Tashawuf "Kolot" ?(Sufisme Obat Modernisasi)

Perkembangan demi perkembangan dibidang pengetahuan modern telah menyibak berbagai misteri.Bahkan,saking pesatnya pengetahuan,sebagian umat Islam mulai mencurigai kebenaran al-Qur'an.Moral umat Islam sudah mulai menurun.Keyakinan terhadap ajaran agama yang sifatnya abstrak mulai mengurang.Orang dulu sangat kental dengan istilah barokah,kini mulai tidak dipercayainya.Apa sebabnya?


Yang jelas,globalisasi yang berpengaruh pada semua aspek kehidupan baik informasi dan komunikasi betul-betul telah menciptakan dunia seperti daun kelor.
Kalau dilihat secara obyektif,tentunya dampak negatifnya jauh lebih besar dari pada positifnya.Merosotnya moral dan keyakinan manusia terhadap nilai-nilai agama,tidak lebih merupakan akibat dari globalisasi atau modernisasi.Merebaknya televisi dan player CD di desa-desa khususnya,telah menjadikan moral kaum remaja semakin tidak karu-karuan.Budaya-budaya Barat yang dilarang agama,telah menjadi tontonam yang mengasyikkan.Film-film Barat yang menggambarkan pergaulan bebas antara kaum pria dan kaum hawa,menjadi sajian yang menarik.Pada gilirannya mereka bukan sekedar menonton,melainkan juga ingin mencoba dan mempraktekkan.

Diantara sekian banyak umat Islam memang banyak yang belum menyadari,bahwa moral dan etika umatnya dalam kondisi terjajah oleh budaya Barat.Secara fisik,bangsa indonesia memang sudah merdeka dari imprialisme Belanda.Sejak 64 tahun yang lalu mereka sudah pulang kekampung mereka di Eropa.Namun,pada hakikatnya,kita terus dijajah,dengan penjajahan yang lebih dahsyat,yakni penjajahan moral dan etika.Sebab penjajahan moral dan etika lebih cepat dalam memperjuangkan misi mereka,"Hatta tattabi'a millatahum".Mereka terus melakukan "gerilya" melalui perusakan moral dengan iming-iming globalisasi dan modernisasi.


Dalam kondisi seperti ini,maka tak dapat dibantah lagi,prisai yang dapat menolak serangan mereka adalah "tashawuf".Kehidupan yang menjauhi berbagai kesenangan dunia,dan selalu mengadakan pendekatan diri kepada Allah.


Sementara ini kehidupan tashawuf,oleh banyak pihak,dianggap identik dengan kehidupan serba kolot,primitif dan ketinggalan zaman.Kehidupan sufi dianggap tidak lagi relevan dengan kemajuan zaman.Sufisme dianggap hanya sebagai catatan sejarah zaman dulu,yang sudah kehilangan signifikasinya untuk diterapkan dalam kehidupan sekarang.


Sebetulnya timbulnya asumsi semacam ini,akibat mereka dalam menginterpretasikan tashawuf.Tashawuf diartikan sebagai kehidupan seseorang yang berpakaian compang-camping,mengenakan baju lusuh,yang tidak pernah mandi.Meskipun sebagian ulama memang ada yang menafsirkan kata tashawuf dari kata 'shuf' yang artinya pakaian kulit.Tetapi jangan diartikan sesempit itu,yang kemudian diidentikkan dengan orang-orang yamg berpakaian compang-camping (Al-Risalah al -Qusyairiyah:279).Interpretasi ini,kurang- kalau tidak dikatakan tidak-tepat sama sekali.


Iman al-Junaid al -Bughdadi,tokoh shufi yang menjadi referensi pemikiran ulama shufi sunni,beliau menjawab dengan jawaban yang cukup variatif."Tashawuf adalah sebuah kekerasan yang tidak mungkin damai",begitulah salah satu jawaban al-Junaid.Bahkan ulama tashawuf sendiri mendefinisikan dengan beragam retorika.Dari sekian banyak retorika,yang paling simpel,adalah ta'rif yang ditawarkan Ali al-Muzaiyin,"tashawuf adalah pengikut kebenaran (al-haq).


Dengan demikian,kehidupan tashawuf tidaklah hanya seperti yang mereka asumsikan diatas.Tashawuf tidak lebih,merupakan kehidupan yang menjauhi berbagai kesenangan dunia dengan segala aspeknya.Kehidupan yang hanya berorientasi pada kedekatan diri pada Allah.Bermeditasi dan berkontempelasi kepada Allah menjadi ritus-ritus sehari-harinya.Membasahi bibir dengan bacaan tasbih dan istighfar.Merenungi kehadiran berbagai kejadian yang berada didunia."Tafakkaru fi al-Khalq",mengambil dunia hanya sekedarnya,tidak melebihi dari kebutuhan.
Kehidupan tashawuf juga bisa bersenyawa dengan perkembangan kekinian.Kaum sufi juga bisa bermobil avanza,bercelana dan berdasi,selama hatinya tidak senang dengan keindahan dunia.Agama tidak melarang manusia memiliki harta benda dan memakai dasi.Yang dilarang adalah senang kepada bu Nia,eh...dunia."Hubbud dunya ro'su kulli khoti_atin"(Senang terhadap dunia merupakan sumber dari segala kerusakan)(HR.Al-Baihaqi).


Kehidupan tashawuf inilah yang harus disosialisasikan,sebagai upaya meminimalisir kerusakan moral generasi muda sebagai akibat dampak modernisasi.Yang pada akhirnya dari sosialisali menjadi sebuah kebiasaan,dan dari kebiasaan itu akan menjadi suatu kultur (budaya).Tujuan agar hidup tidak terbuai dengan kesenangan materi dan mengikuti kesenangan hawa nafsu.Minimal kesenangan materi tidak menjadi orientasi hidup.




¤¤Abdul-Qodir (Istinbat)¤¤

Tidak ada komentar:

Posting Komentar