Syariat Islam dalam tindak pidana perzinaan tidaklah sesemberono dan sekejam itu. Al-Qur'an yang dituding sadis itu adalah sbb:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman” (Qs An-Nur 2).
....Sangat tidak benar tuduhan pendeta bahwa Islam menghukum pezina dengan pukulan pentungan 100 kali....
Hukuman terhadap pelaku perzinaan memang sangat keras, karena zina tak hanya dosa besar, tapi juga perbuatan keji (fahisyah) dan seburuk-buruk kelakuan (saa’a sabiilan). (Qs Al-Isra 32).
Betapa banyaknya penyakit menular akibat zina yang belum ditemukan penyembuhannya seperti HIV AIDS. Betapa banyak rumah tangga hancur berantakan gara-gara kasus zina dan perselingkuhan? Betapa banyak generasi yang rusak masa depannya karena perzinaan orang tuanya?
Bila pelakunya seorang gadis atau bujangan yang belum pernah menikah, maka hukumannya adalah dera seratus kali, sesuai dengan ayat tersebut.
Tapi bila pelakunya adalah pria atau wanita yang pernah menikah (muhshan/muhshanat), walaupun ia berstatus duda atau janda, maka berdasarkan hadits-hadits yang shahih, hukumannya naik menjadi rajam.
Apabila tindak perzinaan itu terbukti sah dan meyakinkan secara hukum, maka sanksi harus dilakukan tanpa belas kasihan: “…Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat…” (Qs An-Nur 2).
Dalam pelaksanaannya, agar sanksi perzinaan ini menimbulkan efek jera dan dampak sosiologis kepada masyarakat agar mereka membenci, menjauhi dan takut melakukan perzinaan, maka eksekusinya harus dilakukan di hadapan khalayak kaum mukminin:
“…Dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman” (Qs An-Nur 2).
Karena sanksi perzinaan itu sangat berat baik fisik maupun mental, maka persyaratan pelaksanaan hukumannya juga sangat berat dan ketat, yaitu benar-benar terbukti dengan dua pembuktian: 1) Pengakuan langsung dari pelakunya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. 2) Kesaksian dari empat orang saksi mata yang Muslim, berakal, baligh dan adil.
....Subhanallah!! Bagi orang berakal, betapa adil dan indah syariat Islam....
Karena sanksi perzinaan itu sangat berat, maka aturan bagi orang yang menuduh perzinaan pun ketat. Bagi orang yang menuduh perzinaan tapi tidak terbukti di pengadilan, maka dia dihukumi sebagai fasik yang dijatuhi sanksi dera 80 kali (Qs An-Nur 4). Subhanallah!! Bagi orang berakal, betapa adil dan indah syariat Islam.
KEKEJAMAN DAN KASIH YANG KELIRU DALAM SYARIAT BIBEL
“...Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat...”
Penggalan ayat Al-Qur'an surat An-Nur ayat 2 tersebut diperalat Pendeta Muhammad Bambang untuk menuding Islam sebagai agama yang tak mengenal belas kasihan:
“Tegasnya Hukum dan Syariat Islam itu bertentangan secara diametral dan antagonis dengan Hukum Kasih yang diajarkan oleh Yesus dalam Matius 22:39 yang berbunyi: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (hlm 39).
Padahal dalam ayat tersebut Allah melarang agar jangan meninggalkan perintah-Nya hanya demi rasa kasihan terhadap pelaku perzinaan. Tak boleh ada dispensasi hukuman atas alasan kasihan, simpati atau perasaan lainnya. Perasaan hati tak boleh mengalahkan hukum Allah.
....dalam Bibel, Tuhan memerintahkan balas dendam dengan perintah membunuh dan menumpas secara sadis terhadap semua manusia dan binatang ternak tanpa belas kasihan....
Aneh memang, hanya dengan adanya ayat “janganlah belas kasihan kepada keduanya (kedua pezina, pen.),” Pendeta Bambang menuding Islam bukan agama kasih. Padahal dalam Bibel, Tuhan memerintahkan balas dendam dengan perintah membunuh dan menumpas secara sadis terhadap semua manusia dan binatang ternak tanpa belas kasihan sedikitpun:
“Beginilah firman Tuhan semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai”(1 Samuel 15:2-3, selengkapnya baca sampai ayat 9).
Jika Pendeta Bambang ingin menerapkan Hukum Kasih sesuai dengan ayat-ayat Bibel, maka dia akan mengalami kemusykilan. Karena dalam Bibel Yesus menerapkan hukum kasih dengan membebaskan wanita Yahudi yang tertangkap basah berzina, dari jeratan hukuman apapun termasuk rajam (Yohanes 8:1-11).
Penghakiman Yesus dalam ayat ini bertolak belakang dengan berbagai sabdanya dalam Injil, bahwa mata yang berbuat maksiat harus dicungkil dan dibuang.
“Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua” (Matius 18:9, Matius 5:29).
Selain itu, dengan membebaskan perempuan yang tertangkap basah melakukan zina (skandal seks) dari jeratan hukum, berarti Yesus telah melanggar Hukum Taurat tentang hukum rajam (dilempari batu) sampai mati (Ulangan 22:22-24). Bukankah salah satu misi Yesus bukanlah untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya (Matius 5:17)?
....di samping menetapkan hukum yang keras dalam pidana perzinaan, Perjanjian Lama banyak memberikan angin segar bagi perzinaan. Misalnya, Tuhan menyuruh Nabi Hosea untuk bercinta dan menikahi pelacur Gomer....
Lebih jauh lagi, Pendeta Muhammad Bambang akan menemui banyak kesulitan jika ingin menerapkan Hukum Kasih dalam hal pelacuran. Karena di samping menetapkan hukum yang keras dalam pidana perzinaan, Perjanjian Lama banyak memberikan angin segar bagi perzinaan. Misalnya, Tuhan menyuruh Nabi Hosea untuk bercinta dan menikahi pelacur Gomer.
“Ketika Tuhan pertama kali berbicara kepada bangsa Israel dengan perantaraanku, Tuhan berkata, “Hosea, kawinilah seorang yang suka melacur, dan anak-anakmu juga akan menjadi seperti dia. Umat-Ku sama seperti istrimu itu; mereka tidak setia kepada-Ku, dan meninggalkan Aku” (Hosea 1:2-3, BIS).
Apakah atas dasar ayat ini, Pendeta Bambang ingin mengasihi pezina sehingga memprotes keras ayat Al-Qur'an yang menetapkan sanksi bagi pelaku perzinaan? Akankah Pendeta Bambang bersukacita jika di dunia ini tidak ada hukum yang menjerat para pezina dengan hukuman keras, sehingga perselingkuhan makin merajalela? Itukah makna kasih seorang pendeta bagi para pezina? [A. Ahmad Hizbullah MAG/suaraislam
VOA-ISLAM
NATAL REALITAS ATAU MITOS ?
Jelang Natal, umat Kristen dan kaum Ateis di New York perang iklan melalui banner di berbagai sudut kota. Kristen pasang iklan banner menganjurkan perayaan Natal, sebaliknya Ateis memperingatkan bahwa Natal adalah mitos belaka!
Pengendara mobil yang akan memasuki Kota New York melalui terowongan Lincoln, akan menghadapi pertempuran keyakinan. Pasalnya, dua papan iklan (billboard) yang berhubungan dengan keyakinan akan kebenaran Natal dipasang di pinggir jalan.
Pertama, sebuah papan iklan anti Natal yang dibuat kaum Ateis Amerika dipasang di luar pintu masuk terowongan New Jersey. Papan iklan Ateis itu berbunyi: "You KNOW it’s a Myth? This Season, Celebrate REASON!” (Tahukah kamu, Natal itu hanyalah Mitos? Ini adalah musim merayakan alasan!)”
Sementara pihak Liga Katolik (Catholic League) membalas dengan memasang papan iklan, dekat salah satu terowongan di pintu masuk Kota New York. Papan iklan itu bertuliskan: “You Know It's Real: This Season Celebrate Jesus." Merry Christmas!” (Kamu tahu Natal itu nyata. Ini adalah musim perayaan (kelahiran) Yesus. Selamat Natal).
Seperti dilansir AP, Kamis (2/12/2010), dua papan iklan itu akan ada hingga beberapa minggu ke depan. [taz/okz]
VOA-ISLAM
Pengendara mobil yang akan memasuki Kota New York melalui terowongan Lincoln, akan menghadapi pertempuran keyakinan. Pasalnya, dua papan iklan (billboard) yang berhubungan dengan keyakinan akan kebenaran Natal dipasang di pinggir jalan.
Pertama, sebuah papan iklan anti Natal yang dibuat kaum Ateis Amerika dipasang di luar pintu masuk terowongan New Jersey. Papan iklan Ateis itu berbunyi: "You KNOW it’s a Myth? This Season, Celebrate REASON!” (Tahukah kamu, Natal itu hanyalah Mitos? Ini adalah musim merayakan alasan!)”
Sementara pihak Liga Katolik (Catholic League) membalas dengan memasang papan iklan, dekat salah satu terowongan di pintu masuk Kota New York. Papan iklan itu bertuliskan: “You Know It's Real: This Season Celebrate Jesus." Merry Christmas!” (Kamu tahu Natal itu nyata. Ini adalah musim perayaan (kelahiran) Yesus. Selamat Natal).
Seperti dilansir AP, Kamis (2/12/2010), dua papan iklan itu akan ada hingga beberapa minggu ke depan. [taz/okz]
VOA-ISLAM
PASANG SURUT KENABIAN DAN KETUHANA YESUS
SEPANDAI-PANDAI para pendeta dan penginjil mengemas doktrin Trinitas dan Ketuhanan Yesus, akan ketahuan juga belangnya. Dengan cara apapun, doktrin batil pasti terbukti kesesatannya, meski dikemas dengan cara apapun untuk menipu umat.
Begitulah misi kristenisasi dalam buku “Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits” karya Abd Yadi (nama alias) ini. Tipuan dalam buku ini sangat halus. Sampulnya berwarna putih terkesan suci, bagian atas dicantumkan khat kaligrafi Arab dari ayat Al-Qur'an surat Az Zukhruf 61: “Wattabi’uuni haadzaa shiraatum mustaqiim” (ikutilah aku, inilah jalan yang lurus).
Seluruh pembahasan yang dibagi dalam 15 sub judulnya selalu diberi kutipan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits, lengkap dengan idiom-ideom islami. Lalu di bagian akhir buku tersebut diberi lampiran nas-nas Arab dari hadits yang menjadi rujukan. Sekilas, kemasan buku ini nampak seperti buku bacaan Islam.
Tapi umat Islam bukanlah orang yang mudah ditipu dengan rumus 1+1+1=1. Logika sehat umat Islam tidak bisa dikacaukan dengan rumusan aneh Trinitas, bahwa ada tiga oknum tuhan yaitu tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan roh.
....selicik apapun jurus yang dipakai penginjil untuk menipu akidah, kaum awam selevel tukang becak pun bisa menyimpulkan bahwa itu adalah ajaran Kristen....
Sehingga selicik apapun jurus yang dipakai penginjil untuk menipu akidah, bila doktrin yang diajarkan adalah aqidah Trinitas dan Ketuhanan Yesus, maka kaum awam selevel tukang becak pun bisa menyimpulkan bahwa itu adalah ajaran Kristen. Kenyataan ini telah disimpulkan sendiri oleh Pendeta Dr R Soedarmo.
Dalam buku “Ikhtisar Dogmatika,” pakar teologi Indonesia yang meraih gelar doctoral di lulusan Vrije Universiteit Belanda ini mengakui bahwa Kristen sulit diterima umat Islam karena doktrin Trinitasnya yang tidak rasionalis:
“Agama Islam bercorak rasionalitis, artinya rasio, akal budi, memberi tekanan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, trinitas ditolak, sebab tidak dapat dimengerti bahwa 3 adalah 1 dan bahwa 1 adalah 3. Kita tentu insaf bahwa Trinitas memang tidak dapat dimengerti” (hal 114).
Nasib buku “Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits” ini, sesuai dengan pernyataan Pendeta Soedarmo, justru semakin menumbuhkan penolakan umat Islam terhadap ajaran Kristen. Karena kupasannya terbalik, sangat tidak masuk akal.
....Menurutnya, Nabi Isa bermetamorfosa menjadi Allah setelah melalui tiga tahap....
Dalam buku setebal 73 halaman itu, Abd Yadi berakrobat merangkai dalil-dalil untuk membuktikan bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah penjelmaan Allah SWT. Menurutnya, Nabi Isa bermetamorfosa menjadi Allah setelah melalui tiga tahapan:
Tahap pertama, Nabi Isa dilahirkan dengan proses yang ajaib. Karena dilahirkan dari perawan Maryam yang suci (Qs. Ali Imran 42), dilahirkan dalam keadaan suci (Qs. Maryam 19), dilahirkan dari kalimat Allah dan terkemuka di dunia dan akhirat (Qs. An-Nisa’ 171, Ali Imran 45). Tahap kedua, Nabi Isa memiliki kuasa dan mukjizat yang ajaib: membuat burung dari tanah, menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir, menyembuhkan penyakit sopak dan menghidupkan orang mati (Qs. Ali Imran 49). Tahap ketiga, kematian dan kebangkitan Nabi Isa yang ajaib (Qs. Maryam 33, Imran 55).
Dengan tiga tahapan ini, penginjil Abd. Yadi menegaskan bahwa Yesus benar-benar Tuhan berdasarkan Al-Qur’an: “Dengan kedudukan tertinggi yang disandangnya, siapakah yang bisa disetarakan dengannya? Bukankah yang memiliki kedudukan tertinggi itu hanya Allah saja?” (hlm. 5).
Sebetulnya, untuk menyelesaikan polemik apakah Yesus itu Tuhan, kita bisa menjawabnya cukup dengan satu ayat:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” (Qs. Al-Ma’idah 72).
Sayangnya, ayat ini tidak dikutip oleh penginjil Abd Yadi dalam buku putihnya. Ia malah mempraktikkan tafsir akrobatik yang jauh menyimpang dengan logika yang rusak dengan formula “tiga tahapan Tuhan.”
....kalau mau berpikir dengan logika yang sehat, justru tiga tahapan itu semakin menolak doktrin ketuhanan Yesus....
Padahal kalau mau berpikir cermat dan logika yang sehat, justru tiga tahapan itu semakin menolak doktrin ketuhanan Yesus.
Tahap pertama, Nabi Isa (Yesus) bukan tuhan karena dia adalah manusia yang dilahirkan. Seajaib apapun proses kelahirannya, dia tak akan pernah naik takhta menjadi Tuhan. Karena secara aksiomatis Tuhan itu tidak dilahirkan (Qs. Al Ikhlas 3) dan tidak berawal (Qs Al-Hadid 3). Yesus bukan Tuhan karena ia dilahirkan ke dunia oleh seorang manusia (Qs. Maryam 19-33, Injil Matius 1:8-25). Manusia selalu melahirkan manusia, dan setiap yang dilahirkan manusia pastilah manusia. Tidak mungkin manusia melahirkan binatang, apalagi melahirkan Tuhan.
Tahap kedua, Nabi Isa memiliki kuasa dan mukjizat yang ajaib. Meskipun Abd Yadi dan para penginjil yang lain bisa menunjukkan seribu lagi, Nabi Isa tetap manusia biasa. Nabi Isa –maupun para nabi lainnya– mengakui dengan jujur bahwa semua mukjizat itu bukan ciptaannya sendiri, tapi karunia kenabian atas seizin Allah (bi-idznillah). Jadi, mukjizat tersebut adalah bukti kenabian, bukan ketuhanan.
Keunikan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Isa juga bukan alasan mempertuhankan dia. Karena di sisi lain, Nabi Isa juga tidak bisa bermukjizat seperti yang dimiliki oleh Nabi Musa, antara lain: tongkat Nabi Musa bisa jadi ular (Qs. Al-A’raf 107 dan Bibel kitab Keluaran 7: 9), padahal tongkat Yesus tidak bisa jadi ular.
Tahap ketiga, kematian dan kebangkitan Nabi Isa yang ajaib berdasarkan surat Ali Imran 55. Meskipun seandainya Abd Yadi bisa membuktikan bahwa Yesus pernah mati dan bangkit seribu satu kali, tapi bukti-bukti itu justru semakin menolak doktrin Ketuhanan Yesus.
Sebab Tuhan itu Maha Hidup (Al-Hayyu) yang tidak takluk kepada maut: “Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia…” (Qs Al-Mukmin 65).
“Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup Kekal dan Yang tidak mati. Dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya” (Qs Al-Furqan 58).
Aksioma ini juga diajarkan dalam Bibel, bahwa salah satu sifat Tuhan adalah tidak takluk kepada maut (I Timotius 6:16).
....Al-Qur'an surat Ali Imran 55 diperalat untuk membuktikan Ketuhanan Yesus bahwa Allah yang akan mematikan Nabi Isa. Jika Yesus diyakini sebagai Tuhan, berarti tuhan Yesus dimatikan oleh Tuhan Allah. Hanya teologi sesat saja yang meyakini doktrin “Tuhan membunuh Tuhan.”
Kerusakan logika penginjil Abd Yadi bertambah parah ketika memakai dalil Al-Qur'an surat Ali Imran 55 untuk membuktikan Ketuhanan Yesus. Padahal dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Dialah yang akan mematikan Nabi Isa. Jika dengan ayat ini Nabi Isa (Yesus) diyakini sebagai Tuhan, berarti tuhan Yesus dimatikan oleh Tuhan Allah. Hanya teologi sesat saja yang meyakini doktrin “Tuhan membunuh Tuhan.”
PASANG SURUT KETUHANAN YESUS
Dalam pandangan Islam yang sangat menekankan tauhid, status para nabi utusan Allah tetap murni sesuai dengan misinya. Nabi tetap nabi, tak satu pun yang bermetamorfose menjadi Tuhan. Berbeda dengan ajaran Kristen, oknum “kenabian” dan “ketuhanan” dalam sejarah Gereja mengalami pasang surut.
1. Selama 22 tahun sepeninggal Yesus, para murid setia Yesus masih konsisten mengamalkan ajaran Taurat. Namun setelah lewat tahun 55 M, mereka mulai melakukan perombakan terhadap ajaran Yesus. Sekitar tahun 300 M, timbul perselisihan hebat di kalangan Kristen yang tidak dapat dikompromikan, antara golongan yang meyakini Yesus sebagai nabi utusan Tuhan dengan golongan yang meyakini Yesus sebagai Tuhan.
2. Untuk menyelesaikan pertentangan ini, maka Kaisar Konstantin mengadakan konsili di Nicea tahun 325 M yang dihadiri oleh sekitar 2.048 uskup dan patriarch yang membawa bermacam-macam doktrin dan keyakinan. Kelompok yang dipelopori oleh Arius dan Lucianus mengajarkan bahwa Yesus hanyalah rasul Allah.
Kaisar yang condong pada pendapat uskup pemuja Ketuhanan Yesus, mengadakan pertemuan khusus dengan 318 uskup yang sepaham dengannya. Maka diputuskan bahwa Yesus adalah Tuhan, lalu memaksakan keputusannya kepada 1.700 uskup yang tidak sepaham dengannya. Tak hanya itu, mereka juga membakar ratusan versi kitab Injil yang bertentangan dengan keputusan konsili.
....terjadi metamorfosis ketuhanan dalam teologi Kristen. Yesus baru dinobatkan sebagai Tuhan dalam kurun 325 tahun sepeninggal Yesus. Roh Kudus baru dilantik sebagai oknum ketiga Tuhan dalam kurun 381 tahun sepeninggal Yesus. Berarti, doktrin Trinitas kristiani baru lengkap tiga oknum (Bapa, Anak dan Roh Kudus) empat abad sepeninggal Yesus....
3. Karena muncul berbagai kelompok penentang Konsili Nicea yang mempertahankan keesaan Tuhan, maka diadakanlah Konsili Konstantinopel tahun 381 M. Salah satu pemicu konsili ini adalah ajaran Macedonius bahwa Roh Kudus bukan Tuhan tapi makhluk. Dalam konsili ini diputuskan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan bersama Tuhan Bapak dan Tuhan Yesus. Keputusan ini didukung penuh oleh Kaisar Teodosius I Agung (379-395 M).
Dengan demikian, jelaslah bahwa terjadi metamorfosis ketuhanan dalam teologi Kristen. Berarti Yesus baru dinobatkan sebagai Tuhan dalam kurun 325 tahun sepeninggal Yesus. Selanjutnya, Roh Kudus baru dilantik sebagai oknum ketiga Tuhan dalam kurun 381 tahun sepeninggal Yesus.
Berarti, doktrin Trinitas kristiani baru lengkap tiga oknum (Bapa, Anak dan Roh Kudus) empat abad sepeninggal Yesus. [A. AHMAD HIZBULLAH MAG/Suara-Islam.com
Begitulah misi kristenisasi dalam buku “Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits” karya Abd Yadi (nama alias) ini. Tipuan dalam buku ini sangat halus. Sampulnya berwarna putih terkesan suci, bagian atas dicantumkan khat kaligrafi Arab dari ayat Al-Qur'an surat Az Zukhruf 61: “Wattabi’uuni haadzaa shiraatum mustaqiim” (ikutilah aku, inilah jalan yang lurus).
Seluruh pembahasan yang dibagi dalam 15 sub judulnya selalu diberi kutipan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits, lengkap dengan idiom-ideom islami. Lalu di bagian akhir buku tersebut diberi lampiran nas-nas Arab dari hadits yang menjadi rujukan. Sekilas, kemasan buku ini nampak seperti buku bacaan Islam.
Tapi umat Islam bukanlah orang yang mudah ditipu dengan rumus 1+1+1=1. Logika sehat umat Islam tidak bisa dikacaukan dengan rumusan aneh Trinitas, bahwa ada tiga oknum tuhan yaitu tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan roh.
....selicik apapun jurus yang dipakai penginjil untuk menipu akidah, kaum awam selevel tukang becak pun bisa menyimpulkan bahwa itu adalah ajaran Kristen....
Sehingga selicik apapun jurus yang dipakai penginjil untuk menipu akidah, bila doktrin yang diajarkan adalah aqidah Trinitas dan Ketuhanan Yesus, maka kaum awam selevel tukang becak pun bisa menyimpulkan bahwa itu adalah ajaran Kristen. Kenyataan ini telah disimpulkan sendiri oleh Pendeta Dr R Soedarmo.
Dalam buku “Ikhtisar Dogmatika,” pakar teologi Indonesia yang meraih gelar doctoral di lulusan Vrije Universiteit Belanda ini mengakui bahwa Kristen sulit diterima umat Islam karena doktrin Trinitasnya yang tidak rasionalis:
“Agama Islam bercorak rasionalitis, artinya rasio, akal budi, memberi tekanan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, trinitas ditolak, sebab tidak dapat dimengerti bahwa 3 adalah 1 dan bahwa 1 adalah 3. Kita tentu insaf bahwa Trinitas memang tidak dapat dimengerti” (hal 114).
Nasib buku “Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits” ini, sesuai dengan pernyataan Pendeta Soedarmo, justru semakin menumbuhkan penolakan umat Islam terhadap ajaran Kristen. Karena kupasannya terbalik, sangat tidak masuk akal.
....Menurutnya, Nabi Isa bermetamorfosa menjadi Allah setelah melalui tiga tahap....
Dalam buku setebal 73 halaman itu, Abd Yadi berakrobat merangkai dalil-dalil untuk membuktikan bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah penjelmaan Allah SWT. Menurutnya, Nabi Isa bermetamorfosa menjadi Allah setelah melalui tiga tahapan:
Tahap pertama, Nabi Isa dilahirkan dengan proses yang ajaib. Karena dilahirkan dari perawan Maryam yang suci (Qs. Ali Imran 42), dilahirkan dalam keadaan suci (Qs. Maryam 19), dilahirkan dari kalimat Allah dan terkemuka di dunia dan akhirat (Qs. An-Nisa’ 171, Ali Imran 45). Tahap kedua, Nabi Isa memiliki kuasa dan mukjizat yang ajaib: membuat burung dari tanah, menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir, menyembuhkan penyakit sopak dan menghidupkan orang mati (Qs. Ali Imran 49). Tahap ketiga, kematian dan kebangkitan Nabi Isa yang ajaib (Qs. Maryam 33, Imran 55).
Dengan tiga tahapan ini, penginjil Abd. Yadi menegaskan bahwa Yesus benar-benar Tuhan berdasarkan Al-Qur’an: “Dengan kedudukan tertinggi yang disandangnya, siapakah yang bisa disetarakan dengannya? Bukankah yang memiliki kedudukan tertinggi itu hanya Allah saja?” (hlm. 5).
Sebetulnya, untuk menyelesaikan polemik apakah Yesus itu Tuhan, kita bisa menjawabnya cukup dengan satu ayat:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” (Qs. Al-Ma’idah 72).
Sayangnya, ayat ini tidak dikutip oleh penginjil Abd Yadi dalam buku putihnya. Ia malah mempraktikkan tafsir akrobatik yang jauh menyimpang dengan logika yang rusak dengan formula “tiga tahapan Tuhan.”
....kalau mau berpikir dengan logika yang sehat, justru tiga tahapan itu semakin menolak doktrin ketuhanan Yesus....
Padahal kalau mau berpikir cermat dan logika yang sehat, justru tiga tahapan itu semakin menolak doktrin ketuhanan Yesus.
Tahap pertama, Nabi Isa (Yesus) bukan tuhan karena dia adalah manusia yang dilahirkan. Seajaib apapun proses kelahirannya, dia tak akan pernah naik takhta menjadi Tuhan. Karena secara aksiomatis Tuhan itu tidak dilahirkan (Qs. Al Ikhlas 3) dan tidak berawal (Qs Al-Hadid 3). Yesus bukan Tuhan karena ia dilahirkan ke dunia oleh seorang manusia (Qs. Maryam 19-33, Injil Matius 1:8-25). Manusia selalu melahirkan manusia, dan setiap yang dilahirkan manusia pastilah manusia. Tidak mungkin manusia melahirkan binatang, apalagi melahirkan Tuhan.
Tahap kedua, Nabi Isa memiliki kuasa dan mukjizat yang ajaib. Meskipun Abd Yadi dan para penginjil yang lain bisa menunjukkan seribu lagi, Nabi Isa tetap manusia biasa. Nabi Isa –maupun para nabi lainnya– mengakui dengan jujur bahwa semua mukjizat itu bukan ciptaannya sendiri, tapi karunia kenabian atas seizin Allah (bi-idznillah). Jadi, mukjizat tersebut adalah bukti kenabian, bukan ketuhanan.
Keunikan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Isa juga bukan alasan mempertuhankan dia. Karena di sisi lain, Nabi Isa juga tidak bisa bermukjizat seperti yang dimiliki oleh Nabi Musa, antara lain: tongkat Nabi Musa bisa jadi ular (Qs. Al-A’raf 107 dan Bibel kitab Keluaran 7: 9), padahal tongkat Yesus tidak bisa jadi ular.
Tahap ketiga, kematian dan kebangkitan Nabi Isa yang ajaib berdasarkan surat Ali Imran 55. Meskipun seandainya Abd Yadi bisa membuktikan bahwa Yesus pernah mati dan bangkit seribu satu kali, tapi bukti-bukti itu justru semakin menolak doktrin Ketuhanan Yesus.
Sebab Tuhan itu Maha Hidup (Al-Hayyu) yang tidak takluk kepada maut: “Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia…” (Qs Al-Mukmin 65).
“Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup Kekal dan Yang tidak mati. Dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya” (Qs Al-Furqan 58).
Aksioma ini juga diajarkan dalam Bibel, bahwa salah satu sifat Tuhan adalah tidak takluk kepada maut (I Timotius 6:16).
....Al-Qur'an surat Ali Imran 55 diperalat untuk membuktikan Ketuhanan Yesus bahwa Allah yang akan mematikan Nabi Isa. Jika Yesus diyakini sebagai Tuhan, berarti tuhan Yesus dimatikan oleh Tuhan Allah. Hanya teologi sesat saja yang meyakini doktrin “Tuhan membunuh Tuhan.”
Kerusakan logika penginjil Abd Yadi bertambah parah ketika memakai dalil Al-Qur'an surat Ali Imran 55 untuk membuktikan Ketuhanan Yesus. Padahal dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Dialah yang akan mematikan Nabi Isa. Jika dengan ayat ini Nabi Isa (Yesus) diyakini sebagai Tuhan, berarti tuhan Yesus dimatikan oleh Tuhan Allah. Hanya teologi sesat saja yang meyakini doktrin “Tuhan membunuh Tuhan.”
PASANG SURUT KETUHANAN YESUS
Dalam pandangan Islam yang sangat menekankan tauhid, status para nabi utusan Allah tetap murni sesuai dengan misinya. Nabi tetap nabi, tak satu pun yang bermetamorfose menjadi Tuhan. Berbeda dengan ajaran Kristen, oknum “kenabian” dan “ketuhanan” dalam sejarah Gereja mengalami pasang surut.
1. Selama 22 tahun sepeninggal Yesus, para murid setia Yesus masih konsisten mengamalkan ajaran Taurat. Namun setelah lewat tahun 55 M, mereka mulai melakukan perombakan terhadap ajaran Yesus. Sekitar tahun 300 M, timbul perselisihan hebat di kalangan Kristen yang tidak dapat dikompromikan, antara golongan yang meyakini Yesus sebagai nabi utusan Tuhan dengan golongan yang meyakini Yesus sebagai Tuhan.
2. Untuk menyelesaikan pertentangan ini, maka Kaisar Konstantin mengadakan konsili di Nicea tahun 325 M yang dihadiri oleh sekitar 2.048 uskup dan patriarch yang membawa bermacam-macam doktrin dan keyakinan. Kelompok yang dipelopori oleh Arius dan Lucianus mengajarkan bahwa Yesus hanyalah rasul Allah.
Kaisar yang condong pada pendapat uskup pemuja Ketuhanan Yesus, mengadakan pertemuan khusus dengan 318 uskup yang sepaham dengannya. Maka diputuskan bahwa Yesus adalah Tuhan, lalu memaksakan keputusannya kepada 1.700 uskup yang tidak sepaham dengannya. Tak hanya itu, mereka juga membakar ratusan versi kitab Injil yang bertentangan dengan keputusan konsili.
....terjadi metamorfosis ketuhanan dalam teologi Kristen. Yesus baru dinobatkan sebagai Tuhan dalam kurun 325 tahun sepeninggal Yesus. Roh Kudus baru dilantik sebagai oknum ketiga Tuhan dalam kurun 381 tahun sepeninggal Yesus. Berarti, doktrin Trinitas kristiani baru lengkap tiga oknum (Bapa, Anak dan Roh Kudus) empat abad sepeninggal Yesus....
3. Karena muncul berbagai kelompok penentang Konsili Nicea yang mempertahankan keesaan Tuhan, maka diadakanlah Konsili Konstantinopel tahun 381 M. Salah satu pemicu konsili ini adalah ajaran Macedonius bahwa Roh Kudus bukan Tuhan tapi makhluk. Dalam konsili ini diputuskan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan bersama Tuhan Bapak dan Tuhan Yesus. Keputusan ini didukung penuh oleh Kaisar Teodosius I Agung (379-395 M).
Dengan demikian, jelaslah bahwa terjadi metamorfosis ketuhanan dalam teologi Kristen. Berarti Yesus baru dinobatkan sebagai Tuhan dalam kurun 325 tahun sepeninggal Yesus. Selanjutnya, Roh Kudus baru dilantik sebagai oknum ketiga Tuhan dalam kurun 381 tahun sepeninggal Yesus.
Berarti, doktrin Trinitas kristiani baru lengkap tiga oknum (Bapa, Anak dan Roh Kudus) empat abad sepeninggal Yesus. [A. AHMAD HIZBULLAH MAG/Suara-Islam.com
GEREJA TAK MENGENAL NATAL
KELAHIRAN YESUS (SEJARAH TANGGAL HARI RAYA NATAL)
by: Dr. J.L. Ch. Abineno
Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru mulai dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena Gereja tidak tahu dengan pasti bilamana –pada hari dan tahun berapa– Yesus dilahirkan. Kitab kitab Injil tidak memuat data data tentang hal itu. Dalam Lukas 2 dikatakan, bahwa pada waktu Yesus dilahirkan gembala gembala sedang berada “di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam” (ayat 8). Itu berarti, bahwa Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan bulan November.
Klemens dari Alexandria mengejek orang orang yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus. Dalam abad abad pertama hidup kerohanian anggota anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya –terutama oleh Origenes– dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari kematiannya sebagai hari ulang tahunnya.
..Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena Gereja tidak tahu dengan pasti bilamana –pada hari dan tahun berapa– Yesus dilahirkan...
Tetapi di sebelah Timur (= Eropa Timur) orang telah sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa manusia. Menurut tulisan tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah merayakan “pesta Epiphania” (= pesta Pemunculan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Tetapi yang dimaksudkan oleh sekte ini dengan pesta Epiphania ialah munculnya Yesus sebagai Anak Allah –pada waktu Ia dibaptis di sungai Yordan. Gereja sebagai keseluruhan (= Gereja di seluruh Eropa) bukan saja menganggap baptisan Yesus sebagai Epiphania, tetapi terutama kelahiranNya di dunia. Sesuai dengan anggapan ini Gereja –pada permulaan abad ke 4– merayakan pesta Epiphania pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Perayaan kedua pesta ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam (menjelang tanggal 6 Januari) dengan suatu tata ibadah yang indah, yang terdiri dari Pembacaan Alkitab dan puji pujian (= nyanyian). Ephraim dari Syria menganggap Epiphania sebagai pesta yang paling indah. Ia katakan: “Malam perayaan Epiphania ialah malam yang membawa damai sejahtera dalam dunia. Siapakah yang mau tidur pada malam, di mana seluruh dunia sedang berjaga jaga?!” Pada malam perayaan Epiphania semua gedung gereja dihiasi dengan karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di guha Betlehem, di mana Yesus –menurut kepercayaan orang– dilahirkan.
Di Roma perayaan Natal kemudian –antara tahun 325 dan tahun 354– beralih dari tanggal 6 Januari ke tanggal 25 Desember. Dalam agama kafir pada waktu itu tanggal 25 Desember dirayakan sebagai pesta untuk menghormati dewa matahari. Kaisar Konstantin menghendaki, supaya agama Kristen menggunakan praktik praktik keagamaan yang ada pada waktu itu, Sementara. itu konsili Nicea (325) dengan kuat menggarisbawahi, bahwa Yesus sejak lahirNya adalah Anak Allah. Hal ini mendorong Gereja untuk merayakan hari ulang tahun (= dies natalis) Yesus sebagai suatu pesta tersendiri, lepas dari pesta baptisanNya.
..Di Roma perayaan Natal kemudian beralih dari tanggal 6 Januari ke tanggal 25 Desember. Dalam agama kafir pada waktu itu tanggal 25 Desember dirayakan sebagai pesta untuk menghormati dewa matahari...
Untuk itu Gereja menggantikan pesta kafir –pesta dewa matahari– dengan “pesta Kristen”: “pesta Natal Yesus Kristus” sebagai Terang dunia. Tetapi pengaruh pesta kafir ini lama sekali nampak dalam pesta Natal. Begitu rupa, sehingga Paus Leo –dalam abad ke 5– harus menasihatkan orang-orang Kristen pada waktu itu supaya mereka jangan merayakan pesta dewa matahari, tetapi Natal Yesus Kristus.
Dari Roma perayaan Natal pada tanggal 25 Desember disebarkan ke seluruh dunia. juga ke Indonesia. Jadi yang kita rayakan pada tanggal 25 Desember bukanlah suatu tanggal historis.. (Dr. J.L. Ch. Abineno, Buku Katekisasi Perjanjian Baru I, BPK Gunung Mulia, Jakarta, Cet. II, 1987, hlm. 14-16). [taz/voa-islam.com]
by: Dr. J.L. Ch. Abineno
Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru mulai dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena Gereja tidak tahu dengan pasti bilamana –pada hari dan tahun berapa– Yesus dilahirkan. Kitab kitab Injil tidak memuat data data tentang hal itu. Dalam Lukas 2 dikatakan, bahwa pada waktu Yesus dilahirkan gembala gembala sedang berada “di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam” (ayat 8). Itu berarti, bahwa Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan bulan November.
Klemens dari Alexandria mengejek orang orang yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus. Dalam abad abad pertama hidup kerohanian anggota anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya –terutama oleh Origenes– dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari kematiannya sebagai hari ulang tahunnya.
..Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena Gereja tidak tahu dengan pasti bilamana –pada hari dan tahun berapa– Yesus dilahirkan...
Tetapi di sebelah Timur (= Eropa Timur) orang telah sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa manusia. Menurut tulisan tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah merayakan “pesta Epiphania” (= pesta Pemunculan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Tetapi yang dimaksudkan oleh sekte ini dengan pesta Epiphania ialah munculnya Yesus sebagai Anak Allah –pada waktu Ia dibaptis di sungai Yordan. Gereja sebagai keseluruhan (= Gereja di seluruh Eropa) bukan saja menganggap baptisan Yesus sebagai Epiphania, tetapi terutama kelahiranNya di dunia. Sesuai dengan anggapan ini Gereja –pada permulaan abad ke 4– merayakan pesta Epiphania pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Perayaan kedua pesta ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam (menjelang tanggal 6 Januari) dengan suatu tata ibadah yang indah, yang terdiri dari Pembacaan Alkitab dan puji pujian (= nyanyian). Ephraim dari Syria menganggap Epiphania sebagai pesta yang paling indah. Ia katakan: “Malam perayaan Epiphania ialah malam yang membawa damai sejahtera dalam dunia. Siapakah yang mau tidur pada malam, di mana seluruh dunia sedang berjaga jaga?!” Pada malam perayaan Epiphania semua gedung gereja dihiasi dengan karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di guha Betlehem, di mana Yesus –menurut kepercayaan orang– dilahirkan.
Di Roma perayaan Natal kemudian –antara tahun 325 dan tahun 354– beralih dari tanggal 6 Januari ke tanggal 25 Desember. Dalam agama kafir pada waktu itu tanggal 25 Desember dirayakan sebagai pesta untuk menghormati dewa matahari. Kaisar Konstantin menghendaki, supaya agama Kristen menggunakan praktik praktik keagamaan yang ada pada waktu itu, Sementara. itu konsili Nicea (325) dengan kuat menggarisbawahi, bahwa Yesus sejak lahirNya adalah Anak Allah. Hal ini mendorong Gereja untuk merayakan hari ulang tahun (= dies natalis) Yesus sebagai suatu pesta tersendiri, lepas dari pesta baptisanNya.
..Di Roma perayaan Natal kemudian beralih dari tanggal 6 Januari ke tanggal 25 Desember. Dalam agama kafir pada waktu itu tanggal 25 Desember dirayakan sebagai pesta untuk menghormati dewa matahari...
Untuk itu Gereja menggantikan pesta kafir –pesta dewa matahari– dengan “pesta Kristen”: “pesta Natal Yesus Kristus” sebagai Terang dunia. Tetapi pengaruh pesta kafir ini lama sekali nampak dalam pesta Natal. Begitu rupa, sehingga Paus Leo –dalam abad ke 5– harus menasihatkan orang-orang Kristen pada waktu itu supaya mereka jangan merayakan pesta dewa matahari, tetapi Natal Yesus Kristus.
Dari Roma perayaan Natal pada tanggal 25 Desember disebarkan ke seluruh dunia. juga ke Indonesia. Jadi yang kita rayakan pada tanggal 25 Desember bukanlah suatu tanggal historis.. (Dr. J.L. Ch. Abineno, Buku Katekisasi Perjanjian Baru I, BPK Gunung Mulia, Jakarta, Cet. II, 1987, hlm. 14-16). [taz/voa-islam.com]
POLEMIK ISLAM KRISTEN TENTANG PUASA ROMADHON
Umat Islam yang beriman pasti menyambut bulan Ramadhan yang penuh ampunan dan barakah dengan suka cita. Betapa tidak, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari disebutkan bahwa Allah memberikan berbagai keistimewaan kepada Ramadhan, antara lain: pintu-pintu surga terbuka lebar, pintu neraka ditutup rapat, dan ketika setan-setan dibelenggu tak berdaya, bau mulut yang sedang puasa itu lebih wangi di sisi Allah dibandingkan bau kesturi, dan diampuni dosa-dosa yang telah lewat.
Sebagai imbalannya, Allah sendiri yang akan mengganjar dengan surga khusus bagi orang yang berpuasa (shaum): "Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang dinamakan Royyan, ahli puasa akan memasukinya melalui pintu itu pada hari kiamat, tidak seorang pun selain mereka memasuki melalui pintu itu" (HR Al-Bukhari).
Puasa dalam Alkitab (Bible)
Ir Herlianto, ilmuwan Kristen dari Yabina Ministry Bandung menyoal puasa, “Asal perintah puasa dalam Perjanjian Lama tidak jelas, tercatat ketika Israel menghadapi Filistin mereka mengaku dosa dan berpuasa.”
Pernyataan ini tidak benar, hanya menutupi kebenaran, seolah-oleh puasa itu bukan perintah Tuhan. Padahal dalam kitab Taurat dengan jelas Nabi Musa diwajibkan untuk berpuasa dan berhenti total dari segala aktivitas. Bila dilanggar, sangsinya adalah dilenyapkan dan dibinasakan oleh Tuhan. Ketetapan ini berlaku sepanjang masa selama-lamanya.
“Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu…Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya” (Imamat 16: 29-31; bdk. Bilangan 29: 7).
"Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan korban api-apian kepada Tuhan. Pada hari itu janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah hari Pendamaian untuk mengadakan pendamaian bagimu di hadapan Tuhan, Allahmu. Karena setiap orang yang pada hari itu tidak merendahkan diri dengan berpuasa, haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. Setiap orang yang melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasakan dari tengah-tengah bangsanya" (Imamat 23: 27-30).
Nabi-nabi yang lain pun mengekspresikan syariat puasa sesuai dengan situasi yang berlangsung.
a. Puasa pada masa Samuel untuk bertaubat kepada Tuhan (I Samuel 7:6) dan berkabung (I Samuel 31:13; II Samuel 1:12).
b. Nabi Daud berpuasa sampai badannya kurus kehabisan lemak (Mazmur 109:24);
c. Nehemia berpuasa ketika berkabung (Nehemia 1:4),
d. Daniel juga berpuasa (Daniel 9:3),
e. Yoel berpuasa bersama penduduk negerinya (Yoel 1:14),
f. Yunus berpuasa (Yunus 3:5),
g. Zakharia diperintah Tuhan untuk berpuasa (Zakharia 7:5),
h. warga Yerusalem berpuasa pada bulan kesembilan (Yeremia 36:9), dll.
i. Nabi Musa dan Yesus sama-sama berpuasa selama 40 hari. Musa berpuasa jasmani dan rohani, tidak makan dan tidak minum selama 40 hari 40 malam pada saat menerima Sepuluh Firman (The Ten Commandments):
“Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman” (Keluaran 34:28).
Sementara Yesus berpuasa 40 hari 40 malam hingga kelaparan pada saat dicobai iblis di padang gurun. “Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus” (Matius 4:2).
Dalam Injil sendiri, puasa adalah identitas ketakwaan, kesalehan dan kepatuhan kepada Tuhan. Hana, seorang nabi perempuan tidak pernah meninggalkan ibadah puasa dalam rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Tuhan (Lukas 2:36-37). Yesus menginstruksikan para muridnya untuk berdoa dan berpuasa untuk mengusir setan yang merasuki manusia (Matius 17:21). Orang Farisi pada masa Yesus melakukan puasa dua kali seminggu, tepatnya hari Senin-Kamis setiap pekan (Lukas 18:12). Yesus pun menyatakan dengan tegas bahwa para muridnya pun berpuasa (Lukas 5:33-35; Matius 9:14-15; Markus 2:18-20) dengan ikhlas hanya karena Allah semata (Matius 6:16-18).
Sepanjang Zaman Manusia Butuh Puasa
Ibadah puasa termasuk salah satu syariat tertua, karena sudah disyariatkan kepada umat sebelum umat Muhammad SAW. Hal ini seperti disebutkan dalam firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Qs. Al-Baqarah 183).
Firman Allah “kama kutiba 'alal ladzina min qablikum” ini menunjukkan bahwa ibadah puasa telah dilakukan oleh orang-orang beriman sebelum Nabi Muhammad SAW. Maka ada baiknya kita menengok sejenak ke masa silam untuk mengungkap perbandingan puasa dengan umat terdahulu. Dalam lembaran sejarah kita bisa menemukan berbagai ritual puasa dengan kaifiyat (tatacara) tertentu dan berbeda. Hal ini bisa dimaklumi, karena semua agama samawi, sama dalam prinsip-prinsip pokok akidah, syariat, serta akhlaknya. Sehingga semua agama samawi mengajarkan keesaan Allah, kenabian, dan keniscayaan hari kemudian, serta mensyariatkan shalat, puasa, dan zakat, dengan cara dan kaifiatnya dapat berbeda, namun esensi dan tujuannya sama.
Dalam kisah para nabi Allah, sejarah mencatat syariat puasa terhadap umat-umat terdahulu. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa puasa wajib dilakukan tiga hari setiap bulannya. Bahkan, Nabi Adam diperintahkan untuk berpuasa tidak memakan buah khuldi (Qs. Al-Baqarah 35).
Maryam bunda Nabi Isa pun berpuasa hingga tidak bicara kepada siapapun (Qs. Maryam 26). Nabi Musa bersama kaumnya berpuasa empat puluh hari. Nabi Isa pun berpuasa. Nabi Daud berpuasa selang-seling (sehari berpuasa dan sehari berikutnya berbuka) pada tiap tahunnya. Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat Quraisy yang lain.
Kristen Ortodoks Syria (KOS) –sebuah sekte Kristen yang atributnya mirip dengan simbol Islam: mengenakan jubah, kopiah, gamis, surban, kerudung, rebana, memuji Tuhan dan membaca Injil dengan bahasa Arab – berpuasa agung “shaumil kabir” selama 40 hari berturut-turut, pada tiap tahun sekitar bulan April. Puasa yang dilakukan jemaah KOS tidak ada makan sahur. Puasa KOS lainnya adalah puasa Rabu dan Jum’at dalam rangka mengenang kesengsaraan Kristus.
Berbeda dengan aturan puasa menurut Katolik. Sebagai contoh peraturan yang dibuat oleh keuskupan Surabaya tahun 2004 yang ditandatangani oleh Romo Julius Haryanto, CM, sesuai dengan ketentuan Kitab Hukum Kanonik (Kanon No. 1249-1253) dan Statuta Keuskupan Regio Jawa No. 111, maka ditetapkan: Semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-60 wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Dalam arti yuridis, puasa orang Katolik ini berarti makan kenyang hanya sekali sehari.
Selain itu, bangsa Mesir kuno selalu berpuasa 7 hari hingga 6 minggu setiap tahun. Mereka menjadikan puasa sebagai cara untuk menebus dosa dan penyesalan atas kesalahan perbuatan. Orang-orang Yunani, terutama perempuan, berpuasa sebagai ungkapan berkabung, atau berpuasa beberapa hari sebekyn melakukan peperangan. Orang-orang Cina berpuasa pada hari-hari biasa lebih-lebih lagi pada masa menghadapi musibah. Orang-orang Tibet ada yang dapat menahan diri berpuasa selama 24 jam berturut-turut sehingga air liur sendiri pun tidak boleh ditelan.
Begitu pentingnya puasa dalam kehidupan, sampai-sampai binatang pun melakukan puasa demi kelangsungan hidupnya. Selama mengerami telur, ayam harus berpuasa. Demikian pula ular berpuasa untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras terlindung dari sengatan matahari dan duri hingga ia tetap mampu melata di bumi. Ulat-ulat pemakan daun pun berpuasa, jika tidak ia tak kan lagi menjadi kupu-kupu dan menyerbuk bunga-bunga. Ternyata puasa adalah sunnah kehidupan (sunnah thabi’iyah) untuk bertahan hidup.
Manfaat Puasa
Banyak manfaat yang dapat ditarik dari bulan suci. Sejumlah gejala penyakit bisa disembuhkan dengan terapi puasa, antara lain sakit mag. Serangan penyakit yang memaksa orang terkapar di tempat tidur itu bisa mendadak lenyap saat bulan Ramadhan. Sebab, selama puasa, zat-zat beracun yang ada atau zat berlebihan dalam tubuh dibuang. Pada rentang waktu itu pula, alat pencernaan beristirahat setelah bekerja keras sebulan penuh. Jadi, puasa berperan sebagai alat detoksifikasi. Hembing Wijayakusuma, ahli pengobatan tradisional, dalam bukunya, Puasa Itu Sehat menyebutkan, puasa menghasilkan efek kekuatan luar biasa bagi tubuh. Ketika berpuasa, sekitar 600 milyar sel dalam tubuh menghimpun diri agar dapat bertahan hidup.
Selain faktor fisik, puasa juga bermanfaat sebagai terapi psikis. Menurut ahli penyakit jiwa pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dadang Hawari Idries, puasa bisa mengendalikan amarah dan nafsu seks. Di sini emotional quotient seseorang diasah. Puasa juga mengajarkan kesabaran. Ini secara tak langsung menjadi terapi bagi sejumlah penyakit kejiwaan, seperti stres dan sindrom pasca-kekuasaan (post-power syndrome). Pengaruhnya bakal mengenai penyakit fisik lain.
Ada empat sehat yang bisa ditingkatkan lewat puasa. Selain sehat jiwa (emotional quotient), juga ada sehat badan (intelligent quotient), sehat kreativitas (creativity quotient), dan sehat spiritual (spiritual quotient).
Tentu saja, puasa akan kentara faedahnya jika dikerjakan secara benar: berpuasa selama 14 jam. Selain itu, tak menunda-nunda waktu buka puasa atau mempercepat sahur. Ini biasanya cobaan yang terkadang sulit dihadapi sejumlah muslim. Mereka mempercepat sahur pada pukul 01.00 karena malas makan pada pukul 04.00 atau menjelang imsak. Atau malah sahur pada pukul 10 malam.
Bila itu terjadi, justru penyakit yang bakal muncul. Sebab, pada saat puasa, cadangan glikogen pada tubuh akan dikeluarkan dan dirombak menjadi tenaga. Tapi, cadangan glikogen ini terbatas. Bila ia habis, tubuh akan mengorbankan lemak dan protein untuk diolah sebagai tenaga. Bila itu terjadi, badan akan terasa lemah, loyo, dan tak bisa menjalani aktivitas seharian. Jadi, puasa tetap ada aturannya. [a. ahmad hizbullah mag
VOA-ISLAM
Sebagai imbalannya, Allah sendiri yang akan mengganjar dengan surga khusus bagi orang yang berpuasa (shaum): "Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang dinamakan Royyan, ahli puasa akan memasukinya melalui pintu itu pada hari kiamat, tidak seorang pun selain mereka memasuki melalui pintu itu" (HR Al-Bukhari).
Puasa dalam Alkitab (Bible)
Ir Herlianto, ilmuwan Kristen dari Yabina Ministry Bandung menyoal puasa, “Asal perintah puasa dalam Perjanjian Lama tidak jelas, tercatat ketika Israel menghadapi Filistin mereka mengaku dosa dan berpuasa.”
Pernyataan ini tidak benar, hanya menutupi kebenaran, seolah-oleh puasa itu bukan perintah Tuhan. Padahal dalam kitab Taurat dengan jelas Nabi Musa diwajibkan untuk berpuasa dan berhenti total dari segala aktivitas. Bila dilanggar, sangsinya adalah dilenyapkan dan dibinasakan oleh Tuhan. Ketetapan ini berlaku sepanjang masa selama-lamanya.
“Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu…Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya” (Imamat 16: 29-31; bdk. Bilangan 29: 7).
"Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan korban api-apian kepada Tuhan. Pada hari itu janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah hari Pendamaian untuk mengadakan pendamaian bagimu di hadapan Tuhan, Allahmu. Karena setiap orang yang pada hari itu tidak merendahkan diri dengan berpuasa, haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. Setiap orang yang melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasakan dari tengah-tengah bangsanya" (Imamat 23: 27-30).
Nabi-nabi yang lain pun mengekspresikan syariat puasa sesuai dengan situasi yang berlangsung.
a. Puasa pada masa Samuel untuk bertaubat kepada Tuhan (I Samuel 7:6) dan berkabung (I Samuel 31:13; II Samuel 1:12).
b. Nabi Daud berpuasa sampai badannya kurus kehabisan lemak (Mazmur 109:24);
c. Nehemia berpuasa ketika berkabung (Nehemia 1:4),
d. Daniel juga berpuasa (Daniel 9:3),
e. Yoel berpuasa bersama penduduk negerinya (Yoel 1:14),
f. Yunus berpuasa (Yunus 3:5),
g. Zakharia diperintah Tuhan untuk berpuasa (Zakharia 7:5),
h. warga Yerusalem berpuasa pada bulan kesembilan (Yeremia 36:9), dll.
i. Nabi Musa dan Yesus sama-sama berpuasa selama 40 hari. Musa berpuasa jasmani dan rohani, tidak makan dan tidak minum selama 40 hari 40 malam pada saat menerima Sepuluh Firman (The Ten Commandments):
“Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman” (Keluaran 34:28).
Sementara Yesus berpuasa 40 hari 40 malam hingga kelaparan pada saat dicobai iblis di padang gurun. “Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus” (Matius 4:2).
Dalam Injil sendiri, puasa adalah identitas ketakwaan, kesalehan dan kepatuhan kepada Tuhan. Hana, seorang nabi perempuan tidak pernah meninggalkan ibadah puasa dalam rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Tuhan (Lukas 2:36-37). Yesus menginstruksikan para muridnya untuk berdoa dan berpuasa untuk mengusir setan yang merasuki manusia (Matius 17:21). Orang Farisi pada masa Yesus melakukan puasa dua kali seminggu, tepatnya hari Senin-Kamis setiap pekan (Lukas 18:12). Yesus pun menyatakan dengan tegas bahwa para muridnya pun berpuasa (Lukas 5:33-35; Matius 9:14-15; Markus 2:18-20) dengan ikhlas hanya karena Allah semata (Matius 6:16-18).
Sepanjang Zaman Manusia Butuh Puasa
Ibadah puasa termasuk salah satu syariat tertua, karena sudah disyariatkan kepada umat sebelum umat Muhammad SAW. Hal ini seperti disebutkan dalam firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Qs. Al-Baqarah 183).
Firman Allah “kama kutiba 'alal ladzina min qablikum” ini menunjukkan bahwa ibadah puasa telah dilakukan oleh orang-orang beriman sebelum Nabi Muhammad SAW. Maka ada baiknya kita menengok sejenak ke masa silam untuk mengungkap perbandingan puasa dengan umat terdahulu. Dalam lembaran sejarah kita bisa menemukan berbagai ritual puasa dengan kaifiyat (tatacara) tertentu dan berbeda. Hal ini bisa dimaklumi, karena semua agama samawi, sama dalam prinsip-prinsip pokok akidah, syariat, serta akhlaknya. Sehingga semua agama samawi mengajarkan keesaan Allah, kenabian, dan keniscayaan hari kemudian, serta mensyariatkan shalat, puasa, dan zakat, dengan cara dan kaifiatnya dapat berbeda, namun esensi dan tujuannya sama.
Dalam kisah para nabi Allah, sejarah mencatat syariat puasa terhadap umat-umat terdahulu. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa puasa wajib dilakukan tiga hari setiap bulannya. Bahkan, Nabi Adam diperintahkan untuk berpuasa tidak memakan buah khuldi (Qs. Al-Baqarah 35).
Maryam bunda Nabi Isa pun berpuasa hingga tidak bicara kepada siapapun (Qs. Maryam 26). Nabi Musa bersama kaumnya berpuasa empat puluh hari. Nabi Isa pun berpuasa. Nabi Daud berpuasa selang-seling (sehari berpuasa dan sehari berikutnya berbuka) pada tiap tahunnya. Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat Quraisy yang lain.
Kristen Ortodoks Syria (KOS) –sebuah sekte Kristen yang atributnya mirip dengan simbol Islam: mengenakan jubah, kopiah, gamis, surban, kerudung, rebana, memuji Tuhan dan membaca Injil dengan bahasa Arab – berpuasa agung “shaumil kabir” selama 40 hari berturut-turut, pada tiap tahun sekitar bulan April. Puasa yang dilakukan jemaah KOS tidak ada makan sahur. Puasa KOS lainnya adalah puasa Rabu dan Jum’at dalam rangka mengenang kesengsaraan Kristus.
Berbeda dengan aturan puasa menurut Katolik. Sebagai contoh peraturan yang dibuat oleh keuskupan Surabaya tahun 2004 yang ditandatangani oleh Romo Julius Haryanto, CM, sesuai dengan ketentuan Kitab Hukum Kanonik (Kanon No. 1249-1253) dan Statuta Keuskupan Regio Jawa No. 111, maka ditetapkan: Semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-60 wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Dalam arti yuridis, puasa orang Katolik ini berarti makan kenyang hanya sekali sehari.
Selain itu, bangsa Mesir kuno selalu berpuasa 7 hari hingga 6 minggu setiap tahun. Mereka menjadikan puasa sebagai cara untuk menebus dosa dan penyesalan atas kesalahan perbuatan. Orang-orang Yunani, terutama perempuan, berpuasa sebagai ungkapan berkabung, atau berpuasa beberapa hari sebekyn melakukan peperangan. Orang-orang Cina berpuasa pada hari-hari biasa lebih-lebih lagi pada masa menghadapi musibah. Orang-orang Tibet ada yang dapat menahan diri berpuasa selama 24 jam berturut-turut sehingga air liur sendiri pun tidak boleh ditelan.
Begitu pentingnya puasa dalam kehidupan, sampai-sampai binatang pun melakukan puasa demi kelangsungan hidupnya. Selama mengerami telur, ayam harus berpuasa. Demikian pula ular berpuasa untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras terlindung dari sengatan matahari dan duri hingga ia tetap mampu melata di bumi. Ulat-ulat pemakan daun pun berpuasa, jika tidak ia tak kan lagi menjadi kupu-kupu dan menyerbuk bunga-bunga. Ternyata puasa adalah sunnah kehidupan (sunnah thabi’iyah) untuk bertahan hidup.
Manfaat Puasa
Banyak manfaat yang dapat ditarik dari bulan suci. Sejumlah gejala penyakit bisa disembuhkan dengan terapi puasa, antara lain sakit mag. Serangan penyakit yang memaksa orang terkapar di tempat tidur itu bisa mendadak lenyap saat bulan Ramadhan. Sebab, selama puasa, zat-zat beracun yang ada atau zat berlebihan dalam tubuh dibuang. Pada rentang waktu itu pula, alat pencernaan beristirahat setelah bekerja keras sebulan penuh. Jadi, puasa berperan sebagai alat detoksifikasi. Hembing Wijayakusuma, ahli pengobatan tradisional, dalam bukunya, Puasa Itu Sehat menyebutkan, puasa menghasilkan efek kekuatan luar biasa bagi tubuh. Ketika berpuasa, sekitar 600 milyar sel dalam tubuh menghimpun diri agar dapat bertahan hidup.
Selain faktor fisik, puasa juga bermanfaat sebagai terapi psikis. Menurut ahli penyakit jiwa pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dadang Hawari Idries, puasa bisa mengendalikan amarah dan nafsu seks. Di sini emotional quotient seseorang diasah. Puasa juga mengajarkan kesabaran. Ini secara tak langsung menjadi terapi bagi sejumlah penyakit kejiwaan, seperti stres dan sindrom pasca-kekuasaan (post-power syndrome). Pengaruhnya bakal mengenai penyakit fisik lain.
Ada empat sehat yang bisa ditingkatkan lewat puasa. Selain sehat jiwa (emotional quotient), juga ada sehat badan (intelligent quotient), sehat kreativitas (creativity quotient), dan sehat spiritual (spiritual quotient).
Tentu saja, puasa akan kentara faedahnya jika dikerjakan secara benar: berpuasa selama 14 jam. Selain itu, tak menunda-nunda waktu buka puasa atau mempercepat sahur. Ini biasanya cobaan yang terkadang sulit dihadapi sejumlah muslim. Mereka mempercepat sahur pada pukul 01.00 karena malas makan pada pukul 04.00 atau menjelang imsak. Atau malah sahur pada pukul 10 malam.
Bila itu terjadi, justru penyakit yang bakal muncul. Sebab, pada saat puasa, cadangan glikogen pada tubuh akan dikeluarkan dan dirombak menjadi tenaga. Tapi, cadangan glikogen ini terbatas. Bila ia habis, tubuh akan mengorbankan lemak dan protein untuk diolah sebagai tenaga. Bila itu terjadi, badan akan terasa lemah, loyo, dan tak bisa menjalani aktivitas seharian. Jadi, puasa tetap ada aturannya. [a. ahmad hizbullah mag
VOA-ISLAM
Langganan:
Postingan (Atom)